Decitan roda pada sebuah troli belanja terdengar di sana-sini, beginilah jadinya jika mengunjungi supermarket di hari minggu. Biasanya Lucas akan menghabiskan waktu bersama Suri untuk belanja, namun pagi itu Suri menolaknya dengan alasan ingin bermain dengan Ryn. Belum juga sebulan Ryn menjadi pengasuhnya, tapi Suri sudah sangat dekat dengan gadis bermata biru itu.
Dengan malasnya Lucas mendorong troli kesana-kemari mengikuti langkah kaki seorang gadis, yahh... Opsi lain disaat Suri tidak bisa menemani dirinya adalah Wendy. Gadis manis dengan tubuh tinggi semampai itu sangat berantusias untuk belanja bulanan bersama kekasihnya, dengan begitu Wendy juga bisa memenuhi keperluan selama sebulannya itu secara gratis.
"Apa masih lama??"
Wendy menoleh sekilas, menatap kekasihnya yang memasang wajah masam. "Hmm?? Apa ini?" Ledek Wendy, lantas tertawa riang. "Bukannya kau yang mengajakku untuk berbelanja?"
"Biasanya aku dan Suri tidak pernah menghabiskan waktu selama ini untuk belanja"
"Itu kan dengan Suri" Wendy meletakkan beberapa kantong sabun cuci ke dalam troli. "Sekarang kau denganku..."
Kecupan lembut mendarat di pipi kiri Lucas, membuat pria itu sedikit melempar senyum kepada kekasihnya itu. Bukan apa-apa, bagi Wendy hal itu mampu membuat pacarnya itu mau menunggu lebih lama lagi untuk belanja. Lagi pula, ini merupakan momen yang sangat langka baginya untuk pergi bersama dengan Lucas.
"Jika kita sudah menikah nanti, ayo sering-sering lakukan hal ini" gumam Wendy, sambil tersenyum sangat manis.
"Jika kita sudah menikah nanti, kau akan pergi ke supermarket seorang diri atau bersama dengan Suri" jawab Lucas tanpa berpikir panjang. Pria itu menghela nafas berat ketika lagi-lagi Wendy berhenti untuk memilih-milih barang. "Aku sangat tidak menyukai rutinitas seperti ini"
"Oh, ayolah!" Bujuk Wendy segera. Gadis itu mengambil beberapa botol sabun cair yang biasa digunakan Lucas untuk mandi. Sesaat, Lucas menatap botol-botol tersebut, secara tidak sadar kedua tangannya menghentikan Wendy yang akan meletakkan sabun-sabun tersebut ke troli.
"Kenapa??"
Lucas terdiam sejenak, pria itu melempar senyum pada Wendy dan merebut botol sabun cairnya. "Tidak apa-apa, hanya saja aku sedang ingin menggunakan sabun dengan aroma yang lain"
"Benarkah?" Wendy terkejut. "Kau sudah menggunakan aroma ini bertahun-tahun lamanya, bukankah kau sendiri yang bilang bahwa kau sangat menyukainya"
"Iya sih..." Lucas mengusap dagunya dan mulai membaca beberapa produk lain yang terpajang di rak. "Hmm, bagaimana yang ini?"
"Sayang..." Wendy meraih botol sabun baru yang dipegang Lucas. "Kau benar-benar aneh, tapi jika kau memang ingin menggantinya. Apapun sabun yang kau gunakan, tidak merubah-mu untuk menjadi kekasihku kan??"
"Tentu saja tidak" Lucas mengambil beberapa botol tambahan dan meletakkannya pada troli. Dia berjalan terlebih dahulu mendahului Wendy, di belakang sana sepertinya Wendy tengah berpikir mengenai perubahan kecil Lucas itu.
"Hmm, sudahlah... Hanya sabun kan?" Gumam Wendy lirih.
Kini sepasang kekasih itu tengah mengantri untuk membayar barang belanjaan mereka ke kasir. Wendy sibuk memainkan ponselnya, sedangkan Lucas terlihat sesekali menguap karena kebosanan. Tak sengaja, Lucas melirik ke arah layar ponsel Wendy. Gadis itu sedang membalas chat-chat yang masuk ke Instagram miliknya, tak ada nama wanita di dalam sana. Meski begitu, anehnya Lucas tak menyimpan rasa iri ataupun cemburu. Apa benar dia mencintai Wendy?? Sebenarnya apa yang terjadi pada hubungan kedua manusia itu? Apa mereka baik-baik saja?.
Tak butuh waktu lama untuk membuat Lucas berdeham, pria itu menegur kekasihnya yang sepertinya semakin asyik membalas setiap chat. Bahkan gadis itu terlihat senyum-senyum sendiri, entah sedang menerima pujian dari pria mana.
"Apa ponselmu sebegitu menyenangkan nya?"
"Eh??" Wendy menoleh, menatap kekasihnya. Gadis itu lantas mematikan layar ponsel dan menyimpan benda persegi itu ke dalam tas, oh iya! Hari ini dia mengenakan tas branded yang kemarin dia minta pada Lucas.
"Maafkan aku sayang, tadi aku sedang membalas chat penting dari teman-temanku"
"Dari teman??" Lucas mengangkat sebelah alisnya.
"Iya, mereka semua memuji tas yang kau belikan kemarin" pungkas Wendy sumringah. "Aku memosting-nya di InstaStory"
"Hmm, aku tidak tahu apa itu" Lucas menggeleng pelan. "Aku terlalu sibuk sehingga tidak mengikuti perkembangan teknologi"
Dia berbohong, jelas-jelas bukan soal tas yang sedang dia bahas dengan pria-pria itu - Lucas.
Pria itu termenung, dia mendorong troli belanjaannya kembali setelah pengunjung di barisan pertama telah selesai. Tiba-tiba saja, Lucas kepikiran sesuatu dan ingin mencoba untuk mengetes gadis yang sudah ia pacari selama tiga tahun.
"Mmm, Wendy??"
"Ya??" Wendy tersenyum menatap pria tampan di sampingnya.
"Apa aku tampan??"
Wendy tertawa, dia menepuk lengan Lucas dengan gemas. "Kau ini bodoh atau apa?! Kenapa menanyakan itu?"
"Aku hanya ingin tahu bagaimana jawabanmu"
"Kalau ku jawab, memangnya kau akan membelikan aku apa??" Tantang Wendy sambil mengedipkan sebelah matanya. "Apa kau akan membelikan aku sebuah jam mahal nan mewah yang baru saja keluar bulan ini?"
"Jam apa??" Tanya Lucas yang tidak mengerti, pria itu sama sekali tak mengikuti perkembangan fashion yang terjadi di dunia. Karena menurutnya pakaian yang bagus adalah pakaian yang nyaman ia kenakan.
"Lihat ini!" Wendy menunjukkan sebuah brosur jam tangan branded yang entah sejak kapan sudah berada di kedua tangannya. "Stok terbatas, hanya ada lima di dunia ini"
"Memangnya apa bagusnya bagimu jika memakai jam itu?"
"Aku hanya menyukainya, dengan begitu semua orang akan percaya bahwa aku adalah kekasih tuan Lucas" jawab Wendy seadanya.
Lucas menggelengkan kepalanya, pria itu diam saja tak menggubris ucapan Wendy. Meskipun begitu, Wendy terus mengekor pada Lucas dan membujuk pria itu agar tidak merajuk. Sesekali Wendy mencubit kedua pipi Lucas dengan gemas, sehingga pria itu kembali tersenyum.
"Kau adalah pria tertampan di dunia" kata Wendy lalu tersenyum. "Aku bercanda soal jam itu, jadi jangan ngambek ya?!"
"Hmmm"
_________________________________________
Ryn menatap pantulan dirinya di depan cermin, gadis bermata biru itu menatap kaku pada bayangan dirinya sendiri. Hari ini, dia dan Suri sedang bermain salon kecantikan. Suri berperan sebagai pemilik salon, sedangkan Ryn sebagai pelanggannya. Bukannya semakin cantik, Ryn terlihat aneh dengan bulatan merah di kedua pipinya. Gadis itu nampak tertawa setelah sekian lama tertegun, dia berpikir bahwa hal itu lucu.
"Aku lebih mirip seperti badut"
"Badut??" Suri menekan tombol pada kursi rodanya, dan seketika kursi itu berjalan mendekati Ryn yang berdiri di depan cermin. "Kau sangat cantik Ryn"
"Aku pikir, aku lebih cantik tanpa mengenakan riasan apapun" sahut Ryn seraya tertawa kecil. Gadis itu lantas mengambil kuas makeup dan menoleh ke arah Suri. "Bagaimana kalau sekarang giliranmu??"
"Apa?! Tidak! Aku tidak..."
Suri tidak bisa menghindar dengan kondisinya yang seperti itu, gadis kecil itu hanya tertawa senang ketika Ryn mulai menyapukan beberapa warna pada wajahnya. Diluar kamar, Nany yang mendengar keseruan Suri dan Ryn hanya bisa ikut tertawa senang. Wanita itu lantas kembali melakukan tugasnya mengurus rumah, dia bersyukur ada Ryn yang membantu dirinya mengurus Suri.
"Astaga! Kau membuatku terlihat seperti badut" Suri tertawa menatap pantulan wajahnya di depan cermin.
"Kau duluan yang memulainya" bantah Ryn tegas, duyung cantik itu lantas mengambil cairan pembersih wajah dan sekotak tisu. "Ayo bersihkan ini sebelum Ayahmu melihatnya"
"Melihat apa??" Sahut Lucas.
Bak disambar petir, Ryn mendelik saking kagetnya. Baru saja dia mendengar suara Lucas dari arah pintu kamar Suri, untungnya gadis itu tengah berdiri membelakangi Lucas. Suri yang tahu Ayahnya datang malah menunjukkan wajahnya yang seperti badut itu dengan penuh kegembiraan.
Ryn meraih selimut milik Suri dan segera membungkus tubuhnya dengan selimut itu, gadis itu sama sekali tak berbalik untuk sekedar menyapa Lucas, pria yang mau menampung dirinya di rumah itu.
"Apa yang terjadi dengan wajahmu Suri??"
"Kami sedang bermain salon kecantikan" jawab Suri seadanya, gadis cilik itu mengambil sebuah sisir dan menyisir rambutnya sendiri. "Bagaimana? Cantik bukan?"
"Oh, salon kecantikan ya? Aku rasa lebih cocok disebut salon badut" ledek Lucas kesal, dia memandang ke arah Ryn yang belum juga berbalik. "Tidak perlu sembunyi begitu, lagi pula aku juga tidak berniat untuk melihat wajah konyolmu saat ini"
Ryn bernafas lega di balik balutan selimut itu, gadis cantik itu lantas mengusap dadanya secara lembut dan mengintip ke arah pintu dimana Lucas telah pergi meninggalkan kamar Suri. Buru-buru Ryn berlari menuju pintu dan menutup pintu tersebut. Dengan wajahnya yang memerah, Ryn menghapus makeup pada wajah Suri dan wajahnya.
Kenapa pria itu tidak punya penyaring kata-kata di mulutnya sih?! - Ryn.
"Ada apa Ryn? Kenapa melamun??"
"Ah! Tidak, bukan apa-apa kok" jawab Ryn bohong.
"Apa kau memikirkan ucapan Ayah?" Tanya Suri lagi. "Ayah adalah orang yang baik, cara bicaranya memang kadang sedikit kasar dan menjengkelkan. Tapi itu hanya karena Ayah belum mengenal Ryn"
"Dih! Aku juga tidak berharap diberi kesempatan untuk mengenal Ayahmu"
Suri tersenyum, dia menggelengkan kepala pelan. "Kau harus mau menerima kesempatan itu..."
Apa maksudnya? - Ryn.
BERSAMBUNG!!!
Halo terima kasih sudah membaca, jangan lupa tekan tombol Like, Favorit, berikan komentar dan Vote Author agar semakin semangat menulisnya. Tanpa dukungan kalian, Author bukanlah apa-apa 😁🙏
IG Author : NessaCimolin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
yang pasti biar kata kayak badut aslinya cantik membahana daripada ulet bulu Wendy 🤭🤣🤣🧐
2022-06-04
0
。.。:∞♡*♥
emangnya kayk badut beneran Ryn😂
2022-05-20
1
。.。:∞♡*♥
𝖈𝖚𝖒𝖆 𝖏𝖆𝖜𝖆𝖇 𝖙𝖆𝖒𝖕𝖆𝖓 𝖆𝖙𝖆𝖚 𝖓𝖌𝖌𝖆𝖐 𝖆𝖏𝖆, 𝖒𝖎𝖓𝖙𝖆 𝖉𝖎𝖇𝖊𝖑𝖎𝖎𝖓 𝖏𝖆𝖒 😏
2022-05-20
0