"Apa??"
Salah satu alis Ryn terangkat mendengar pertanyaan aneh dari bibir pria tampan bernama Lucas tersebut. Ryn hanya menggeleng pelan lalu meneruskan perjalanannya kembali.
"Suri bilang padaku bahwa kau aneh!" Ujar Lucas sambil terus memperhatikan gadis asing yang berjalan menjauhi dirinya. Bahkan gadis itu tak menghentikan langkah kakinya untuk sekedar mendengar ucapan Lucas.
"Kenapa kau menghindar dan berusaha bersembunyi saat bertemu dengan orang lain?"
Deg!
Deg!
Deg!
Kedua mata Ryn terbuka lebar, gadis duyung itu kini benar-benar menghentikan langkah kakinya. Kilasan balik mengenai ingatan yang sudah puluhan tahun sengaja ia lupakan tiba-tiba memaksa muncul di kepalanya. Nafas Ryn terasa sesak, secara refleks ia menyentuh bagian jantungnya yang berdenyut nyeri.
Lucas berjalan mendekati Ryn, belum sampai kedua langkah kakinya berhasil untuk mendekati gadis itu. Ia sudah dibuat bingung dengan Ryn yang tak sadarkan diri secara tiba-tiba. Buru-buru Lucas menangkap tubuh mungil Ryn, kedua pipi putih gadis itu terlihat basah. Sepertinya Ryn baru saja menangis.
"Wah, aku rasa Suri benar" Pria tampan itu mengangguk-angguk kan kepalanya berulang kali. "Kau memang aneh!"
Begitulah kata yang keluar dari bibir pria tampan itu, dia tidak mempedulikan pakaian lusuh yang dikenakan oleh Ryn. Dengan mudahnya ia mengangkat tubuh Ryn yang mungil dan kurus itu.
Lihat badanmu yang ringkih ini! Apa kau tidak pernah makan? - Lucas.
Lucas membawa Ryn pulang ke rumahnya karena ia tidak tahu dimana Ryn tinggal, meskipun tubuh Ryn tidak terlalu berat tapi jarak antara rumahnya dan bibir pantai itu cukup memakan waktu dan tenaga.
•••••
Di depan pintu rumah yang besar, terlihat Suri yang sedang di gendong oleh Nany berdiri disana sambil menunggu ayahnya pulang ke rumah. Kedua mata Suri terus menerus menatap keluar pagar, berharap ayahnya segera pulang karena ini sudah sangat lama sejak Lucas pergi meninggalkan rumah.
"........." Dahi Suri berkerut ketika mendapati sang ayah sedang menggendong seseorang ala bridal style. Kedua matanya memperhatikan sosok gadis yang dibawa ayahnya pulang ke rumah. Setelah Lucas sampai tepat di depan pintu barulah Suri tersenyum senang tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Aku tahu kau akan membawanya! - batin Suri riang.
"S-siapa ini tuan?" Nany yang sedang menggendong Suri, berjalan mengikuti Lucas dari belakang.
"Kau tanya saja pada Suri, dia bilang gadis ini temannya"
"Teman??" Nany memandang ke arah Suri yang hanya dijawab Suri dengan anggukkan kepala dan kedipan sebelah mata. "Oh, teman??"
Nany terkekeh pelan, rasanya ia tahu kenapa nona kecilnya itu terlihat bahagia ketika melihat sang ayah membawa gadis lain pulang ke rumah. Ini karena Suri tidak pernah menyukai Wendy, pacar ayahnya. Melihat kedipan mata nona kecilnya, sepertinya Suri memiliki maksud lain di balik rasa senang tersebut.
"Hei, kenapa kalian berdua saling melempar senyum seperti itu?" Lucas berhenti tepat di anak tangga pertama, kedua matanya mendelik menatap ke arah Suri dan Nany secara bergantian. Tanpa sadar, rupanya sedari tadi Lucas memperhatikan kedua orang di belakangnya tersebut.
"Tidak" Suri menatap ke arah lain, berpura-pura tidak tahu. "Si--siapa yang tersenyum?"
"Cih!"
Lucas membuang muka dengan kesal, ia kembali meneruskan langkah kakinya menuju kamar. Kamar utama, dimana kamar itu adalah kamar yang ditempatinya untuk tidur.
Di bawah sana, Suri dan Nany melakukan tos untuk merayakan rasa bahagia mereka berdua. Ini merupakan hal yang langkah, tak biasanya Lucas akan membawa seorang gadis untuk masuk ke dalam kamarnya. Bahkan Wendy, gadis yang sudah ia pacari tiga tahun itu tak pernah mendapat kesempatan untuk sekedar bernafas di dalam kamarnya.
"Kau lihat itu Nany?" Suri tersenyum lebar, "Papa membawanya masuk ke dalam kamar"
"Iya nona, saya melihatnya" ungkap Nany dengan mata yang berbinar.
"Langkah selanjutnya papa akan jatuh cinta padanya"
Nany terkejut mendengar pernyataan nona kecilnya itu, wanita itu hanya tersenyum manis lalu mengusap kepala Suri dengan begitu lembut. Ia membawa Suri untuk masuk ke dalam kamarnya dan meminta gadis kecil itu agar segera tidur.
_____________________________________
"Oh, astaga!" Lucas memperhatikan kedua lengannya yang kini memerah, tepat setelah ia meletakkan tubuh Ryn diatas ranjang tidurnya, ia segera merasakan rasa nyeri di kedua tangannya. Ini sama saja dengan dirinya melakukan latihan ditempat kebugaran setiap minggu.
Pria itu lantas mencium-cium aroma tubuhnya sendiri yang terasa lengket akibat keringat. Lucas segera beranjak pergi ke kamar mandi dan menyiapkan bak mandi untuk dirinya sendiri.
Di dalam keheningan dirinya yang sudah berendam di dalam bak mandi, pria itu tersentak kaget dengan sendirinya. Lucas menepuk dahinya berulang kali sampai membekas kemerahan disana.
"Ya Tuhan! Bodoh sekali aku!" Gumam Lucas lirih. "Memangnya siapa gadis itu? Kenapa aku malah membawanya ke dalam kamar?"
Di lain sisi, kedua mata dan dahi Ryn nampak berkerut. Gadis itu seolah sedang mengalami mimpi buruk saat ini, bukan! Itu bukan mimpi, itu adalah ingatan buruk yang sengaja ia pendam dan ingin sekali ia lupakan.
Nafas Ryn terengah-engah, kedua tangannya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Belum juga debaran di jantungnya menghilang, ia sudah dibuat kaget dengan keberadaan dirinya diatas ranjang mewah bak milik seorang sultan.
Oh my... Dimana aku? - Ryn.
Dengan amat hati-hati Ryn menurunkan kedua kakinya ke atas lantai. Lantai yang begitu dingin karena pemilik kamar sengaja menyalakan pendingin ruangan dengan suhu yang sama dinginnya dengan sifatnya. Gadis bermata biru itu celingak-celinguk mencari pintu keluar kamar, terlalu banyak pintu di dalam kamar tersebut. Ryn yakin betul bahwa pintu yang berjejer rapi di sebelah kanan itu adalah lemari, bukankah memang seperti itu rupa lemari orang kaya? Mereka akan menyimpan semua pakaiannya dibalik dinding yang ukurannya hampir sama dengan setengah kamar mereka.
Suara air mengalir terdengar samar-samar dikedua telinga Ryn, gadis itu segera mendekati pintu dimana sumber suara tersebut terdengar. Ryn menempelkan telinga kirinya ke permukaan pintu dan mendengar suara gemericik air, gadis itu pun segera menjauhi pintu tersebut.
"Astaga! Ada orang mandi didalamnya?" Ungkap Ryn terkejut sambil membungkam mulutnya sendiri.
Buru-buru Ryn mencari tempat untuk bersembunyi, ia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sekarang ini berada di rumah Lucas. Yang ada dipikiran Ryn saat ini hanyalah hal-hal berbau negatif, ia amat takut kalau-kalau itu adalah pria jahat yang ingin bermaksud buruk terhadapnya.
Gadis bermata biru itu bersembunyi dibawah meja yang tak jauh dari ranjang tidur Lucas, meja tempat Lucas untuk meletakkan laptopnya. Setidaknya sisi lain dari bagian meja itu mampu untuk menutupi tubuh Ryn agar tidak terlihat oleh Lucas.
Tunggu dulu! Kenapa aku bersembunyi? Aku kan bisa dengan mudah membunuhnya? Aku bahkan bisa menghapus ingatannya semauku - Ryn.
CEKLEK!!
Kalimat yang penuh dengan kobaran api dari dalam hati Ryn, mendadak menghilang ketika suara pintu kamar mandi yang terbuka terdengar sampai ke telinganya. Gadis cantik itu segera meringkuk ketakutan sambil memeluk kedua kakinya dengan begitu erat.
Sorot mata Lucas langsung menuju ke arah atas ranjang tidurnya. Dia terkejut karena tidak mendapati Ryn berada di dalam sana, padahal bekas-bekas keberadaan Ryn masih ada disitu, seperti kain sprei yang kusut bekas ditempati oleh suatu makhluk yang disebut manusia. Tunggu! Memangnya Ryn manusia?
Lucas menghela nafas panjang, pria itu berkacak pinggang sambil menatap sekeliling. "Tidak tahu terima kasih!" Omel Lucas dan segera merapikan ranjang tidurnya.
Dibawah meja, Ryn berusaha mencuri-curi perhatian ke arah pria yang berdiri tak jauh dari tempatnya bersembunyi. Pria itu terlihat begitu segar karena habis mandi, aroma tubuhnya sangat enak untuk dihirup. Tanpa sadar Ryn mencubit hidung mancung miliknya dengan gemas, ia menggelengkan kepala berulangkali dan mencoba untuk menyingkirkan aroma tubuh Lucas dari indera penciuman nya.
Kenapa dia memilik aroma tubuh seperti ini? - Ryn.
"Ehem!"
Kedua mata Ryn membulat lebar, ketika Lucas mendapati dirinya sedang bersembunyi dibawah meja. Tatapan dingin Lucas seolah ingin menganiaya gadis cantik bermata biru tersebut.
"Apa yang kau lakukan di bawah sana?! Cepat keluar!!"
Perlahan Ryn merangkak keluar dari bawah meja, ingin sekali dirinya mencubit kedua mata yang begitu tajam menatap dirinya itu. Sayang sekali... Ryn tidak bisa melakukan hal tersebut saat ini, dipikir bagaimanapun tinggi badannya dan Lucas amat jauh berbeda. Bahkan jika diamati secara teliti, kedua tangan Ryn hanya mampu menyentuh sebatas dagu pria itu saja. Mungkin dia bisa menyentuh pipi dan matanya, itupun jika Lucas bersedia menundukkan kepala untuknya.
"Jangan sampai aku mengulangi pertanyaanku dua kali!"
"M--maaf...." Ucap Ryn lirih. "A-aku pikir, aku sedang berada di tempat yang tidak beres"
"Tempat yang tidak beres??!!" Ujar Lucas meniru akhir kalimat yang dilontarkan oleh Ryn, namun penuh penekanan. "Kau pikir rumahku ini tempat ilegal?"
"M--maaf...."
"Astaga! Kau ini benar-benar keterlaluan!" Ledek Lucas kesal, ia membuang muka ke arah lain. Sekilas, pria itu melirik ke arah Ryn. Gadis bermata biru itu tetap menundukkan kepalanya, kedua jemarinya terkepal erat seolah tak merasakan kenyamanan didekat Lucas.
Apa ini? Apa kau merasa risih berada di dekatku? - Lucas.
"Siapa namamu?"
"Apa?" Ryn menengadahkan kepalanya menatap Lucas yang bahkan tak membalas tatapan matanya.
"Namamu! Siapa namamu?"
"D--Deryne..." Ryn kembali menundukkan wajahnya. "Tuan bisa memanggilku Ryn"
Ryn ya?? - Lucas.
Bersambung!!
Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa untuk klik tombol Like, favorit, tinggalkan komentar, Vote yang mendukung agar Author terus semangat! 😘😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀 𝐕⃝⃟🏴☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺᴛʀɪ'𝗚🤎
lanjutkan Thor 👍👍👍😍
2022-06-04
0
Rosliana90
makasih sudah up lagi thor
2022-05-12
1