Cinta terhalang persahabatan
Assalamualaikum para Readers dan para Author ini adalah karya terbaruku, sebenarnya aku mau berhenti sejenak buat nulis karena aku merasa cape ngatur waktunya tapi otakku ini tiba-tiba saja dapat inspirasi cerita baru yang bikin aku rasanya gatel kalau tidak segera dituangi dalam bentuk tulisan alhasil aku jadi lanjut nulis dan gak jadi hiatus. Inilah rasanya ketika rasa cape terkalahkan oleh keinginan yang lebih kuat untuk tetap berkarya. Ya sudahlah, kita lanjut aja ya guys tapi sebelum masuk keceritanya kita kenalan dulu yuk sama para tokohnya saat mereka masih kecil.
Nama:Rinjani (Jani)
Ket: Jani seorang gadis tomboy yang pemberani dan suka mainan laki-laki seperti main bola, karate, manjat pohon dan paling suka bikin nangis anak orang.
Nama:Gionino (Gio)
Ket: Gio anak yang cenderung banyak diam tapi dia seorang anak yang cerdas dan berprestasi, jika ada PR maka dialah yang akan mengerjakan tugasnya dan juga tugas sahabat-sahabatnya.
Nama: Rafatar (Atar)
Ket: Atar adalah seoarang anak laki-laki yang cengeng dia sering dibikin nangis dan gampang dikibulin oleh Jani dan Jho meski begitu mereka tetap bersahabat.
Nama:Azkara (Azka)
Ket: Azka adalah seorang anak paling kaya dikampung mereka, dia sering mentlaktir keempat sahabatnya, karena dia paling kaya dia yang paling royal diantara semua, dia juga orangnya sangat baik.
Nama: Jhosua (Jho)
Ket:Jho adalah anak yang paling aktif,ceria dan petakilan, dia dan Jani sering ngejailin sahabat-sahabatnya yang lain.
Itulah tokoh yang akan hadir dicerita ini tapi karakter, sifat dan fisik mereka akan berubah ketika mereka tumbuh besar.Jangan lupa untuk membudayakan tinggalkan jejak like,komen, hadiah, vote, favoritkan dan rate juga novel ini ya makasih, happy reading 😍😘
💘
💘
💘
💘
💘
Para perawat itu tengah berlari sambil membawa pasien yang akan melahirkan dengan menggunakan brankar yang didorong oleh para perawat dan dokter. Dari situ juga nampak seorang pria yang sedari tadi ikut berlari sambil terus memegangi tangan sang istri yang tengah berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan buah hatinya dengan sang suami.
Ibu muda itu lalu dibawa keruang bersalin, butuh waktu berjam-jam untuk bisa melahirkan sijabang bayi. Saat kepala bayi sudah mencapai pembukaan 10, tak berapa lama jabang bayi itu pun terlahir dan langsung menangis.
"Owaaa... owaaa... owaaa" tangisannya begitu nyaring dan kuat.
"Alhamdulillah, bayinya sudah lahir pak dan dia berjenis kelamin perempuan" ucap Dokter yang membantu persalinan ibu muda itu.
Tangisan kebahagian terlihat dari sepasang suami istri itu. Saat bayinya akan diurus tiba-tiba ibu muda itu kejang-kejang, kedua netranya menatap keatas.
"Dok, dok ini istri saya kenapa? Ko kejang-kejang gini?" ucapnya dengan setengah berteriak.
Dokter langsung menangani ibu muda itu dan si suami disuruh menunggu diluar ruangan. Dia pun keluar dengan cemas. Diluar dia terus mondar-mandir karena khawatir dan cemas pada istrinya.
Sudah cukup lama dia menunggu namun dokter belum juga keluar dari ruangan membuat pria itu makin gelisah. Tak lama datanglah tiga pria beda generasi dan langsung menghampiri si pria.
"Hadi apa istrimu sudah melahirkan?" tanya laki-laki yang paling tua diantara mereka.
"Bapak, Rani sudah melahirkan tapi setelah melahirkan dia malah kejang-kejang sekarang dia sedang ditangani oleh dokter" jawab Hadi dengan wajahnya yang sedih.
"Bagaimana bisa seperti itu Hadi?" tanya pria yang masih muda tapi lebih tua dari Hadi.
"Saya juga tidak tahu bang Toriq" jawab Hadi.
"Bang Hadi, semoga mbak Rani baik-baik aja ya" ucap laki-laki yang terlihat masih remaja.
"Iya aamiin, makasih Irwan" ucap Hadi seraya menatap sayu wajah Irwan.
Tak berapa lama dokter pun keluar dari ruangan bersalin, mereka semua langsung memburu dokter itu.
"Dok, Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Hadi tak sabar.
Dokter itu tak langsung menjawab dia malah menatap para laki-laki beda generasi itu satu persatu kemudian Dokter itu langsung menunduk sejenak sebelum menjawab pertanyaan Hadi.
"Maaf pak, kami tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Allah berkehendak lain, istri bapak sudah dipanggil oleh sang kholik"
"Inalillahiwainalillahirojiun" serempak para laki-laki itu berucap.
Hadi langsung terkulai lemas saat mendengar istrinya meninggal dunia, tak terasa butir beningnya pun menetes. Pak Muiz yang merupakan bapak dari ketiga pria bersaudara itu langsung menghibur anaknya yang tengah berduka karena meninggalnya sang istri. Jenazah Rani langsung diurus untuk segera dimakamkan.
Beberapa hari kemudian.
Dirumah duka nampak tengah digelar pengajian untuk almarhumah Rani. Hadi, Toriq, Irwan dan pak Muiz juga ikut mendoakan Rani. Setelah pengajian selesai satu persatu orang-orang mulai kembali pulang. Tetangga Hadi yang dititipi bayinya lalu memberikan bayi itu pada Hadi. Saat itu Hadi nampak termangu didepan teras rumah dengan kesedihan yang amat mendalam yang terbingkai jelas diwajah Hadi.
"Hadi!"
"Eh! Iya mbak Murni ada apa?" tadinya Hadi agak kaget karena tadi melamun.
"Saya harus pulang ini sudah malam, biasanya jam segini bayi saya Jhosua suka mau tidur" ucap Murni.
Hadi langsung menggendong bayinya.
"Makasih ya mbak, sudah jagain Rinjani saya jadi ngerepotin mbak Murni"
"Iya sama-sama, saya tidak merasa direpotin ko, saya ini kan juga seorang ibu jadi saya merasa kasihan sama Jani, masih bayi sudah ditinggalkan oleh ibunya"
"Ini sudah takdir mbak, saya dan Jani akan coba ikhlas menerima kepergian Rani"
"Iya, kamu yang sabar ya dan kamu juga jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Ingat! Kamu punya Jani yang harus kamu besarkan" Murni menasehati Hadi.
"Iya mbak, makasih atas nasehatnya saya akan ingat baik-baik soal itu"
"Ya udah, saya pulang dulu ya, takut Jho nangis. Assalammualaikum" Murni pamitan pulang.
"Iya mbak, Waalaikummusalam"
Murni pun segera pulang kerumahnya. Beberapa bulan kemudian.
Pagi itu ibu-ibu sedang berkumpul dipos posyandu, disana sudah ada Murni dan bayinya Jhosua yang berusia 11 bulan. Murni nampak sedang berbincang-bincang dengan ibu-ibu lain yang nunggu giliran untuk bayinya ditimbang oleh kader dan bidan desa.
"Eh! Mbak Murni, itu Jho makin gendut aja dikasih makan apa dia, anak saya ini Atar perasaan gini-gini aja?" tanya Rumi.
"Hahaha.. mbak Rumi ini bisa aja, Jho itu ya saya kasih makan MP ASI kaya biasalah cuma dia suka lahap banget kalau makan, itu anaknya mbak Yuni si Gio paling gendut dia, makin bulet aja itu anak" jawab Murni.
Mereka lalu tertawa kecil. Ditengah-tengah obrolan ibu-ibu itu datanglah seorang ibu yang dijuluki toko emas berjalan dikampungnya karena setiap dia keluar rumah pasti memakai gelang sampai sikut, kalung yang panjang berlapis-lapis dengan liontin segede antalaihim dan jari-jarinya dilingkari cincin dengan emas berkarat-karat.
"Misi, misi, ibu-ibu tolong minggir sebentar ya, ini Azkara anaknya sultan mau diposyandu dulu" ucap Santi dengan pongahnya sambil menggendong baby Azka dengan sebelah tangan dikibas-kibaskan hingga gelang emasnya bergesekan supaya orang-orang melihat dia yang sedang pamer.
"Ih! Sombong banget ya itu si Santi mentang-mentang dia dapat suami kaya jadi kaya gitu padahal waktu kecil kita kan suka mandi bareng disungai, dia gak beda jauh sama kita blangsak juga" kata Yuni agak nyinyir.
Murni dan Rumi hanya tersenyum menanggapi ketidak sukaan Yuni pada Santi. Sementara Santi terus menerobos barisan karena tak mau mengantri hingga akhirnya agak sedikit ricuh sebab ibu-ibu yang lainnya yang ikut mengantri jadi dongkol karena diserobot Santi.
"Aduh! Ibu-ibu jangan berdesak-desakan ya, tolong mengantri dengan tertib ya" teriak salah satu kader yang mengurus ketertiban ibu-ibu yang lagi posyandu.
Tak berapa lama Hadi datang sambil membawa bayinya Rinjani, karena dirumahnya tak ada perempuan sebab ibu dan istrinya sudah meninggal dunia sementara kakaknya Toriq masih betah menduda setelah bercerai dengan istrinya sedangkan Irwan masih duduk dibangku sekolah SMA jadi dia belum punya istri, dari situ terpaksa Hadi mengurus bayinya sendiri.
"Wah! Antriannya panjang juga ya, bisa lama kita disini" keluh Hadi lalu ditanggapi oleh Rumi yang saat itu berdiri dekat Hadi.
"Iya kita datangnya kepagian jadi yang datang masih ramai, coba aja kalau kita datangnya agak siangan jadi kita gak perlu lama-lama mengantri begini"
Saat sedang mengantri tiba-tiba Jani yang saat itu berusia 7 bulan merebut camilan Atar yang sedang dimakan oleh Atar sontak itu membuat baby Atar kesal dia lalu menangis dengan suara cemprengnya.
Owaaa... owaaa...owaaaa...!
"Eh! Eh! Jani ko kamu main rebut aja makanan Atar, kamu nggak boleh gitu ya cantik" ucap Hadi sambil menarik makanan yang dipegang Jani untuk dikembalikan pada Atar.
"Eh! Nggak apa-apa mas, anak-anak itu biasalah lagian saya masih ada lagi ko camilan buat Atar, itu buat Jani aja" kata Rumi.
"Aduh! Maaf ya, mbak Rumi saya jadi gak enak hati ini" Hadi jadi merasa sungkan pada Rumi.
"Udah nggak apa-apa nggak usah sungkan begitu, Janinya mungkin pengen makan camilan Atar ya udah nggak apa-apa Atarnya juga udah berhenti nangis ko" kata Rumi sambil tersenyum.
Akhirnya Hadi membiarkan Jani memakan camilan Atar. Barisan antrian pun semakin maju kedepan mendekati para kader dan bidan yang bertugas diposyandu tersebut.
Karena Santi menyerobot jadi dia bisa duluan diposyandu hingga dia bisa pulang dengan cepat. Tapi bukan Santi namanya kalau kemana-mana tidak pamer dulu, jadi sebelum dia kembali pulang Santi ngerumpi sama ibu-ibu lain sambil pamer toko emas berjalannya.
Ketika Santi dan Azka melewati Hadi tiba-tiba tangan mungil Jani meremas kepala Azka dan menarik upluk kepalanya hingga kedua mata Azka tertutup oleh upluk. Baby Azka yang merasa risih lalu menggoyangkan kepalanya namun pikiran bayi berusia 11 bulan itu belum paham cara untuk menyelesaikan masalah ketidak nyamanannya atas ulah baby Jani.
Santi yang keasyikan ngobrol tak menyadari ketidak nyamanan Azka hingga akhirnya baby Azka menangis.
"Owaaa.. owaaa.. owaaaa..owaaa.."
"Eh! Eh! Sayang kenapa kamu menangis?" tanya Santi sambil melihat keanaknya.
"Ya ampuunn! Hadiiiiii! Ini anakmu nakal banget sih, anak saya punya dosa apa coba sama si Jani sampai diunyeng-unyeng gini" ucapnya penuh penekanan karena kesal.
Hadi langsung minta maaf pada Santi yang terus marah-marah karena anak kesayangannya diunyeng-unyeng oleh Jani sambil melepaskan tangan mungil Jani yang terus mencengkram upluk Azka. Sementara wajah baby Jani terlihat datar seperti tak punya dosa alhasil itu makin membuat Santi makin kesal.
Setelah memarahi habis-habisan Hadi dan Jani, Santi lalu pulang dengan mobil mewahnya. Hadi pun bergegas untuk segera diposyandu anaknya karena dia ingin segera pulang sebab merasa malu akan ulah bayi kecilnya itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Mom La - La
aku mampir ya thor...
d tunggu feed backnya di novelku yg brjudul
CINTA 3 SERANGKAI
kita saling dukung ya...
2023-01-10
1
Fenti
penasaran persahabatan mereka ini.. soalnya dari judul udah bikin penasaran
2023-01-03
1
Fenti
sedihnya 😥😥, Rani meninggalkan bayinya yang baru lahir
2023-01-03
1