Jani ngambek

Beberapa tahun kemudian.

Pagi itu Hadi berpamitan pergi keluar kota karena urusan pekerjaan. Dirumah tak ada orang dan Jani yang berusia 3 tahun tak mungkin dibawa pergi kerja keluar kota jadi dia dititipkan ke Toriq meski disiang ini dia ada jadwal mengajar karate ditempat kursus bela dirinya dan terpakasa Jani dibawa ketempat latihan karete dari pada dia harus dibawa keluar kota oleh Hadi.

Ditempat karate Jani disuruh menunggu Om nya dipojok ruangan, sementara Om nya mengajar karate. Dia dikasih mainan biar anteng tapi, rupanya Jani tak tertarik dengan mainan yang dikasih oleh Om nya, dia lebih tertarik melihat Om nya mengajarkan karate pada anak-anak remaja itu.

Jani kecil mencoba mengikuti gerakan karate dengan gerakan rendom yang tertangkap oleh memori ingatannya. Dia terlihat sangat senang mengikuti latihan karate. Saat Om nya selesai mengajar karate Jani lalu berlari menghampiri Om nya.

"Ommm! Jani juga mau belajar kaya Om tadi" ujar Jani.

"Belajar apa Jani?" tanya Toriq pura-pura tidak tahu padahal sebenarnya dia tahu maksud keinginan Jani.

"Jani mau seperti Om begini, begini" jawab Jani sambil memeragakan gerakan karate yang tadi diingatnya.

"Hahaha..! Begitu ya, baiklah nanti Om ajarin kamu ya, sekarang kita pulang dulu kakek pasti sudah pulang setelah mengikuti rapat orang tua disekolahnya Om Irwan" ajak Toriq.

"Iya Om iya. Ayo! Kita pulang" ujar Jani sambil lompat-lompat kecil karena kegirangan.

Mereka lalu pulang kerumah. Beberapa hari kemudian. Siang itu Jani sedang bermain diteras rumah Jho bersama Jho.

"Ngeeenggngg.. ngeeengngng.. jeguar...!" celoteh Jho sambil memainkan mobil-mobilannya.

"Ih! Jho kenapa mobil aku ditabrak?" protes Jani.

"Habisnya mobil kamu lelet"

Jani yang merasa kesal lalu membalas menabrakan mobilnya dengan mobil Jho.

"Ngeeenggngg... jeguar!! Yeeeehh! Kali ini aku yang menang Jho kalah" teriak Jani kegirangan sambil lompat-lompat kecil.

"Iiih! Jani kamu curang" Protes Jho.

"Curang apaan sih! Jho? Kamu ngarang aja"

Kedua anak kecil itu akhirnya berdebat saling tak mau mengalah. Ketika mereka sedang berdebat datanglah Murni sambil membawa berbagai buah-buahan segar yang sudah dikupas dan di potong kecil-keci.

"Jho! Jani! Kalian kenapa ko pada ribut?" tanya Murni langsung melerai mereka.

"Ini bu Jani curang" jawab Jho.

"Nggak tante Jho bohong" Jani mengelak.

Jani dan Jho saling tak mau mengalah hingga mereka ribut kembali.

"Eh! Eh! Sesama saudara gak boleh kaya kitu ya, harus baikan. Kalian harus saling menyayangi tidak boleh bertengkar ya. Ayo! baikan" Murni yang sudah menganggap Jani seperti anaknya sendiri lalu melerai pertengkaran kedua bocah itu lagi.

"Ayo salaman! Nanti kalau udah salaman kita makan buah-buah ini ya"

"Asyik makan buah-buahan!" serempak Jani dan Jho berteriak kegirangan.

Jho lalu mengulurkan tangannya pada Jani sambil meminta maaf duluan.

"Jani aku minta maaf ya, kita temanan lagi yuk"

"Ayo! Jho" kata Jani sambil tersenyum dan membalas uluran tangan Jho.

"Nah! Gitu dong anak-anaknya ibu nggak boleh bertengkar ya, harus selalu rukun seperti ini. Sekarang ini kita makan bareng ya" ujar Murni sambil memberikan mangkok besar berisi buah-buahan pada mereka.

Jani dan Jho lalu memakan buah-buahan itu. Karena Murni seorang ibu yang baik, penyayang dan tulus jadi Jani pun tak pernah sungkan-sungkan padanya hingga Jani sendiri sudah menganggap Murni seperti ibunya sendiri.

Tak berapa lama datanglah Hadi yang saat itu baru pulang dari luar kota dia langsung mampir kerumah Murni karena dia melihat ada Jani main dirumah Jho.

"Assalammualaikum" sapa salam Hadi.

"Waalaikummusalam, Eh! Mas Hadi baru pulang kerja ya" jawab Murni.

"Iya Mbak, saya pulang lewat sini lihat Jani lagi main sama Jho jadi saya mampir aja kesini"

"Mereka lagi asyik makan tuh!" tunjuk Murni pada kedua bocah itu sambil tersenyum.

"Jani ini bapak kamu sudah pulang" ujar Murni pada Jani.

Jani lalu melirik ke bapaknya kemudian dia berdiri dan berlari memeluk bapaknya.

"Bapaaak! Pulaaang! Asyik!" teriak Jani sambil memburu bapaknya.

Hadi lalu memeluk putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang.

"Jani ngerepotin tante Murni nggak? Jani nakal gak sama Jho?" tanya Hadi sambil berjongkok untuk menyeimbangkan tinggi tubuh Jani yang masih kecil dan pendek.

Jani hanya tersenyum menanggapi pertanyaan bapaknya.

"Tenang aja mas Hadi, Jani baik ko dia nggak nakal" ucap Murni.

"Baguslah kalau gitu.Oh iya Jani, bapak beliin oleh-oleh buat kamu. Jho, Om juga beliin oleh-oleh buat kamu"

"Beneran Om, Jho dapat oleh-oleh juga?" tanya Jho sumringah.

"Iya beneran. Ayo! Sini"

Jho lalu menghampiri Hadi sambil tersenyum senang, dia menanti Hadi memberikan oleh-oleh padanya.

Hadi lalu memberikan mobil remot kontrol pada Jho sedangkan Jani dikasih boneka Barbie.

"Jani nggak suka boneka Barbie Jani mau mobil kaya Jho" protes Jani sambil manyun karena tak suka sama bonekanya.

"Kamu kan anak gadis, jadi mainnya harus boneka bapak beli mobil emang itu mau dikasih kan ke Jho"

"Jani nggak mau Jani gak suka boneka. Jho kamu main boneka aja ya, aku main mobilan. Mainannya tukeran yuk" ucap Jani sambil merebut mobil-mobilan ditangan Jho lalu memberikan boneka Barbie pada Jho.

Jho lalu menatap ibunya dengan wajah sedih dan manyun, dia lalu mengadu pada ibunya sambil menangis dan memberikan boneka Barbie pada ibunya.

"Ibuuuu.. Jho gak mau main boneka, Jani malah nyuruh Jho main boneka"

Murni lalu memeluk Jho sambil berbisik "Jho jangan nangis, anak laki-laki itu tidak boleh menangis, nanti ibu beliin kamu mainan ya, mobil itu biarin buat Jani aja, udah ya sayang Jho jangan nangis lagi"

Jho akhirnya terdiam dan mengikhlaskan mainan itu untuk Jani.

"Aduh! Maafin Jani ya mbak, dia udah bikin Jho nangis" ucap Hadi merasa tak enak hati pada Murni dan Jho.

"Nggak apa-apa Jho anaknya gampang di bujuk ko" kata Murni sambil tersenyum.

"Jani kamu nggak boleh kaya gitu, bapak beli mainan itu buat Jho, buat Jani itu boneka Barbie jadi ayo! kasih mobil-mobilan itu ke Jho" titah Hadi sambil melototin Jani yang saat itu menatapnya.

Jani jadi merengut dia lalu memberikan mobil remot kontrol itu pada Jho setelah itu Jani pergi dengan berlari.

"Bapak jahat!" sergah Jani sambil berlari.

"Janiii!" teriak Hadi.

"Mbak saya minta maaf ya atas sikafnya Jani"

"Iya nggak apa-apa"

"Saya kejar Jani dulu ya" kata Hadi.

"Iya..iya.. mas"

Hadi lalu mengejar Jani sambil berteriak memanggil namanya karena dia sudah tak terlihat n'tah lari kemana?

Ditempat lain gadis keci yang lagi ngambek itu terus berlari tanpa menoreh ke belakang hingga tibalah dia disebuah pohon yang disampingnya ada pos ronda. Jani berhenti dan duduk di pos ronda sambil menangis.

"Hiks.. hiks.. hiks.. bapak jahat..hiks.. hiks.. " tangis gadis kecil itu.

Tiba-tiba dari arah lain terlihat seorang anak kecil bertubuh gempal sedang berlari kocar kacir karena dikejar sama anak kecil lainnya.

"Aaaaaaa...ibuuuu! Tolooong Gio, Anjar jahat terus kejar Gioooo!" teriak anak laki-laki bertubuh gempal itu.

Jani yang mendengar lalu melirik ke arah anak laki-laki itu. Anak laki-laki yang tidak lain bernama Gio itu lalu bersembunyi dibelakang pos ronda sementara Anjar terus mengejarnya hingga melewati Jani.

Jani yang usil tiba-tiba menyelonjorkan kakinya sambil terus duduk di pos ronda, Alhasil Anjar yang tak memperhatikan keberadaan Jani langsung tersandung dan jatuh tersungkur dengan mencium aspal jalanan.

"Auh! Sakit. Huuaaaaa.. hiks.. hiks.. hiks.. mamaaa.." seketika pecahlah tangisan Anjar yang kesakitan sambil terus tengkurap.

Sementara Jani pura-pura tidak melihat dan tidak mendengar, sedangkan Gio terus mengintip Jani dan Anjar disela-sela pembatas pos ronda.Tak berapa lama Anjar pun langsung pulang kerumahnya.

Gio lalu keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Jani yang saat itu mengayun-ayunkan kedua kakinya sambil terus duduk.

"Terimakasih ya" ucap Gio sambil menunduk dan berdiri disamping Jani.

Jani hanya melirik ke arah Gio tanpa menjawab ucapan terimakasih dari Gio. Gio akhirnya duduk disamping Jani. Dengan malu-malu Gio lalu mengulurkan tangannya sambil berkata.

"Namaku Gionino panggil saja aku Gio nama kamu siapa?"

Lagi-lagi Jani masih jual mahal dia hanya melirik Gio lalu mencuekinya lagi. Sebenarnya Jani dan Gio sudah sering bertemu tapi mereka tak pernah saling menyapa dan juga tidak akrab jadi wajar kalau mereka masih tak saling kenal dan tak tahu nama satu sama lainnya. Dikala suasana menjadi hening untuk sejenak tiba-tiba terdengar suara perut keroncongan yang berasal dari perut Jani.

Krucuk.. krucuk.. krucuk..!!

"Kamu lapar ya?" tanya Gio yang tak sengaja mendengar suara perut keroncongan Jani.

Gio lalu mengeluarkan banyak bungkusan coklat kecil dari saku celananya.

"Kamu mau coklat? Ini ambil" kata Gio sambil menyodorkan segenggam coklat dari saku celananya.

"Namaku Rinjani panggil saja Jani" ucapnya sambil mengambil coklat dari tangan Gio lalu memakannya.

Gio pun tersenyum pada Jani yang akhirnya mau bersuara ketika dikasih coklat.

"Bapakku selalu melarangku memakan coklat karena takut gigiku bolong jadi aku jarang makan coklat padahal aku sangat suka makan coklat" ujar Jani lebih bersahabat lagi pada Gio.

Mereka akhirnya makan coklat bersama. Setelah satu jam berada di pos ronda Jani dan Gio akhirnya ditemukan oleh orang tua mereka, Jani dan Gio lalu dibawa pulang kerumah masing-masing karena senja akan berganti menjadi malam.

Sejak saat Itu Jani dan Gio berteman, mereka selalu main bersama dengan Jho juga, ditambah lagi Irwan itu teman sekelas adik laki-lakinya Yuni yang tidak lain adalah ibunya Gio jadi Irwan sering bawa Jani main kerumah Yuni atas permintaan Jani sekalian Irwan main kerumah teman sekelasnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Fenti

Fenti

ya ampun Jani, dikasih coklat baru nyahut

2023-01-08

1

Fenti

Fenti

gak kebayang Jani kalau udah besar 😅, masih kanak-kanak saja udah usil kayak gitu

2023-01-08

1

Fenti

Fenti

kamu cewek lho masa mobil remote yang kamu suka

2023-01-08

1

lihat semua
Episodes
1 Kelahiran Rinjani
2 Bayi Kuntilanak
3 Jani ngambek
4 Hari pertama masuk sekolah
5 Awal mula rambut pendek
6 Lempar batu sembunyi tangan.
7 Masa-masa sekolah menengah pertama
8 Jelajah Malam
9 Pergi berlibur
10 Hilang seperti ditelan bumi
11 Belum ditemukan
12 Proyek pembangunan
13 Gadis kecil
14 Bidadari bersayap dongkrak
15 Gadis cantik didalam bus
16 Gadis cantik didalam bus part 2
17 Tenggelam
18 Sebuah Fakta
19 Kini kembali
20 Saling menerka
21 Kebohongan Jani
22 Keinginan yang terpendam
23 Kecewa
24 Dinasehati lagi
25 Maaf
26 Misi Shabira
27 Akhirnya dimaafkan juga
28 Pengakuan Atar
29 Flashback
30 Pertanyaan bikin bingung
31 Gara-gara nangkap katak
32 Selalu salah
33 Cemburu
34 Surat undangan
35 Hari Ayah
36 Bertengkar
37 Siapa yang mengkhianati siapa???
38 Terjebak oleh ucapan sendiri
39 Sulit
40 Pergi
41 Dikunci
42 Kekacauan di caffe
43 Masuk rumah sakit
44 Pilih Ibu atau Shabira?
45 Siuman
46 Jeritan hati
47 Kejelasan status
48 Menepati Janji
49 Lampu hijau
50 Tetap pada pendirian
51 Tawa dibalik duka
52 Dipecat jadi ayah
53 Malu
54 Ketahuan
55 Diusir
56 Melamar
57 Pulang
58 Terharu
59 Kemarahan Hadi
60 Hukuman bagi Atar
61 Dia itu Rinjani
62 Kedatangan keluarga Atar
63 Suratan takdir
64 Dion ngamuk
65 Mendadak mak comblang
66 Ke KUA
67 Rahasia yang tertimbun tanah
68 Lalu ini salah siapa?
69 Wedding
70 Hari yang penuh kebahagiaan
71 Bayi besar
72 Kehidupan baru untuk ketiga pria
73 Dikira cupu ternyata suhu
74 Wanita dengan bayi kecilnya
75 Siapa yang benar, Atar atau Raisa?
76 Makin rumit
77 Hal gila yang tak pernah aku dengar
78 Tipu daya Raisa
79 Sakit hati
80 Mencari kebenaran
81 Rencana Raisa
82 Krisis kepercayaan
83 Gio Kembali
84 Meminta putri dari ayahnya
85 Tak sadarkan diri
86 Spekulasi Atar
87 Terlantar
88 Kabar gembira
89 Mengajak Gio kerja sama
90 Kecurigaan Atar
91 Ayla Bitchi
92 Rahasia Jidan
93 Kejutan untuk Raisa
94 Akhirnya bahagia
95 Kenakalan remaja
96 Gen Rinjani
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Kelahiran Rinjani
2
Bayi Kuntilanak
3
Jani ngambek
4
Hari pertama masuk sekolah
5
Awal mula rambut pendek
6
Lempar batu sembunyi tangan.
7
Masa-masa sekolah menengah pertama
8
Jelajah Malam
9
Pergi berlibur
10
Hilang seperti ditelan bumi
11
Belum ditemukan
12
Proyek pembangunan
13
Gadis kecil
14
Bidadari bersayap dongkrak
15
Gadis cantik didalam bus
16
Gadis cantik didalam bus part 2
17
Tenggelam
18
Sebuah Fakta
19
Kini kembali
20
Saling menerka
21
Kebohongan Jani
22
Keinginan yang terpendam
23
Kecewa
24
Dinasehati lagi
25
Maaf
26
Misi Shabira
27
Akhirnya dimaafkan juga
28
Pengakuan Atar
29
Flashback
30
Pertanyaan bikin bingung
31
Gara-gara nangkap katak
32
Selalu salah
33
Cemburu
34
Surat undangan
35
Hari Ayah
36
Bertengkar
37
Siapa yang mengkhianati siapa???
38
Terjebak oleh ucapan sendiri
39
Sulit
40
Pergi
41
Dikunci
42
Kekacauan di caffe
43
Masuk rumah sakit
44
Pilih Ibu atau Shabira?
45
Siuman
46
Jeritan hati
47
Kejelasan status
48
Menepati Janji
49
Lampu hijau
50
Tetap pada pendirian
51
Tawa dibalik duka
52
Dipecat jadi ayah
53
Malu
54
Ketahuan
55
Diusir
56
Melamar
57
Pulang
58
Terharu
59
Kemarahan Hadi
60
Hukuman bagi Atar
61
Dia itu Rinjani
62
Kedatangan keluarga Atar
63
Suratan takdir
64
Dion ngamuk
65
Mendadak mak comblang
66
Ke KUA
67
Rahasia yang tertimbun tanah
68
Lalu ini salah siapa?
69
Wedding
70
Hari yang penuh kebahagiaan
71
Bayi besar
72
Kehidupan baru untuk ketiga pria
73
Dikira cupu ternyata suhu
74
Wanita dengan bayi kecilnya
75
Siapa yang benar, Atar atau Raisa?
76
Makin rumit
77
Hal gila yang tak pernah aku dengar
78
Tipu daya Raisa
79
Sakit hati
80
Mencari kebenaran
81
Rencana Raisa
82
Krisis kepercayaan
83
Gio Kembali
84
Meminta putri dari ayahnya
85
Tak sadarkan diri
86
Spekulasi Atar
87
Terlantar
88
Kabar gembira
89
Mengajak Gio kerja sama
90
Kecurigaan Atar
91
Ayla Bitchi
92
Rahasia Jidan
93
Kejutan untuk Raisa
94
Akhirnya bahagia
95
Kenakalan remaja
96
Gen Rinjani

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!