Bayi Kuntilanak

Suasana sepi dan nampak lengang terlihat disebuah kampung dimalam itu. Tak ada warga yang beraktifitas atau pun hilir mudik di pukul 00.30 itu karena semua penghuni kampung yang berada dipinggiran kota besar ini sudah terlelap dalam mimpi indah mereka.

Lain halnya dengan sebuah rumah yang dari luar cahaya lampunya nampak temaram namun didalam rumah masih terdengar kegaduhan dari tangisan bayi kecil.

Didalam rumah. Hadi nampak kerepotan menenangkan bayinya yang terus menangis karena semalam dia demam tinggi, meski sekarang demamnya sudah turun tapi Jani masih saja menangis, hal itu sudah biasa dan wajar bagi bayi yang sedang sakit pasti dia rewel.

Hadi yang nampak kelelahan dan ngantuk karena masih belum tidur dijam segini dikarenakan baby Jani akan terus menangis kalau tak digendong, maka Jani akan sedikit tenang kalau digendong sambil jalan-jalan didalam rumah.

Toriq yang juga tak bisa tidur karena suara tangisan Jani yang super keras itu dan dia merasa kasihan pada adiknya Hadi akhirnya meminta pada Hadi untuk gantian menggendong Jani.

"Hadi kamu nampak kelelahan dan ngantuk, sini Janinya biar abang yang gendong kamu tiduran aja dulu supaya lebih fresh lagi" pinta Toriq.

"Ya udah, ini Janinya bang, maaf ya bang aku jadi ngerepotin bang Toriq"

Hadi lalu memberikan Jani pada Toriq.

"Tidak apa-apa Hadi, Jani juga sudah seperti anakku sendiri ko"

Setelah itu Hadi langsung tiduran disofa ruang tamu untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak dari rasa penat yang mendera tubuhnya.

Beberapa Jam kemudian. Jani menangis lagi karena ingin minum susu, karena Toriq tak bisa membuatkan susu formula untuk Jani sambil menggendong bayi akhirnya dia membangunkan Hadi yang masih terlelap tidur.

"Hadi, Hadi bangun! Hadi bangun" ucap Toriq membangunkan Hadi sambil menepuk bahunya Hadi.

Tak berapa lama Hadi pun terbangun, dia duduk sambil mengucek kedua netranya untuk ngumpulkan nyawanya yang masih belum terkumpul.

"Ada apa bang Toriq? Apa Jani rewel lagi?" tanyanya masih menahan rasa kantuk.

"Iya Jani rewel lagi kayanya sekarang dia mau minum susu, kamu buatin susu gih buat Jani, Abang gak bisa kalau sambil gendong Jani"

"Iya bang, tunggu sebentar ya" Hadi lalu pergi kedapur.

Tak berapa lama dia lalu kembali dari dapur dengan raut wajah sedikit cemas.

"Bang susu formulanya habis"

Toriq lalu menatap jam yang terpasang didinding, waktu saat itu menunjukan pukul 03.00 pagi.

"Kalau jam segini toko atau pun mini market pasti masih belum buka jadi gimana dong? Kasihan Jani dia pengen minum susu" ujar Toriq merasa cemas dan bingung.

Saat Hadi dan Toriq dalam kebingungan tiba-tiba Pak Muiz keluar dari kamarnya dan menghampiri mereka.

"Hadi, Toriq, Jani kenapa nangis terus?" tanya Pak Muiz.

"Bapak! Ini Jani ingin minum susu tapi susu formulanya habis kalau jam segini toko atau pun mini market pasti masih tutup, jadi kami bingung harus bagaimana" jawab Hadi.

Sejenak Pak Muiz berpikir tak berapa lama kemudian dia mulai bicara kembali.

"Hadi, bagaimana kalau kita kerumah Murni saja, dia juga kan punya bayi, kita minta Murni untuk menyusui Jani saja bukan kan Murni pernah beberapa kali menyusui Jani" saran Pak Muiz.

"Sepertinya saran bapak bagus juga.Tapi Pak, apa kita tidak akan mengganggu tidurnya Murni sepagi buta ini kita sudah membangunkannya?" tanya Hadi merasa ragu untuk minta tolong pada Murni.

"Iya emang sih! Bapak juga merasa tidak enak hati tapi mau gimana lagi dari pada Jani nangis terus karena lapar"

"Ya udah aku akan pergi kerumah Murni. Bang Toriq sini biar Jani aku gendong, bang Toriq tidur lagi aja ini kan masih pagi" ujar Hadi sambil meminta anaknya dari gendongan Toriq.

Toriq lalu memberikan Jani pada Hadi sambil berkata "Ini, Semoga Murni mau membantu kita ya"

"Iya bang aamiin, ya udah aku pergi dulu ya assalammualaikum" Hadi pamitan.

"Waalaikummusalam, hati-hati dijalannya ya Hadi" jawab salam Hadi oleh Toriq.

"Iya bang" sahut Hadi sambil berlalu pergi.

"Hadi! Tunggu! Bapak juga mau ikut nemenin kamu kerumah Murni" kata Pak Muiz seraya setengah berlari mengejar Hadi yang sudah berada diambang pintu depan rumahnya.

Mereka lalu pergi kerumah Murni yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Tapi disepanjang jalan Jani terus menangis karena tak sabar ingin cepat minum susu. Suara tangisan Jani disepanjang jalan yang gelap dan sunyi itu terdengar samar-samar hingga meremangkan bulu kuduk yang mendengar suara tangisannya dipagi buta ini.

Sesampainya dirumah Murni. Hadi langsung mengetuk pintu sambil mengucap salam pada penghuni rumah.

Tok.. tok.. tok..!

"Assalammualaikum"

Berkali-kali Hadi mengetuk pintu hingga akhirnya salah satu penghuni rumah membukakan pintu dan menjawab salam dari Hadi.

"Waalaikummusalam, Hadi! Ada apa pagi-pagi begini kerumahku?" tanya Indra yang tidak lain adalah suaminya Murni.

"Maaf kan saya mas Indra, mengganggu tidurmu dipagi buta seperti ini tapi bisakah mas Indra menolongku?" ucap Hadi.

"Minta tolong apa?"

Hadi lalu menceritakan prihal kedatangannya kerumah Indra yang tidak lain untuk meminta Murni menyusui Jani.

"Oh! begitu. Kalau begitu ayo! Kita masuk kebetulan Murni sudah bangun karena dijam segini biasanya Jhosua sudah bangun, dia suka ingin diajak ngobrol dijam segini"

"Oh! Syukurlah kalau mbak Murni sudah bangun"

Mereka lalu masuk, Indra segera memanggil istrinya dan menyuruhnya menyusui Jani sementara Jho digendong olehnya dan diajak berceloteh. Murni pun menyusui Jani. Sementara Hadi, pak Muiz dan Indra menunggu diluar kamar sambil mengajak Jhosua berceloteh.

"Wah! Jho anak yang pinter dan rewel ya dari tadi dia terus berceloteh" ujar pak Muiz.

"Iya pak, Jho emang suka banget diajak ngobrol kaya gini, pasti dia senang banget kalau diajak ngobrol"

Setelah Jani merasa kenyang dia akhirnya terlelap tidur lalu Murni membawanya keluar kamar dan memberikannya pada Hadi.

"Terimakasih ya mbak murni, sudah mau menyusui Jani kalau tidak ada mbak Murni saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada Jani" ucap Hadi.

"Iya nggak apa-apa kalau Jani membutuhkan ASI lagi datang saja kerumah kami ya" ucap Murni sambil tersenyum.

Pagi Hari kemudian.

Jani masih terlelap tidur. Seperti biasa aktifitas dipagi hari dirumah berpenghuni 4 laki-laki beda generasi dan satu bayi perempuan itu sudah diatur sesuai tugas masing-masing karena dirumah itu tidak ada perempuan dewasa mereka harus melakukan tugas seorang perempuan agar bisa nyaman tinggal dirumah itu.

"Irwan! Abang nitip Jani dulu ya sebelum kamu pergi sekolah, abang mau belanja dulu ditukang sayuran" teriak Hadi saat melewati kamar Irwan.

"Iya bang" sahut Irwan yang saat itu sedang memakai seragam sekolahnya.

Hadi pun segera mencari tukang sayur yang biasa keliling dikampungnya itu. Setelah cukup lama dia mencari tukang sayur akhirnya Hadi menemukan juga tukang sayur yang sedang mangkal dengan dikerubungi ibu-ibu yang belanja sambil ngerumpi.

Hadi langsung bergabung dan mulai memilih sayuran yang akan dibelinya. Salah satu dari ibu-ibu bercerita.

"Mbak, mbak tahu nggak semalam saya mendengar suara tangisan bayi dari luar rumah pas saya cek sambil ngintip dijendela kaca, nggak ada siapa-siapa. Ih! Seketika saya jadi merinding gitu saya langsung balik lagi tidur" tutur Yayu.

"Eh! Mbak Yayu denger juga, saya juga dengar semalam ada suara tangisan bayi pas dicek keluar nggak ada apa-apa"

"Iya saya juga dengar tapi saya tidak berani ngecek soalnya saya takut" tambah ibu yang lainnya.

"Wah! Ibu-ibu jangan-jangan itu bayi kuntilanak, saya juga denger cerita yang seperti itu dari ibu-ibu dikampung sebelah yang belanja sayuran disaya, ceritanya sama persis seperti kalian dan ternyata nih! Ada salah satu warga yang mergokin kuntilanak bawa bayi yang nangis terus. Besok paginya ada salah satu warga yang kehilangan bayinya loh" tambah tukang sayur sedikit menakut-nakuti.

"Ih! Mang supri bikin horor aja deh! Dirumah saya kan ada bayi, saya jadi takut nih" protes seorang ibu yang dari tadi cuma diam menyimak pembicaraan mereka.

"Ih! Saya serius bu Marni, ini beneran ceritanya tidak bohong" ujar tukang sayur meyakinkan ibu-ibu.

Hadi yang juga ikut mendengarkan cerita ibu-ibu itu lalu berkata dalam hatinya "Semalamkan aku yang bawa Jani yang nangis terus kerumah mbak Murni. Itu artinya mereka ngatain bayiku bayi kuntilanak dong. Hadeeeehh... "

Hadi lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah selesai belanja dia lalu kembali pulang. Sejak saat itu Jani jadi sering disusui oleh Murni, meski pun tak ada ikatan darah antara Jho dan Jani dan mereka terlahir dari orang tua yang berbeda tapi mereka sudah seperti saudara kandung karena mempunyai ikatan batin seibu persusuan. Jani dan Jho akhirnya tumbuh bersama menjadi seorang anak yang sama-sama aktif, cerewet, petakilan dan agak nakal diusianya yang masih kecil.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Fenti

Fenti

aduh memang emak-emak komplek yaa ghibahnya ada² saja😁😂

2023-01-06

1

Fenti

Fenti

memang ibunya baby Jani ini dimana??

2023-01-06

1

gegechan (ig:@aboutgege_)

gegechan (ig:@aboutgege_)

Haha Jani dikatain bayi kuntilanak tuh pak, emang gosip ibu ibu suka gitu ya

salam dari ARCTURUS Kak

2022-12-31

2

lihat semua
Episodes
1 Kelahiran Rinjani
2 Bayi Kuntilanak
3 Jani ngambek
4 Hari pertama masuk sekolah
5 Awal mula rambut pendek
6 Lempar batu sembunyi tangan.
7 Masa-masa sekolah menengah pertama
8 Jelajah Malam
9 Pergi berlibur
10 Hilang seperti ditelan bumi
11 Belum ditemukan
12 Proyek pembangunan
13 Gadis kecil
14 Bidadari bersayap dongkrak
15 Gadis cantik didalam bus
16 Gadis cantik didalam bus part 2
17 Tenggelam
18 Sebuah Fakta
19 Kini kembali
20 Saling menerka
21 Kebohongan Jani
22 Keinginan yang terpendam
23 Kecewa
24 Dinasehati lagi
25 Maaf
26 Misi Shabira
27 Akhirnya dimaafkan juga
28 Pengakuan Atar
29 Flashback
30 Pertanyaan bikin bingung
31 Gara-gara nangkap katak
32 Selalu salah
33 Cemburu
34 Surat undangan
35 Hari Ayah
36 Bertengkar
37 Siapa yang mengkhianati siapa???
38 Terjebak oleh ucapan sendiri
39 Sulit
40 Pergi
41 Dikunci
42 Kekacauan di caffe
43 Masuk rumah sakit
44 Pilih Ibu atau Shabira?
45 Siuman
46 Jeritan hati
47 Kejelasan status
48 Menepati Janji
49 Lampu hijau
50 Tetap pada pendirian
51 Tawa dibalik duka
52 Dipecat jadi ayah
53 Malu
54 Ketahuan
55 Diusir
56 Melamar
57 Pulang
58 Terharu
59 Kemarahan Hadi
60 Hukuman bagi Atar
61 Dia itu Rinjani
62 Kedatangan keluarga Atar
63 Suratan takdir
64 Dion ngamuk
65 Mendadak mak comblang
66 Ke KUA
67 Rahasia yang tertimbun tanah
68 Lalu ini salah siapa?
69 Wedding
70 Hari yang penuh kebahagiaan
71 Bayi besar
72 Kehidupan baru untuk ketiga pria
73 Dikira cupu ternyata suhu
74 Wanita dengan bayi kecilnya
75 Siapa yang benar, Atar atau Raisa?
76 Makin rumit
77 Hal gila yang tak pernah aku dengar
78 Tipu daya Raisa
79 Sakit hati
80 Mencari kebenaran
81 Rencana Raisa
82 Krisis kepercayaan
83 Gio Kembali
84 Meminta putri dari ayahnya
85 Tak sadarkan diri
86 Spekulasi Atar
87 Terlantar
88 Kabar gembira
89 Mengajak Gio kerja sama
90 Kecurigaan Atar
91 Ayla Bitchi
92 Rahasia Jidan
93 Kejutan untuk Raisa
94 Akhirnya bahagia
95 Kenakalan remaja
96 Gen Rinjani
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Kelahiran Rinjani
2
Bayi Kuntilanak
3
Jani ngambek
4
Hari pertama masuk sekolah
5
Awal mula rambut pendek
6
Lempar batu sembunyi tangan.
7
Masa-masa sekolah menengah pertama
8
Jelajah Malam
9
Pergi berlibur
10
Hilang seperti ditelan bumi
11
Belum ditemukan
12
Proyek pembangunan
13
Gadis kecil
14
Bidadari bersayap dongkrak
15
Gadis cantik didalam bus
16
Gadis cantik didalam bus part 2
17
Tenggelam
18
Sebuah Fakta
19
Kini kembali
20
Saling menerka
21
Kebohongan Jani
22
Keinginan yang terpendam
23
Kecewa
24
Dinasehati lagi
25
Maaf
26
Misi Shabira
27
Akhirnya dimaafkan juga
28
Pengakuan Atar
29
Flashback
30
Pertanyaan bikin bingung
31
Gara-gara nangkap katak
32
Selalu salah
33
Cemburu
34
Surat undangan
35
Hari Ayah
36
Bertengkar
37
Siapa yang mengkhianati siapa???
38
Terjebak oleh ucapan sendiri
39
Sulit
40
Pergi
41
Dikunci
42
Kekacauan di caffe
43
Masuk rumah sakit
44
Pilih Ibu atau Shabira?
45
Siuman
46
Jeritan hati
47
Kejelasan status
48
Menepati Janji
49
Lampu hijau
50
Tetap pada pendirian
51
Tawa dibalik duka
52
Dipecat jadi ayah
53
Malu
54
Ketahuan
55
Diusir
56
Melamar
57
Pulang
58
Terharu
59
Kemarahan Hadi
60
Hukuman bagi Atar
61
Dia itu Rinjani
62
Kedatangan keluarga Atar
63
Suratan takdir
64
Dion ngamuk
65
Mendadak mak comblang
66
Ke KUA
67
Rahasia yang tertimbun tanah
68
Lalu ini salah siapa?
69
Wedding
70
Hari yang penuh kebahagiaan
71
Bayi besar
72
Kehidupan baru untuk ketiga pria
73
Dikira cupu ternyata suhu
74
Wanita dengan bayi kecilnya
75
Siapa yang benar, Atar atau Raisa?
76
Makin rumit
77
Hal gila yang tak pernah aku dengar
78
Tipu daya Raisa
79
Sakit hati
80
Mencari kebenaran
81
Rencana Raisa
82
Krisis kepercayaan
83
Gio Kembali
84
Meminta putri dari ayahnya
85
Tak sadarkan diri
86
Spekulasi Atar
87
Terlantar
88
Kabar gembira
89
Mengajak Gio kerja sama
90
Kecurigaan Atar
91
Ayla Bitchi
92
Rahasia Jidan
93
Kejutan untuk Raisa
94
Akhirnya bahagia
95
Kenakalan remaja
96
Gen Rinjani

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!