Awal mula rambut pendek

Sang surya kini menyapa kembali penghuni bumi dengan cahayanya yang terang dan hangat. Semua mulai kembali beraktifitas seperti sedia kala.

Sama hal nya seperti para penghuni dirumah yang berpenghuni 4 laki-laki beda generasi dan satu perempuan kecil, setiap hari selalu ada keributan dipagi hari karena mereka sibuk menyiapkan diri untuk beraktifitas masing-masing.

"Pak, aku titip Jani ya, kalau pagi ini bapak mau nganterin pesanan anterin aja dulu pesanannya biar Jani berangkat sekolahnya diantar sama Irwan sekalian dia berangkat sekolah, nanti pulangnya tolong bapak jemput Jani ya" ujar Hadi pada pak Muiz.

"Iya, sekarang Janinya dimana? Suruh sarapan dulu gih" kata pak Muiz sambil nyiapin sarapan.

"Tadi sih! Dia masih mandi biasalah Jani itu kalau disuruh mandi suka lelet pas udah mandi nggak mau udahan, mungkin sebentar lagi udahan mandinya. Aku lagi buru-buru nih! Pak, aku harus berangkat sekarang, assalammualaikum" ucap Hadi sambil mencomot makanan yang terhidang dimeja makan untuk dimakan olehnya sambil berangkat kerja.

"Hadi! Sarapan dulu yang benar kenapa?" titah Pak Muiz.

"Nggak pak ini udah telat banget" ujarnya setengah berteriak.

Saat Hadi melewati kamar Jani dia mengetuk pintu kamar anaknya.

Tok.. tok..tok.. tok..!!

"Jani! Kamu udah belum mandinya? Kalau udah buruan sarapan dulu sebelum berangkat sekolah. Nanti berangkat sekolahnya dianter sama Om Irwan ya" teriak Hadi didepan pintu kamar Jani.

"Iya pak sebentar lagi Jani selesai mandi" sahut Jani yamg sudah terbiasa mandi dan berpakaian sendiri tapi biasanya nanti pakaiannya dirapihkan oleh bapaknya dan rambut panjang Jani dikepang dua.

Setelah itu Hadi pergi dan dia bertemu dengan Irwan yang sedang siap-siap untuk berangkat kesekolah.

"Irwan, abang titip Jani ya anterin dia kesekolah sekalian kamu berangkat sekolah, nanti pulangnya Jani akan dijemput bapak, sekarang Janinya masih dikamar, suruh dia sarapan dulu ya" titah Hadi pada Irwan.

"Iya bang Hadi" sahut Irwan.

Hadi pun bergegas pergi bekerja. Setelah Irwan selesai bersiap-siap dia lalu mencari Jani.

"Jani! Apa kamu masih dikamar?" teriak Irwan.

"Iya Om" sahut Jani didalam kamar mandi.

"Buruan ini sudah siang" teriak Irwan lagi.

"Iya Om" sahut Jani lagi.

Sambil menunggu Jani selesai mandi Irwan pergi sarapan dulu. 20 Menit kemudian.

"Jani mana sih! Ko belum kesini juga mana ini udah jam 07.15 lagi" gumam Irwan.

"Samperin ke kamarnya sana, jangan-jangan Jani masih dikamar mandi lagi" titah Pak Muiz.

"Iya pak"

Irwan pun pergi kekamar Jani tanpa bersua lagi dia langsung masuk kekamar tapi yang dicari tak terlihat akhirnya Irwan mencari Jani kekamar mandi.

Ceklek!

Pintu pun terbuka dan ternyata Jani masih belum mandi juga, disana dia lagi main air.

"Ya ampun! Janiiii! Dari tadi ngapain aja dikamar mandi, sekarang masih belum mandi juga, kamu mau sekolah apa nggak sih? Ini udah siang tahu" omel Irwan membuat Jani terhenyak kaget.

Karena kesal dan takut kesiangan akhirnya Irwan mandiin Jani sambil ngomel-ngomel tidak karuan setelah itu Jani disuruh pake baju. Irwan membantu memakaikan kaus kaki dan sepatu tak lupa rambut Jani disisirnya hingga rapi.

"Rambutku kepang om gerah kalau kaya gini" pinta Jani.

Irwan pun menuruti keinginan Jani tapi dia yang baru pertama kali mengepang rambut Jani hasinya pun tak rapih hingga membuat Jani protes karena tak suka dengan hasil kepangan Irwan.

"Ko jelek gini sih! Om, gak rapih kaya bapak, betulin lagi kepangannya" pinta Jani.

Irwan lalu mencoba mengepang rambut Jani sekali lagi dan hasilnya malah makin berantakan.

"Ih! Ko malah makin berantakan sih! Om, aku gak mau berangkat sekolah kalau rambutnya kaya gini" protes Jani.

"Iya, iya om betulin lagi" ucapnya agak ngegas.

Sebanyak apa pun Irwan merapihkan rambut Jani tapi karena dia seorang remaja yang tak bisa mengikat rambut anak gadis makannya hasilnya pun selalu tak rapih. Akhirnya Irwan menyerah.

"Aaaahh! Susah banget sih! Ngepang rambut bocah ini" gerutunya kesal.

"Jani ayo! Ikut Om ke kamar Om" ajak Irwan.

"Mau ngapain Om?" tanyanya penasaran.

"Nggak usah bawel. Ayo! Ikut aja" kata Irwan sambil menarik tangan gadis kecil itu.

Dikamar Irwan, Jani disuruh duduk dikursi yang didepannya ada cermin besar. Setelah itu dia mengambil alat cukur listrik lalu memotong pendek rambut panjang Jani sebahu tanpa izin dari si pemilik rambut.

"Ko rambutku dipotong om?" tanya Jani sedikit protes.

"Katanya kalau rambut kamu digerai terasa gerah, mendingan rambutnya dipendekin aja biar gak gerah,diam ya om mau rapihin rambutnya" jawab Irwan.

Jani yang awalnya tak suka rambutnya jadi pendek sebahu karena dia terbiasa memiliki rambut panjang lalu protes dengan tak mau diam, dia terus menggerak-gerakan kepalanya membuat Irwan kesulitan merapihkan rambut Jani.

"Jani diam dong, Om jadi susah ini"

"Jani nggak mau, Jani nggak? mau"

"Tapi ini sudah terlanjur Om potong mana kurang rapi lagi, Om rapihin dulu ya sebentar saja" bujuk Irwan sambil mencoba mencukur rambut Jani tapi Jani tetap tak mau diam alhasil rambut Jani jadi asal kecukur.

"Tuh! Kan rambut kamu jadi pitak tahu, kamu sih gak mau diam" hardik Irwan.

Tiba-tiba pak Muiz datang.

"Ko kalian masih belum siap juga sih? Ini udah jam 07.45 loh"

Irwan lalu melihat jam yang melingkar ditangannya.

"Aduh! Aku telat nih! Mana sekarang upacara bendera merah putih lagi. Ah! Udahlah, Jani ayo! Kita berangkat, rambut kamu tutup pake topi Om aja dulu pulang sekolah baru dirapihin" ajak Irwan sambil menarik tangan Jani.

"Pak kita berangkat dulu ya, Assalammualaikum" Irwan berpamitan.

"Waalaikummusalam.Eh! Itu Jani belum bawa tas"

"Aish!" keluh Irwan yang terus menarik tangan Jani lalu dia balik lagi untuk mengambil tas Jani.

Jani hanya bisa mengikuti kemana pun Om nya yang super riweh dengan tatapan datar dan tak sedikit pun takut kesiangan berangkat sekolah seperti Irwan yang terlihat panik dan takut kesiangan.

Setelah mengambil tas Jani mereka pun berangkat sekolah dengan menaiki sepeda. Jani kecil dibonceng didepan.

"Jani pegangan yang kuat kita akan ngebut" titah Irwan.

"Siap Om" ucapnya dengan senang hati.

Sesampainya disekolah Jani langsung masuk kelas sementara Irwan segera mengayuh kembali sepedanya menuju kesekolahnya.

Dikelas Jani

Seperti biasa bu Mira mulai mengajar anak-anak dan melakukan banyak permainan agar anak-anak tak jenuh terus belajar. Tapi hari ini ada hal yang berbeda yang membuat guru yang masih muda itu penasaran, akhirnya dia pun bertanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

"Jani tumben kamu pake topi? Dan itu topi siapa?" tanya bu Mira.

Gadis kecil yang masih polos dan sebenarnya tak terlalu perhatian pada penampilannya itu lalu menjawab.

"Om Irwan yang menyuruhku pakai topi dan ini topinya Om Irwan"

"Ooohh! Gitu ya, terus kenapa Jani masih memakai topi didalam kelas?" tanya bu Mira lagi.

"Kata Om Irwan aku tidak boleh membuka topi ini"

"Emang kenapa?" tanya bu Mira lagi makin penasaran.

"Nggak tahu" jawab Jani dengan polosnya sambil tangannya tak henti mainin pinsil yang dipegangnya.

Tiba-tiba Azka membuka topi Jani hingga terlihatlah rambut Jani yang pitak dan potongannya tidak karuan, sontak itu membuat Azka tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha...itu Bu rambut Jani dimakan sama rayap pantes saja dia menutupi rambutnya pake topi hahaha..."

Anak-anak lain yang penasaran lalu melihat rambut Jani dengan mendekatinya, semua lalu menertawakan Jani.

"Hahahahaha...hahahaha... "

Meski begitu Jani tetap cuek dan tak peduli dengan rambutnya. Bu Mira yang penasaran lalu menanyakan bagaimana bisa rambut Jani jadi seperti itu. Dia pun menceritakan semua kejadian tadi pagi hingga membuat rambutnya pitak. Bu Mira hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar cerita Jani dan keluarganya.

"Mentang-mentang dirumahnya nggak ada perempuan dewasa jadi beginilah hasil didikan laki-laki dan cara mengurus anaknya seperti ini. kasihan Jani untung aja Jani orangnya cuek dan ngga minderan" batin bu Mira.

...****************...

Sepulang Sekolah Irwan disuruh pak Muiz untuk membawa Jani ke salon agar merapihkan rambut Jani, setelah mengganti seragam sekolahnya Irwan, Jani lalu dibawa ke salon.

Di salon

"Selamat siang dek, ada yang bisa saya bantu" tanya pemilik salon.

"Siang juga mas, ini saya mau merapihkan rambut keponakan saya bisa kan mas?" jawab Irwan yang kemudian balik bertanya.

"Ya tentu saja bisa, kalau gitu dedek cantiknya duduk dulu ya, dan dedek cantiknya mau dipotong model gimana?"

Irwan lalu melihat berbagai gambar model rambut yang dipajang didinding salon.

"Mas rambut keponakan saya ini kan ada pitaknya biar gak kelihatan pitak gimana kalau dicukurnya model seperti ini" tunjuk Irwan pada salah satu gambar model rambut laki-laki

"Dek serius keponakannya mau dipotong model seperti ini?" tanya tukang salon itu agak ragu dengan pilihan Irwan.

"Serius mas, udah turutin aja"

"Baiklah dek"

Tukang salon itu lalu memotong rambut Jani. Dia pun dipakaikan kain dilehernya.Tak butuh waktu lama untuk mencukur rambut Jani seperti model rambut yang dipilih oleh Irwan.

"Nah! Sudah selesai, gimana baguskan?" ujar tukang salon.

Irwan mengacungkan kedua jempol tangannya sambil tersenyum dan berkata "Mantep! Ini keren banget"

Gadis kecil itu lalu berdiri dan menatap rambutnya dicermin.

"Om ko rambutku seperti ini?" tanya Jani dengan wajah polosnya.

"Ini keren dijamin kamu tidak akan kegerahan" jawab Irwan.

Setelah mendapat jawaban itu Jani tak berkomentar apa pun lagi. Mereka lalu pulang.

Pukul 20.00

Hadi baru sampai dirumahnya selepas pulang kerja, dia pun mengucap salam lalu masuk kerumah dan seperti biasa setiap pulang kerja hal yang paling pertama dicarinya adalah Jani.

"Pak Jani mana?"

"Jani lagi belajar sama Irwan diruang tv" jawab pak Muiz yang sedang duduk santai disofa ruang tamu.

Hadi pun segera menemui Jani sambil berteriak memanggil namanya.

"Jani! Jani! Bapak pulang!"

Betapa terkejutnya Hadi ketika melihat rambut Jani yang model potongannya seperti laki-laki.

"Astahfirullahaladzim Jani kenapa rambut kamu jadi seperti ini?"

"Maaf bang aku ngga sengaja bikin rambut Jani jadi pitak makannya aku rapihin kaya model gini" Irwan mewakili Jani untuk menjawab.

"Haduuuuhh!" keluh Hadi sambil menepuk jidaknya.

Karena Jani merasa nyaman dengan rambut pendek jadi semenjak kejadian itu dia tak pernah punya rambut panjang. Paling panjang rambutnya hanya sebahu dan seringnya Jani mencukur rambutnya dengan model rambut seperti laki-laki kebanyakan, meski Hadi sempat melarangnya untuk memotong rambut tapi Jani selalu menolak untuk memanjangkan rambutnya lagi dan itu terus berlanjut sampai dia tumbuh besar.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Fenti

Fenti

nyaman dengan cukuran laki-laki

2023-01-17

0

Fenti

Fenti

sumpah ngakak aku thor 😆😆

2023-01-17

0

Fenti

Fenti

dimakan rayap

2023-01-17

0

lihat semua
Episodes
1 Kelahiran Rinjani
2 Bayi Kuntilanak
3 Jani ngambek
4 Hari pertama masuk sekolah
5 Awal mula rambut pendek
6 Lempar batu sembunyi tangan.
7 Masa-masa sekolah menengah pertama
8 Jelajah Malam
9 Pergi berlibur
10 Hilang seperti ditelan bumi
11 Belum ditemukan
12 Proyek pembangunan
13 Gadis kecil
14 Bidadari bersayap dongkrak
15 Gadis cantik didalam bus
16 Gadis cantik didalam bus part 2
17 Tenggelam
18 Sebuah Fakta
19 Kini kembali
20 Saling menerka
21 Kebohongan Jani
22 Keinginan yang terpendam
23 Kecewa
24 Dinasehati lagi
25 Maaf
26 Misi Shabira
27 Akhirnya dimaafkan juga
28 Pengakuan Atar
29 Flashback
30 Pertanyaan bikin bingung
31 Gara-gara nangkap katak
32 Selalu salah
33 Cemburu
34 Surat undangan
35 Hari Ayah
36 Bertengkar
37 Siapa yang mengkhianati siapa???
38 Terjebak oleh ucapan sendiri
39 Sulit
40 Pergi
41 Dikunci
42 Kekacauan di caffe
43 Masuk rumah sakit
44 Pilih Ibu atau Shabira?
45 Siuman
46 Jeritan hati
47 Kejelasan status
48 Menepati Janji
49 Lampu hijau
50 Tetap pada pendirian
51 Tawa dibalik duka
52 Dipecat jadi ayah
53 Malu
54 Ketahuan
55 Diusir
56 Melamar
57 Pulang
58 Terharu
59 Kemarahan Hadi
60 Hukuman bagi Atar
61 Dia itu Rinjani
62 Kedatangan keluarga Atar
63 Suratan takdir
64 Dion ngamuk
65 Mendadak mak comblang
66 Ke KUA
67 Rahasia yang tertimbun tanah
68 Lalu ini salah siapa?
69 Wedding
70 Hari yang penuh kebahagiaan
71 Bayi besar
72 Kehidupan baru untuk ketiga pria
73 Dikira cupu ternyata suhu
74 Wanita dengan bayi kecilnya
75 Siapa yang benar, Atar atau Raisa?
76 Makin rumit
77 Hal gila yang tak pernah aku dengar
78 Tipu daya Raisa
79 Sakit hati
80 Mencari kebenaran
81 Rencana Raisa
82 Krisis kepercayaan
83 Gio Kembali
84 Meminta putri dari ayahnya
85 Tak sadarkan diri
86 Spekulasi Atar
87 Terlantar
88 Kabar gembira
89 Mengajak Gio kerja sama
90 Kecurigaan Atar
91 Ayla Bitchi
92 Rahasia Jidan
93 Kejutan untuk Raisa
94 Akhirnya bahagia
95 Kenakalan remaja
96 Gen Rinjani
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Kelahiran Rinjani
2
Bayi Kuntilanak
3
Jani ngambek
4
Hari pertama masuk sekolah
5
Awal mula rambut pendek
6
Lempar batu sembunyi tangan.
7
Masa-masa sekolah menengah pertama
8
Jelajah Malam
9
Pergi berlibur
10
Hilang seperti ditelan bumi
11
Belum ditemukan
12
Proyek pembangunan
13
Gadis kecil
14
Bidadari bersayap dongkrak
15
Gadis cantik didalam bus
16
Gadis cantik didalam bus part 2
17
Tenggelam
18
Sebuah Fakta
19
Kini kembali
20
Saling menerka
21
Kebohongan Jani
22
Keinginan yang terpendam
23
Kecewa
24
Dinasehati lagi
25
Maaf
26
Misi Shabira
27
Akhirnya dimaafkan juga
28
Pengakuan Atar
29
Flashback
30
Pertanyaan bikin bingung
31
Gara-gara nangkap katak
32
Selalu salah
33
Cemburu
34
Surat undangan
35
Hari Ayah
36
Bertengkar
37
Siapa yang mengkhianati siapa???
38
Terjebak oleh ucapan sendiri
39
Sulit
40
Pergi
41
Dikunci
42
Kekacauan di caffe
43
Masuk rumah sakit
44
Pilih Ibu atau Shabira?
45
Siuman
46
Jeritan hati
47
Kejelasan status
48
Menepati Janji
49
Lampu hijau
50
Tetap pada pendirian
51
Tawa dibalik duka
52
Dipecat jadi ayah
53
Malu
54
Ketahuan
55
Diusir
56
Melamar
57
Pulang
58
Terharu
59
Kemarahan Hadi
60
Hukuman bagi Atar
61
Dia itu Rinjani
62
Kedatangan keluarga Atar
63
Suratan takdir
64
Dion ngamuk
65
Mendadak mak comblang
66
Ke KUA
67
Rahasia yang tertimbun tanah
68
Lalu ini salah siapa?
69
Wedding
70
Hari yang penuh kebahagiaan
71
Bayi besar
72
Kehidupan baru untuk ketiga pria
73
Dikira cupu ternyata suhu
74
Wanita dengan bayi kecilnya
75
Siapa yang benar, Atar atau Raisa?
76
Makin rumit
77
Hal gila yang tak pernah aku dengar
78
Tipu daya Raisa
79
Sakit hati
80
Mencari kebenaran
81
Rencana Raisa
82
Krisis kepercayaan
83
Gio Kembali
84
Meminta putri dari ayahnya
85
Tak sadarkan diri
86
Spekulasi Atar
87
Terlantar
88
Kabar gembira
89
Mengajak Gio kerja sama
90
Kecurigaan Atar
91
Ayla Bitchi
92
Rahasia Jidan
93
Kejutan untuk Raisa
94
Akhirnya bahagia
95
Kenakalan remaja
96
Gen Rinjani

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!