Takdir Cinta Miana

Takdir Cinta Miana

TCM 1

Di tengah halaman sekolah.

"Lihat! Bian. Buka mata kamu! Tampilan seperti ini bukankah hanya akan membuatmu malu. Bukankah ini seperti gadis murahan!" Sisil meletakkan satu lembar foto pada dada Bian. Perlahan, Bian mengamati foto itu.

Bian berusaha menepis apa yang ia takutkan. Akan tetapi, tampilan dalam foto yang ia lihat itu seakan membenarkannya.

Melihat raut wajah Bian yang menegang, hingga otot lehernya terlihat timbul seakan menahan amarah membuat Miana menggelengkan kepalanya samar. Ia sudah dapat menebak, bahwa Bian akan mempercayai apa yang ia lihat daripada penjelasannya.

"Aku nggak nyangka. Ternyata ini yang kamu sembunyikan."

"Nggak, Bian. Kamu salah paham."

"Kita, putus, Mia. Hubungan kita sampai di sini." Bian berucap dan memalingkan wajahnya dari Miana.

"Nggak, Bian! Kamu harus dengerin penjelasan aku!" Miana berusaha meraih tangan Bian dan segera di tepis oleh Bian.

"Ini semua nggak seperti yang kamu pikirkan, Bian."

Bian mengangkat satu telapak tangannya. Tanda ia tidak mau di dekati.

Melihat penolakan Bian, hati Miana terasa teriris. Ia menoleh pada Sisil yang terdiam mengamati Bian yang tengah memejamkan matanya. Hati Bian sungguh ingin menyangkal apa yang ia saksikan. Namun, wajah Miana sangat jelas disana.

"Ikut aku, Sisil!" Miana menarik paksa tangan Sisil. Ia berjalan cepat mengabaikan panggilan dari Bian. Sisil pun tidak berusaha memberontak. Ia ikuti langkah lebar Miana yang tengah menahan sisa kesabarannya.

Miana, gadis cantik berkulit putih, berambut panjang ,berwajah imut yang selalu ceria itu kini terlihat berbeda dari hari biasanya. Pada lengan kiri seragamnya terdapat bet bertuliskan XII IPA 1, dan di sisi lengan kanannya terdapat lokasi tempat sekolah Miana, SMAN 89 Kota A.

Plakk. Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Sisil. Miana membawa Sisil menepi dari tengah halaman sekolah dan berakhir di samping gedung laboratorium. Miana sudah di ambang batas kesabarannya. Mulut mungil adik kesayangannya itu sudah sangat keterlaluan memfitnahnya di depan kekasihnya, Bian.

Terasa panas dan perih di satu pipi kiri gadis berseragam SMA itu. Sisil, memegangi sisi pipi kirinya dan menatap tajam pada gadis berseragam yang sama dengannya.

"Jaga mulut kamu, Sisil! Cukup kamu fitnah aku! Aku udah cukup mengalah diam karena berbagai ulah kamu. Kali ini aku nggak akan diam lagi terlebih dengan alasan Papa!" Miana membentak gadis bernama Sisil di depannya.

"Oh, ya. Kamu lupa, Papa punya penyakit jantung, kakakku sayang." Sisil tersenyum sinis dan melirik seseorang yang tengah berlari menghampirinya.

"Yakin, kamu tega sama Papa? Baiklah, akan aku kasihkan foto ini kepada Papa." Sisil mengangkat satu lembar foto berukuran 4R, yang menampilkan potret Miana sedang memapah seorang pria berusia paruh baya dalam keadaan berjalan menunduk. Baju yang dikenakan Miana hanya berbalut tank top berwarna coklat dengan rok mini berwana senada. Dalam remang cahaya di depan sebuah cafe. Siapapun yang melihatnya, pasti akan berfikir yang tidak-tidak.

Miana terpaku. Ia selalu lemah jika berhubungan dengan Papa, orang yang amat sangat ia sayangi.

"Apa maumu kali ini, Sil?" lirih Miana.

Sisil mengangkat satu sisi alisnya, kakak tercintanya telah menunjukkan kekalahannya kembali kali ini. "Aku mau Bian, Kak. Kamu tahu, aku udah suka sejak dulu sama dia. Namun, kamu dengan teganya menerima dia! Walau kamu tahu aku menyukainya!"

Miana sudah tidak terkejut lagi, ia sudah bisa menebak bahwa ini yang adiknya inginkan. Dulu ia berusaha menghindar dari Bian karena Sisil juga menyukai Bian. Namun, Bian tidak menghiraukannya karena yang ia cinta adalah Miana, bukan Sisil.

"Perasaan itu nggak bisa di paksakan. Mulut bisa saja berkata iya, Namun, hati tidak akan bisa berbohong."

"Jadi, jangan paksa aku buat melepasmu dan bersama Sisil, Mia!" terang Bian, beberapa bulan yang lalu. Saat itu Miana berusaha menepis rasanya pada Bian, agar Sisil tidak tersakiti olehnya.

Miana begitu menyayangi Sisil, begitu pun juga Sisil yang amat sangat menyayangi Miana. Namun, semua berubah semenjak masuk di kelas pertama, sekolah menengah atas dua tahun yang lalu.

Suatu ketika, Sisil merasa, Papa sangat membanggakan Miana yang selalu juara kelas paralel dari kelas satu. Hingga memberikan hadiah sepeda motor saat Miana berulang tahun yg ke tujuh belas. Sedangkan tidak untuk Sisil.

Tampilan Sisil yang selalu rapi dengan tatanan rambut modis dan selalu menjaga tubuh dengan perawatan tiap minggunya membuat ia berfikir ulang, sia -sia saja perawatan jika harus bertemakan debu jalanan. Sisil akhirnya menerima keputusan Papa dengan alasannya yang mementingkan kesehatan Sisil yang menjadi prioritas semua anggota keluarganya.

Awalnya, Sisil tidak terima. Namun, papa memberi pengertian jika Sisil tidaklah sekuat Miana. Dengan penyakit asma yang sering kambuh jika terkena debu berlebihan.

Beruntung ,waktu itu Sisil segera menurut dan menerima keputusan Papa. Ia akan tetap berangkat sekolah bersama Papa, dan pulang dengan menaiki taksi.

Sebetulnya Miana pun juga bisa berangkat bersama Papa. Tapi, Sisil selalu memaksa Papa untuk menurunkan Miana jauh sebelum sampai pada sekolahnya.

Awalnya Miana tidak keberatan, Namun, setelah ia rasakan ketidakadilan ini, Miana memilih untuk menggunakan sepeda motor pemberian Papa agar terhindar dari kemacetan ibukota. Terlebih usainya yang sudah menginjak tujuh belas tahun.

Sisil tidak mau, satu sekolah mengetahui jika ia dan Miana adalah saudara. Entahlah. Mungkin karena ketenarannya sebagai anak donatur tetap Yayasan di sekolah tidak menghilang darinya. Bagi Sisil, Miana sudah banyak beruntung karena prestasinya di bidang akademik. Sedangkan ia tidak dapat lebih unggul dari Miana. Ia tidak ingin semua orang membandingkannya dengan Miana.

"Miana," panggilan dari Bian mengalihkan perhatiannya dari renungannya.

"Jadi, biarkan Bian melepasmu dan jangan mengusiknya lagi, Kak," hardik Sisil lirih.

Miana melirik adiknya, berusaha menahan genangan air yang siap terjatuh dari pelupuk matanya.

Bian datang terengah karena berlarian mencari keberadaan Miana dan Sisil. Melihat keduanya baik-baik saja, ia merasa lega. Meskipun ia tidak menyukai Sisil, tapi membiarkan Miana berbuat yang tidak-tidak sungguh bukan yang ia harapkan.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Bian mendekati Sisil.

Tentu hal itu membuat Sisil bagai mendapatkan oase di gurun pasir. Sejuk dan membuat hatinya berbunga-bunga. Ia pasang wajah menyedihkan agar dapat menarik perhatian Bian.

"Nggak apa, Bian."

Sisil memegang tangan Bian dan menarik pergi dari sisi Miana.

Miana melihat kepergian Bian dan Sisil dengan nanar. Sekuat ia menahan air matanya keluar, nyatanya tumpah sudah. Ia terduduk pada bangku permanen. Pepohonan di sisi halaman sekolah membuat Miana sedikit meredakan panas terik matahari dan juga panas hatinya yang tengah hancur melihat hubungannya dengan Bian berakhir.

Miana menangkup wajahnya dan terisak sendirian disana.

Tanpa ia tahu, sedari tadi seorang lelaki bercelana jeans dengan kemeja yang di gulung rapi memerhatikan semua yang terjadi padanya. Ia hanya melipat kedua tangannya bersandar pada dinding ruang kesiswaan.

"Miana," panggil seorang gadis yang muncul dari koridor berlari kecil mendekati Miana.

Miana yang merasakan panggilan dari sahabatnya menoleh dan menghapus sisa air matanya, seraya tersenyum.

"Maafin aku, Na," pinta seorang gadis yang berkuncir ekor kuda, setelah sampai di hadapan Miana.

"Bukan salah kamu, Ris," tepis Miana.

Miana tahu, sahabatnya itu merasa bersalah atas apa yang menimpanya kali ini.

Riska, sahabat Miana, menarik tangan Miana untuk mengajaknya berjalan memasuki koridor kelas.

"Oh, namanya, Miana." Senyum kecil terbit di bibir seorang lelaki yang sedari tadi memerhatikan Miana. Dengan menyugar rambutnya, ia melirik pada pintu ruang kesiswaan yang masih tertutup. Ia segera berlalu untuk masuk ke ruang itu setelah dia yang di panggil Miana berlalu bersama seorang teman yang mengajaknya pergi.

☘️☘️☘️

Hai hai , mohon dukungannya kakak² ini karya kedua aku . Maafin dan mohon koreksinya bila banyak typo, maklum AQ baru baget di Dunia kepenulisan ini, jadi kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.

🙏🙏🙏

Boleh follow igeh aku bila mau kenal lebih dekat dengan aku, @rna.darkchoco.14

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu

2023-02-21

3

Alya Yuni

Alya Yuni

Si Miana ko goblok bngat

2022-11-13

2

Zeyn Seyi

Zeyn Seyi

Hae udh berantem

2022-09-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!