TCM 3

Miana segera menegakkan tubuhnya.

"Terimakasih, Pak. Dan maaf karena saya sedang terburu-buru," ucap Miana segan pada pria paruh baya itu. Kecerobohannya karena menghawatirkan Riska membuat Miana tidak memerhatikan lalu lalang pengunjung Mall yang semakin malam semakin ramai saja.

Terlihat pria lain dengan stelan jas yang hampir sama berbisik pada pria itu. Setelah mengangguk pria paruh baya itu memandang teduh pada Miana.

"Tidak apa-apa, Nak."

"Lain kali hati-hatilah!"

Miana mengangguk patuh, sedangkan pria paruh baya tadi memeriksa arloji di pergelangan tangannya. "Sudah malam, sebaiknya kamu segera pulang, orang tua kamu pasti sedang menghawatirkanmu." Pria tadi menyempatkan menoleh pada asistennya yang terlihat tidak tenang.

"Iya, Pak. Terimakasih, kalau begitu saya permisi." Miana menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat pada kedua orang berbeda usia itu.

"Iya, silahkan."

Pria tadi memerhatikan Miana yang kembali berjalan cepat, seraya tersenyum teduh.

Di tempat yang berbeda, tapi dalam Mall yang sama dua orang gadis sedang duduk di meja cafe. Terlihat keduanya sedang mengutak-atik ponsel salah satunya. Senyum dan tawa renyah mereka memerhatikan benda pipih dalam genggaman tangan.

"Sil, aku kasih kejutan buat kamu. Pasti kamu suka🤭."

Satu pesan terkirim beserta foto yang mereka tangkap beberapa waktu yang lalu.

Di tempat lain, di balik selimut tebalnya gadis seusia Miana telah tersenyum smirk memerhatikan chat dari temannya.

"Good job."

Begitu pesan yang ia kirimkan untuk balasan chat itu. Sisilia Pramita, anak kedua dari pasangan Surya dan Miranti. "Nggak perduli itu siapa, Kak. Yang aku mau, cuma Bian."

Sisil menyingkap selimut dan beringsut dari tempat tidurnya. Ia menepi pada jendela kamarnya. Melipat kedua tangannya, memandangi gemericik air di taman tepat di samping kamarnya. "Andai saja kakak dulu mau mengalah. Dan nggak terima Bian, pasti aku nggak kaya' gini." Sisil bergumam tanpa ekspresi apapun.

Tanpa Sisil tahu, Miranti, mamanya diam memerhatikan anak keduanya itu dengan sayu. Ia ikut sedih melihat anaknya murung. Ia mendekati Sisil dan memegang bahu anaknya hingga menoleh. "Mama," sapa Sisil.

Sisil kembali menceritakan rasa sakit saat melihat Miana bersama Bian. Selalu begitu. Sisil selalu menumpahkan rasa pada mama. Begitu pula dengan Mama yang selalu hangat pada putri keduanya.

"Ma, aku mau Bian. Mama harus bisa ngomong sama Mia buat jauhin Bian, Ma."

"Sil, kenapa Bian lagi? Kamu cantik, nggak kalah cantik dari Mia. Kamu bisa dapetin cowok yang kamu suka. Cowok cakep di dunia ini nggak cuma Bian, sayang."

"Mama pikir, cinta Sisil ini bisa di setting? Enggak, Ma!"

Miranti tersenyum dan membawa Sisil ke dalam pelukannya. "Nanti mama peringatkan lagi sama Mia, ya." Sejenak, mereka terlarut. Hingga suara ojek online yang dapat terdengar dari kamar Sisil berhenti untuk menurunkan penumpang yang mereka kenali, Miana.

Sisil dan Miranti melerai pelukannya. Masih memerhatikan Miana hingga hilang dari jangkauan. Melalui mimik wajah mama yang kesal, Sisil menangkap ide untuk menjalankan misinya. "Marahin, tuh. Pulang larut banget. Kaya orang nggak bener aja," pinta Sisil pada mama.

Miranti yang sudah geram pun seakan di bumbui agar meluapkan kekesalan pada anak pertamanya. Ia berjalan cepat untuk keluar dari kamar Sisil untuk menemui Miana.

Miana yang baru meletakkan tas selempangnya, di kejutkan oleh kedatangan mama karena gebrakan kasar pada pintu kamarnya.

"Bagus, ya! Tiap hari keluyuran. Enak banget kamu. Mikir nggak, sih, kamu. Papa di sana banting tulang buat biayain sekolah kamu! Kamunya asyik main-main!" Miranti mencecar Miana dengan menunjukkan jari telunjuknya pada dahi Miana.

"Ma, ini weekend, tadi aku pergi sama Riska. Boleh lah, sekali-kali, Ma. Ini juga nggak tiap hari."

"Masih berani, ya, kamu jawab begitu!" Miranti menyentak dan mendorong bahu Miana. Lalu, ia membelalakkan matanya, saat menyadari cara berpakaian Miana.

"Kamu." Miranti menunjuk dari kepala hingga kaki Miana.

"Sejak kapan kamu jadi cewek ganjen, begini," sentak Miranti.

"Ma, ini nggak-"

"Kamu nggak jual diri, kan?" tuding Miranti.

"Ma," pekik Miana tidak terima.

"Apa?"

"Mia bisa jelasin, Ma. Tadi tuh ada insiden dan jaket aku basah kare-"

"Jangan bilang, kamu cari cara buat dapetin uang jajan kamu karena mama sita ATM kamu!" Miranti tergelak. Menoleh ke belakang, pada pintu kamar Miana. Di sana ada Sisil yang bersandar sambil melipat tangannya sambil menatap merendahkan.

"Kemarin kamu gunain uang melebihi batas. Sekarang masih kurang?"

"Mama, kenapa, sih. Mama selalu menduga-duga hal yang belum tentu terjadi. Miana bisa jelasin untuk apa uang itu, Ma. Mia tahu batasan! Mia juga nggak sembarangan gunain uang dari papa. Mia udah bilang berkali-kali. Mia bisa mempertanggungjawabkannya."

Transaksi di luar dugaan itu terbaca karena notifikasi seluruh transaksi langsung terkoneksi pada email papa. Bukan hanya pada kartu Miana, tapi juga pada kartu Sisil.

"Kamu masih, kecil, Mia. Bisa apa kamu! Selain nyusahin Papa sama Mama!"

"Ma. Tolong percaya aku. Aku memang rutin berbagi donasi di panti asuhan. Papa juga nggak mempermasalahkannya. Tapi jumlahnya tidak sebesar itu, Ma. Mia juga nggak tahu, kenapa jumlah sebesar itu bisa keluar dari transaksi Mia," jelas Miana frustasi.

Sudut bibir Sisil berkedut, menahan tawanya. Memerhatikan keributan mama dan kakaknya. Ia hanya menggeleng lemah tanpa berminat ikut di dalamnya.

"Sorry, ya, Kak. Aku terlalu cemburu sama kamu," batin Sisil.

Sisil tahu kegiatan rutin yang Miana lakukan setiap bulan. Dulu saat masih sekolah SMP ia tidak mempermasalahkannya karena ia juga sering di ajak Miana untuk memberikan pada panti asuhan yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Namun, karena rasa cemburunya yang sudah bertumpuk-tumpuk. Ia melancarkan aksi jahilnya.

Terlebih, beberapa hari yang lalu, ia melihat Miana bersama Bian mengunjungi panti asuhan itu berdua. Kedekatannya dulu dengan sang kakak membuat mereka saling terbuka, hingga saling tahu nomor pin ATM masing-masing. Dengan begitu mudahnya, Sisil mengambil ATM Miana untuk ia gunakan untuk mentraktir kedua temannya, pergi ke salon, belanja dan nonton di bioskop. Tentu saja hal itu bukan karena ia tidak mempunyai uang sendiri, melainkan karena ia ingin Miana dalam masalah.

Cinta sungguh membuat gila. Logikanya, sesama saudara hendaknya saling menyayangi. Namun, rasa iri dan dengki telah membutakan Sisil.

☘️

Saat jam ke-empat pembelajaran, Sisil meneruskan foto yang di kirimkan oleh kedua sahabatnya, Thea dan Hazel. Ia mengirimkan foto itu pada Bian saat pelajaran sedang berlangsung.

Ketika guru mapel menyudahi pembelajaran, Bian dengan segera membuka benda pipih yang sedari tadi bergetar di saku seragamnya.

Bian membelalakkan matanya saat tahu ini adalah foto dari kekasihnya. Pemandangan yang tidak biasanya itu membuat Bian seolah menahan kobaran api yang sedang membakar hatinya. Ia lalu spontan menatap tajam pada Miana yang duduk tidak jauh dari mejanya.

Tiba-tiba, seorang gadis yang mengetuk pintu kelasnya segera mendekati meja Bian dan memberikan satu amplop putih pada dada Bian seraya bersungut-sungut.

"Nih, lihat baik-baik, Kak!"

Raya, adik Bian segera berlalu dari kelas kakaknya itu. Sedangkan Miana yang baru tersadar akan kehadiran Raya hendak menyapa gadis itu. Namun, melihat raut wajah Raya yang melirik tajam padanya membuat ia mengurungkan niatnya. Miana pernah di kenalkan pada keluarga Bian, saat Miana menghadiri ulang tahun Bian yang ke -18. Saat itu keluarga Bian menerima dengan baik kehadirannya. Tapi Raya, berubah sejak beberapa hari ini.

"Raya, kenapa ya?" batinnya.

Miana menoleh pada kekasihnya yang duduk terhalang satu meja di sampingnya, seakan mencari jawaban. Ketika ia melihat raut wajah Bian yang diam menegang hingga memperhatikan urat halus pada lehernya membuat Miana mengeryit heran.

"Bian," panggil Miana dengan senyumannya yang khas, senyum yang menampilkan jajaran giginya yang putih bersih hingga membuat matanya menyipit.

Bian yang sudah tidak tahan segera menggebrak meja dan meninggalkan kelas.

Merasa heran, Miana segera mengejar Bian yang berjalan cepat menyusuri koridor sekolah. Dan saat itu juga, room chat grup kelasnya mulai ramai dengan kiriman foto Miana yang berada dalam rengkuhan seorang pria paruh baya.

Bian sempat berhenti melihat ponselnya ramai dengan notif chat mendadak ramai itu karena foto kekasihnya menjadi topik pembahasan.

"Jangan ada yang berani menyebarkan foto ini, kalau kalian mau selamat!" Bian mengirimkan komentar pada room chat kelasnya. Terbukti notifikasi beruntun itu segera berhenti dengan ancaman dari anak orang penting di sekolah mereka.

Miana yang sempat membuka room chat grup kelasnya mendadak panik dan semakin mempercepat langkahnya. "Bian, tunggu!" Miana berhasil menahan lengan Bian.

"Bian aku bisa jelasin!"

Bian berbalik dan menatap tajam pada Miana.

"Jelaskan!"

"Waktu itu aku sedang mengejar Riska yang di seret pa-,"

"Jangan bawa-bawa orang lain, Mia," teriak Bian. "Aku bisa saja menahan apapun. Kamu larang aku anterin ke rumah, Oke! Kamu batasin waktu jalan kita. Anything! But, not for my jelously!"

Bian memegang bahu Miana kasar. "Lo deket sama ketua OSIS, oke. Gue bisa terima, karena Lo seksi humas disana. Lo deket sama Rio, Dev. Oke, gue bisa terima, karena mereka satu kelompok sama Lo. Dan sekarang, Lo ada di peluk-peluk om om, dengan pakaian minim seperti itu! Gue nggak tahan, Mia!"

Bian kembali berjalan meninggalkan Miana dengan mata yang memerah menahan kemarahannya. Saat Sisil melintasi Miana dan berusaha mengejar Bian. Saat itu Miana menahan tangan Sisil.

"Kau, lagi, Sisil."

Sisil menepis tangan Miana dan mengejar Bian. "Bian!"

☘️☘️☘️

************************************

Terimakasih yang sudah mampir di cerita ku. jangan lupa like dan komentarnya ya,pren. Kasih penilaian juga di kolom rate.

😍😍😍

Terpopuler

Comments

Widya Ekasari

Widya Ekasari

rencana jahat apa

2023-01-15

0

Zeyn Seyi

Zeyn Seyi

awas kmu ya

2022-10-01

0

Zeyn Seyi

Zeyn Seyi

Sisil kan adeknya

2022-10-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!