☘️
Suara Pak Bambang menginstruksi pada lelaki dengan seragam yang sama dengan Miana. Kehadirannya di depan kelas itu membuat beberapa mata siswi tidak mampu melewatkan pemandangan indah di depan sana.
Pembawaan yang tenang dan raut wajah yang santai itu memukau mata hampir seluruh siswi dalam kelas itu, kecuali Sisil dan Miana. Keduanya masih tertaut pada pesona Bian. Mereka masih menatap santai seraya memerhatikan guru mapel bahasa bertubuh gempal itu.
"Perkenalkan, nama saya Arga. Saya tinggal di perumahan xxx." Lelaki bernama Arga itu sedikit membungkukkan badannya. Sebagai salam perkenalan kepada seisi kelas.
"Hai, Arga,"
"Kasih nomor WhatsApp, donk,"
"Follow igeh aku dan retweet akun gue, yah, youlicha_zhu,"
"Jangan lupa juga Aisyah_ammar, yah," sahut siswi yang lain.
"Arga, boleh tau donk nomor rumah, Lo,"
Candaan tapi berisi pertanyaan sungguhan dari siswi-siswi membuat riuh kelas itu. Berbeda dengan respon datar dan biasa saja dari sebagian siswa dalam ruang kelas IPA 1.
"Sssstt, sudah-sudah. Kalau kalian mau lebih kenal dengan Arga, nanti setelah jam saya berakhir. Paham!" Gertakan dari Pak Bambang itu menghentikan celoteh siswa-siswi yang tadi sedikit riuh.
"Hhuuu,"
"Paham, Pak."
"Yahh, bapak."
"Sesi perkenalan dulu, lah, Pak. "
Pak Bambang tidak menghiraukan rengekan penghuni kelas. "Arga silahkan pilih bangku kosong yang mana," titah pak Bambang sambil menyimpan kedua telapak tangan di belakang tubuhnya.
"Baik, Pak." Arga kembali menundukkan kepalanya, tanda mengerti. Dan segera berjalan menuju bangku yang masih kosong.
Perlahan langkah lebar itu bergerak menuju meja kosong di belakang Miana.
Riska yang masih mengagumi pesona Arga, masih mengikuti gerak langkah teman baru mereka.
"Ris, gue bilangin ke Bayu, loh," goda Miana yang mengetahui arah lirikan mata sahabatnya.
"Sejak kapan Miana di tukang ngadu?" sahut Riska dengan menjulurkan lidahnya. Membuat Miana menggelengkan kepalanya.
Kelas kembali tenang mengikuti mapel bahasa Indonesia. Semua tertib karena memang Pak Bambang akan memberikan pekerjaan tambahan tanpa toleransi pada siapa saja yang berisik dalam pelajarannya.
Guru mapel bahasa Indonesia itu sudah menyiapkan tugas wawancara pada pelaku usaha. Masing-masing kelompok ada empat siswa dengan tugas masing-masing.
Pak Bambang sudah menyiapkan kuis agar adil dalam pemilihan kelompok. Sebelumnya, Pak Bambang udah memerintahkan kepada setiap siswa agar menulis nama masing-masing. Pak Bambang mengumpulkan semua kertas itu. Serta memanggil 5 orang untuk ke depan.
Miana, Angel, Dev dan Roni maju ke depan dengan mengambil empat potongan kertas dan menuliskan nama-nama yang mereka ambil pada papan tulis. Setelah selesai, mereka kembali ke bangku masing-masing.
"Baiklah, bapak tutup kelas hari ini. Selamat mengerjakan."
Kelas di tutup oleh Pak Bambang dengan meninggalkan kerja kelompok.
Decakan, rengekan, kelegaan menghiasi dua puluh siswa itu. Sebagian mereka lega karena dapat satu kelompok dengan sahabatnya. Atau berbanding terbalik dengan mereka yang akan berdecak malas jika satu kelompoknya bukanlah yang mereka harapkan.
"Pak Bambang, gini amat bikin kuis," keluh Miana.
"Emang kenapa, Na?" tanya Riska polos.
"Tuh, lihat aja kelompok gue." Miana mengarahkan dagunya da papan white board depan kelas.
"Andai aja dapat satu kelompok sama Bian, pasti akan ada waktu buat jelasin foto itu," lanjutnya sedih. Mengingat hubungannya kini sudah berakhir.
"Miana, Rio, Angel dan Arga," beber Riska membaca satu-persatu kelompok Miana.
"Eh, Lo, satu kelompok sama tuh anak baru, Na." Riska mengguncang bahu Miana. "Ohh, beruntung banget, sih, kamu. Satu kelompok sama cowok-cowok good looking semuahhh," lanjut Riska berbinar.
"Otak isinya cowok melulu, lihat tuh, ayang Bayu udah lirik-lirik manja. Pasti seneng dia, satu kelompok sama Lo." Miana tergeletak hingga menutupi mulutnya.
"So pasti, donk."
Riska yang duduk di depan Miana memberi kode pada sahabatnya itu, saat seorang di belakang bangkunya menatapnya tajam.
Sontak Miana segera menoleh pada Arga. "Ada masalah?" tanyanya pada Arga.
"Nggak ada!" Arga berucap datar.
"Oh, syukurlah."
Miana tersenyum hingga membuat matanya menyipit lalu ia kembali menghadap ke arah Riska.
"Ck. Cewek berisik."
Namun, kata Arga selanjutnya membuat Miana kembali membalikkan badannya. Ia melihat Arga memberengut.
"Lo bilang gue berisik?" Tanya Miana memastikan.
"Kalau Lo ngerasa, itu berarti telinga Lo nggak ada masalah."
"Ngeselin," keluh Miana mencurutkan bibirnya.
Sesuai perintah Pak Bambang. Miana yang sangat antusias dengan mapel bahasa ini, segera mengkoordinir pada teman-teman satu kelompoknya. Ia membuat grup chat. Ia segera menyadari bahwa ia perlu meminta nomor kontak Arga pada akhirnya.
"Ga, mana nomor Lo?" pinta Miana. Miana memasang wajah ramahnya seperti biasa.
Arga menaikkan sebelah alisnya. "Buat apa?" tanya Arga kembali.
"Lo nggak denger tadi Pak Bambang ngomong apa? Kita di suruh kerja kelompok dan gue butuh nomor, Lo, Ga."
"Lo, modus?"
Miana terkekeh, "Dimana modusnya, Ga?" Miana tertawa. "Ada-ada aja," lanjutnya.
"Ck, mana ponsel Lo!" Arga melirik gawai yang di bawa Miana.
Miana tersenyum sambil mencebikkan bibirnya. Tangannya terulur pada Arga, menyerahkan ponselnya. Arga segera mencari fitur kontak pada ponsel Miana, lalu mengetikkan sejumlah nomor di dalamnya.
Dapat terlihat olehnya, wallpaper pada layar pipih itu. Potret Miana bersama seorang yang duduk tidak jauh dari tempatnya. Saat Arga melirik pada orang yang ada dalam wallpaper ini, ia terkejut karena objeknya telah menatap tajam padanya. Ia hanya bergidik pelan, seraya menyunggingkan senyumannya, seolah hal yang lucu.
Tidak ada keributan lagi dengan keduanya. Tapi dua pasang mata yang sedari tadi memerhatikan Miana dan Arga masih terfokus pada mereka.
Arga menyerahkan kembali ponsel Miana. Miana pun segera memberi nama dan menyimpannya.
Hazel yang melihat Sisil menampilkan ekspresi geram dengan bergantian memandang Bian dan Miana pun segera peka dengan keadaan.
"Bian, baru juga sehari putus dari Lo, Mia udah deket aja sama tuh anak baru," ucap Hazel.
Respon Bian terlihat kesal dan beranjak dari duduknya. Bayu yang tengah bermain ponsel terkejut karena kelas masih akan berlanjut dan sahabatnya pergi begitu saja dari kelas. Ia segera mengekor, kemana langkah Bian berjalan.
"Mau kemana, Bi?" tanya Bayu sambil terus berjalan mengikuti sahabatnya berusaha mensejajarkan jalannya. Diamnya Bian, membuat Bayu berfikir telah terjadi sesuatu pada sahabatnya.
"Bian," panggil Bayu kembali. Namun, Bian masih tetap saja acuh pada teriakan sahabatnya.
Sampai tangan Bayu meraih bahu Bian membuatnya memutar badannya. "Kantin," jawabnya asal lalu kembali berjalan lebih cepat.
"Kantin? Lo lapar di jam kedua? Ini nggak mungkin," ujar Bayu kembali mengikuti Bian.
Tujuannya memang ke kantin dan ia memesan lemon tea. Setelahnya ia duduk pada bangku biasanya. Pun dengan Bayu yang ikut memesan menu yang sama. Ia sudah duduk tepat di depan Bian yang bersedekap melihat ke luar jendela.
Suasana kantin yang sepi karena memang jam kedua masih berlangsung. Bayu yang melihat raut wajah sahabatnya hanya terdiam pun masih bertanya-tanya masalah apa yang mengganggu sahabatnya itu. Sampai pesanan mereka datang dan Bian segera menyesap setengahnya.
"Masih soal Mia?" tanya Bayu setelah ia membasahi kerongkongannya dengan lemon tea dingin itu. Harum lemon dan melati pada minuman itu sedikit memberi rasa tenang.
"Gue pengen nggak percaya atas apa yang gue lihat di grup chat kemarin. Memang benar dan itu bukan editan, Bay."
Bayu segera tanggap, dua tahun mengenal Bian membuat ia mengerti jika Bian adalah type orang yang mudah cemburu. Di samping itu, Bian juga keras dan selalu memakai logika tanpa melihat sisi lainnya.
"Kenapa nggak coba Lo dengerin alasan Miana, Bi?" ujar Bayu.
"Gue ingin, tapi gue nggak bisa."
"Gue kesel. Mia itu sulit aku ajak jalan malam, tapi lihat apa yang ada di foto itu! Malam hari, dan dia bersama om om! Apa coba yang ia lakukan!"
"Lo tenang dulu, deh. Riska kan sahabat dia. Nanti gue bantu cari tahu lewat dia, deh."
"Nomor Mia udan gue blok, Bay."
Bayu terbelalak. Walaupun Bian mudah saja berganti pacar karena wajah tampan dan kekuasaan ayahnya. Tapi, mengingat sulitnya Bian saat mengejar cinta Miana dulu, membuat ia sangat yakin bila Bian masih menyayangi Miana.
☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
MEMEY
hadir kak
2022-07-21
1
aisyah syasyah
denger kek Bian, Miana-nya...
tapi udah ada Arga deng .......
2022-05-26
0
aisyah syasyah
typo boo
2022-05-26
1