You Belong With Me!
Pria tinggi dan tampan itu menatap pemandangan didepannya dengan tatapan kosong. Sudah dua tahun ia menetap dirumah neneknya hanya untuk melupakan seseorang yang membuatnya sakit hati, melihat kekasih yang ingin ia lamar terpergok sedang berciuman dengan pria lain. Sesak, tentu terasa sampai sekarang. Pria yang dulu hanya setia dengan satu perempuan menjelma menjadi Playboy yang suka berganti-ganti pasangan.
Baginya saat ini, perempuan itu munafik kecuali adik perempuan dan mamanya. Semua hanya ingin harta yang ada padanya bukan hati yang dimiliki pria itu. Begitulah cerita Abrisam Fairel Calief yang kerap dipanggil Sam mengenang masa lalunya.
"Nak, kamu ngapain disana?" tanya sang nenek berjalan mendekati cucu keduanya. Awal kedatangan Sam tentu membuat dirinya kaget, apalagi cucunya itu meminta untuk tinggal sementara disini. Tetapi, semua alasan itu sudah ia ketahui dari Haura—mamanya Sam.
"Eh Nenek, nggak ada aku lagi liat pemandangan disini, bagus," elaknya berusaha tersenyum pada neneknya.
"Pemandangan apa yang kamu bilang bagus nak,gersang kayak gitu kamu bilang bagus?" tanya Dania—nenek Sam, heran melihat tanah kosong itu.
"Eh?" Sam kembali membalikkan badannya dan menepuk jidatnya pelan memandangi tanah coklat kosong sedang dibangun rumah disebelah rumah neneknya.
Dania gemas menatap cucunya, ia pun mengelus pelan kepala cucunya itu. "Kamu nggak berniat balik lagi kerumah nak?"
Sam cemburut menatap neneknya, "Aaah nenek ngusir aku yaaa?"
"Heh, nggak loh. Nenek ingin kamu punya kehidupan yang kamu inginkan." ucap Dania lembut, walaupun sebenarnya memang benar ia ingin menendang cucu sialannya itu segera keluar dari rumahnya agar tidak menjadi beban selama disini.
"Apa aku pantas nek?" tanya Sam tiba-tiba sendu, ia memandang jam tangan yang sempat diberikan oleh Maisya—kekasihnya dulu.
"Kalau kamu masih terjebak dalam hubungan masa lalu, kamu nggak akan bisa memulai hidup dimasa depanmu Nak, ingat papa kamu dulu waktu da..."
"Aku tau Nek, Nenek udah ratusan kali menceritakan pertemuan Mama sama Papa, aku bosan dengar ceritanya," selanya memotong ucapan Neneknya.
Dania langsung menggetok kepala cucu laknatnya itu dengan tongkatnya. "Dasar cucu durhaka kamu, itu biar sebagai pelajaran buat kamu Nak." gemasnya.
"huft, iya ... iyaa Nek, besok aku balek pulang," ucapnya pasrah.
"Yees!"
"Nenek bilang apa tadi?" tanya Sam heran melihat tingkah neneknya. Dania mengubah raut wajahnya sambil berdeham pelan.
"Nggak ada Nak, ya sudah mending kamu istirahat sana, Nenek siapkan makan malam." ucap Dania melenggang pergi dari kamar cucunya.
Sam kembali melirik kearah balkon, ia menatap jam tangan itu. "Lebih baik gue buang aja nih sampah!" kesalnya sambil melempar jauh jam tangan pemberian Maisya itu dan berakhir remuk dilindas roda buldozer yang sedang beroperasi di tanah sebelah rumah neneknya.
"Anjiir langsung lenyap kenangan gue, dunia pun berpihak kepada gue. Benar kata Nenek, gue harus move on. Ayo Sam lupakan wanita sialan itu dan mulai buka lembaran baru. Hmm apa gue harus list siapa aja yang jadi mantan gue,pasti seru!" semangatnya tersenyum lebar mengingat pacar barunya saat ini yang ada di kota tempat kelahirannya.
***
"Nenek, makasih udah bolehin Sam tinggal disini selama dua tahun. Nanti pas pulang kampung, aku kesini Nek, jadi jangan sedih kalau aku udah balik lagi." pamitnya sambil mencium punggung tangan neneknya itu.
Dania menyeka air matanya cepat, ia tidak ingin menampakkan wajah sedihnya dihadapan Sam. Walaupun cucunya itu menyebalkan, tetapi setidaknya Sam menghiburnya selama anak itu ada disini bersamanya.
"hati-hati di jalan, jangan lupa baca doa," ucapnya sambik mengacak-acak rambut cucunya. "Jangan lupa kirim salam sama Mama, Papa, Alze sama Azza."
"Lah mending Nenek langsung aja video call dengan mereka!" serunya langsung digetok lagi kepalanya.
"Aduh!" keluhnya sambil memegang kepalanya.
"Heh, Nenek kan minta tolong padamu. Lebih baik kalau cucu nenek sendiri yang menyampaikan pesan itu daripada lewat handphone." jelasnya dengan sabar, padahal tadi suasana sudah haru tetapi langsung jengkel dengan akhlak cucu keduanya itu.
Titisan siapa kamu nak? Padahal Papa sama Mama kamu nggak gini-gini amatlah. gumam Dania dalam hati sambil menghela napas pelan.
"Tapi, nenek jadul amat. Kan bisa pakai handphone, itulah gunanya teknologi diciptakan nek." serunya langsung kabur sebelum kena lemparan sendal oleh neneknya.
Sam langsung bergegas masuk kedalam mobil dan melambaikan tangan pada sang nenek. "Dadah nenek, miss you so much, muaaah." Sam memonyongkan bibirnya.
"Astagfirullah, tolong luruskan cucu hamba yang belok ini ya Allah," ucap Dania mengelus dadanya melihat tingkah abstrud Sam.
Setelah merasa Sam sudah menghilang dari pandangan Dania, ia pun langsung bersorak riang masuk kedalam rumah. "Beban keluarga pergiii, horeee!" soraknya melenggang masuk.
Sementara, Sam menikmati udara dingin yang menerpa wajahnya. Padahal bukan di daerah perdesaan tetapi, cukup menyita perhatiannya menatap daun hijau yang melambai-lambai akibat terpaan angin.
"Hmm sampai dirumah, ngapain yaa?" gumamnya pelan.
"Pak, saya nggak langsung ke rumah dulu, mau meet and greet dengan bestie saya," serunya mendadak mengubah rute pulangnya membuat supir didepan kebingungan.
"Meet and greet?" tanya supir yang masih bingung dengan ucapan majikannya.
"Iyaa, antar saya ke alamat yang ini yaa Pak." ucapnya sambil memberikan alamatnya lewat GPS, lalu ia merebahkan badannya bersandar pada jok mobil.
"Tuan, kita sudah sampai," seru supir membukakan pintu untuknya.
"Hah? Sampai?" tanyanya bingung sambil mengucek matanya lalu menoleh keluar dan benar ternyata ini rumah temannya.
"Kok terasa cepat?"
"Hehehe, tuan tadi tertidur pulas di dalam, makanya nggak kerasa kalau di jalan udah sampai aja," jelasnya lagi sambil membawa barang-barang Sam.
"Ooo, ya sudah terimakasih Pak," ucapnya tulus, lalu turun dari mobilnya. Lalu melenggang kearah teras rumah.
"Miras! Miras!" teriaknya sambil menggedor pintu sahabatnya. Ia tersenyum puas saat mendengar suara berisik dari dalam rumah itu, pintu langsung terbuka dan menampakkan seorang laki-laki tampan dengan rambut acak-acakan sambil mengucek matanya, Sam memandang jijik melihat sisa air liurnya masih menempel didekat bibir pria itu.
"Anjiir jam segini baru bangun?!" hebohnya menatap sahabatnya itu. Ameer Faghdam—pria tampan berdarah campuran timur tengah itu menatap kesal kearahnya.
"Ya Karna Lo teriak-teriak kayak monyet manggil gue miras, entar tetangga gue suuzon sama gue!" gerutunya kesal.
"Ya kan nama Lo memang miras, Ameer," ledeknya sambil melenggang masuk tanpa permisi oleh sang pemilik.
"Ck. Ngapain Lo disini, titisan iblis? Udah selesai jadi cucu kesayangan nenek?" ledeknya sambil melempar sendalnya sembarangan. Ia mengacak-acak rambutnya berjalan kearah dapur.
"Sialan, gue tinggal semalam disini boleh yaa?"
Praang!
Gelas yang dipegang Ameer jatuh dan pecah setelah mendengar permintaan abstrud sahabatnya itu. "Ngomong apa Lo barusan? Nginap? Di sini? Kita berdua? Di satu atap? Gue dan Lo?"
Sam mengangguk mantap. "Iyalah, emangnya ada yang mau nginap disini? Atau jangan-jangan Lo nyimpan cewek yaa disini?"
"Lama-lama mulut Lo bakalan gue sumpelin tisu toilet bekas gue, sembarangan aja Lo ngomong. Gue walaupun suka gonta-ganti pacar, tapi gue masih alim ya," cerocos Ameer.
"Ya lah yang alim tuh," cemoohnya membuat Ameer menarik napas panjang lalu hembuskan kasar. Punya teman seperti Sam mungkin harus ekstra sabar yang tinggi.
"Cih, gue bakalan buktiiin kalau gue bakalan paling banyak rekor menjadi Playboy," tantang Sam.
"Sorry, gue nggak ikutan lagi, soalnya mau tobat. Pacar gue yang last kemarin sore udah gue putusin," selanya sambil melempar cola pada Sam.
"Tumben? Serius padahal gue mau mulai jadi playboy loh. Emangnya Lo mau dijodohin?" tanya Sam penasaran.
"Mau dihamili." jawab Ameer asal membuat Sam tersedak mendengar jawabannya.
"Uhuk ... uhuk hah?"
"Hahahaha, canda anjiir. Gue mau hidup lurus mencari pendamping yang layak disisi gue." ucap pria itu sungguh-sungguh.
"Salah makan obat Lo? Kok tiba-tiba jadi anak baik?"
"Ngakak, jadi ceritanya gini ... gue kemarin sempat liat kdrt tetangga sebelah, adegan live tanpa cut hehehe. Mereka beradu fisik gitu nggak tau apa masalahnya,tapi...disitu gue tersadar karena melihat anak-anak mereka menatap nanar kedua orang tua mereka. Dan pas gue dengar gosip ibu-ibu yang beli sayur tadi pagi rupanya suami ibuk tuh ternyata hamilin anak orang anjiir, udah tua selingkuh lagi!" ocehnya panjang lebar.
Sam mendengar kata selingkuh, teringat kembali dengan mantan pacarnya yang membuatnya sakit hati. Senyum palsu yang berusaha ia tampilkan kini menghilang seketika. Ameer merasa raut Sam langsung berubah, seketika ia paham bahwa pria itu ternyata masih belum bisa melupakan wanita itu.
"Mau sampai kapan merana trus, huh?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments