Rencana gila Alze terus terngiang dikepala Anggi, bahkan tepat pukul dua pagi matanya masih belum terpejam karena resah memikirkan hal itu.
"Sial, Alze brengsek!" umpatnya melempar bantalnya asal, dirinya tidak mungkin menarik Bita terikat dengan pria itu, apalagi pernikahan bukan main-main dan Bita bukanlah barang yang begitu saja didapatkan.
"Apa dia bilang? Suka? Wah, dia sudah tidak waras," gerutunya mengacak-acak rambutnya. Ia tidak ingin membuat Bita menderita, apalagi masa lalu gadis itu kelam dan yang membuatnya menyesal adalah karena tidak berani berada dipihak gadis itu saat Bita terpuruk dan ingin mengakhiri hidupnya.
Yap, Bita dan Anggi dulunya adalah teman satu kelas di SMA dulu, tetapi keberadaan Anggi tidak diacuhkan Bita. Gadis itu sangat tertutup dan tidak mempunyai teman siapapun. Karena keterbatasan ekonomi membuat Bita dikucilkan dari yang lain.
Ada satu hari dimana gadis itu tidak tahan lagi dengan keadaan yang dialaminya, Bita berjalan menuju rooftop dan hendak melompat dari sana. Anggi terdiam, ia merasa bimbang harus memilih apa saat itu, jika ia menolong maka dia juga ikutan dibuli, dan itu adalah penyesalan terbesar Anggi adalah karena hanya berdiam diri menatap gadis itu hendak terjun dari atas sana, beruntung ayah dari gadis itu datang dan langsung menyelamatkannya.
"Huh, gue pengecut banget dulu," sinisnya menatap dirinya didepan cermin. Ya, Anggi yang plin-plan dalam memutuskan pilihan didepan matanya.
***
Sam mengetuk-ngetuk meja belajarnya, sepanjang malam ia sibuk komat-kamit mempelajari nama-nama latin organ tubuh yang mungkin susah diucapkan oleh orang awam. Ia menghela napas kasar, lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar kamar. Ia mengernyit heran menatap seseorang duduk di meja makan sambil mengetik sesuatu di laptopnya.
"Belum tidur?" tanyanya sambil membuat kopi untuknya.
Alze menoleh kearah Sam. "Belum, buatin satu,"
"Hm," Sam langsung membuatkan kopi untuknya dan Alze, lalu meletakkan kedua cangkir kopi itu diatas meja.
"Thanks," seru Alze tetapi matanya tetap fokus menatap layar laptopnya.
"Lo benaran mau nikah kak?" tanya Sam tiba-tiba membuat Alze yang sedang menyeruput koponya tersedak.
"Uhuk...apa?"
"Ck, Lo benaran mau nikah? Serius?"
Alze mengangguk pelan, "Kenapa? Mau gantiin gue?"
Sam menatapnya horor sambil menggeleng keras. "Idih, nggak. Gue masih ingin hidup dengan kebebasan!"
"Mau sampai kapan lo kek gini? Sampai tua? Atau sampai mati?" ledek Alze lagi.
"Entah, kalau urusan itu gue nggak mau ambil pusing kak, capek. Lo nikah aja gue ketar-ketir," keluh Sam membuat Alze mendongak kearahnya.
"Kenapa lo yang ketar-ketir?"
"Ya karna abis lo pasti gue sasaran empuk Mama,"
Alze mengedik bahu tidak peduli, ia fokus mengerjakan tugas kuliahnya. Sam yang merasa dicuekin kakak sialannya itu, beranjak dari tempat duduknya sambil membawa secangkir kopi ditangannya. Baru beberapa langkah kakinya berjalan menjauh, langsung berhenti setekah mendengar ucapan kakaknya barusan.
Deg!
"Bro, lo benaran mau nikah?" tanya Sam tidak percaya, cepat-cepat ia menghampiri Alze kembali ke tempatnya. Ia begitu syok mendengar pernyataan yang sangat tidak pernah diucapkan pria itu dan ditengah malam pria itu mengutarakan kata-kata itu.
"Hm,"
"Serius? Siapa cewek yang berhasil merebut hati lo huh? Penasaran gue," Sam penasaran dengan sosok gadis yang membuat Alze yang jarang menunjukkan senyumnya kini tersenyum tipis. Sam yang melihatnya bergedik ngeri.
"Penasaran gue, boleh nggak gue samparin tuh cewek?"
Alze menatapnya tajam. "Jangan ganggu dia," ketusnya membuat Sam tergelak pelan.
"Ya...ya lah yang baru kasmaran. Gue balik lagi ke kamar, malas liat muka lo senyam-senyum nggak jelas." cibirnya langsung berjalan menuju kamarnya.
Senyum Sam yang ditunjukkan sirna seketika saat ia masuk kedalam kamarnya. Sialnya kenapa diantara sekian barang yang berjejeran dikamarnya, kenapa harus ada foto Maisya yang ada disana? Kenapa masih ada foto wanita sialan itu?
Sam langsung merobek foto itu dan membuangnya kedalam tong sampah. Melihat wajah Maisya mengingatkannya saat bertemu Maisya waktu itu di Cafe. Wanita itu sedang berbadan dua dan hal yang membuat dirinya sakit hati adalah Maisya bersama dengan pria selingkuhnya.
"Huh, bagaimana bisa gue suka sama lo huh? Gue pasti udah buta dulu," lirihnya lalu menghempaskan badannya dikasur.
"Ahahahaha, gue udah gila ternyata." ucapnya miris.
***
Anggi mengikat cepol rambutnya, lalu ia mengambil ranselnya turun dari mobil. Ia berjalan santai menuju kelasnya yang mendapat jadwal pagi. Bola matanya memutar malas saat melihat salah satu temannya menghampirinya.
"Pasti duit gue lagi dipinjamnya," gumam Anggi kesal. Sebenarnya bisa saja ia bilang tidak, tapi setidaknya ia bersedekah untuk orang-orang yang membutuhkan menurutnya.
Seperti biasanya, ia mengeluarkan uang tunainya lalu memberikan pada gadis itu. Langkah Anggi berhenti saat melihat pria yang sedang menebarkan pesona diantara teman-teman kampusnya.
"Dia sedang apa disini? Dia anak sini?" gumamnya pelan, sosoknya entah kenapa membuat Anggi penasaran. Ia pun mendekati kearah kerumunan itu. Ternyata bukan pria itu saja yang menjadi sorotan perhatian melainkan pria yang dijodohkan orang tuanya.
Oh, tunggu, mereka terlihat mirip. gumamnya menatapi wajah kedua pria itu. Setelah mendengar percakapan kedua pria itu, ia mengerti jika mereka berdua adalah saudara.
Anggi dapat melihat sedikit ada perdebatan kecil diantara keduanya sebelum Alze pergi terlebih dahulu. Tatapan Alze yang tajam membuat semua orang takut menatapnya. Sontak semua kerumunan tadi seketika bubar dari sana.
"Oh, akhirnya gue nemuin lo!" seru pria itu menghampiri Anggi. Dahi Anggi mengerut menatao pria sok asik itu menghampirinya.
"Lo siapa? Apa kita saling kenal?"
"Lo lupa? Kita udah pernah ketemuan di butik kemarin," Walaupun sebenarnya gadis itu tidak melihat keberadaannya.
"Hah?"
"Lo yang pakai gaun cantik kemarin, gue sampai pangling liat lo, lo can—"
"Ck, dasar buaya. Modus banget," ketus Anggi melenggang meninggalkan Sam yang terbengong dengan ucapannya. Bukannya sakit hati melainkan tertantang menarik perhatian gadis ketus itu.
"Hai cantik," sapanya pada gadis didekatnya sambil menunjukkan senyum manisnya membuat siapapun yang melihatnya memekik kagum. Setelah gadis itu pergi, barulah ia melirik gadis ketus yang sudah menghilang dari pandangannya.
"Menarik, gue suka cara lo." gumam tersenyum samar. Namun, baru saja hendak melangkah kearah lorong kampus, tiba-tiba ia mendapat hadiah tabokan dari belakang, sontak memancing emosinya dan langsung berbalik menatap siapa orang yang berani memukulnya dari belakang itu.
"Sial—Lo?!" Sam begitu terkejut melihat sosok orang itu yang tak lain adalah gadis ketus tadi. Anggi tersenyum samar menatap kearahnya.
"Cih, pria buaya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments