Terpukau

Anggi seperti biasanya setelah kelasnya selesai ia segera pulang. Bisa dibilang julukan Anggi adalah kupu-kupu alias kuliah-pulang. Ia tidak suka ikut organisasi karena membuatnya repot dan membosankan. Lebih baik,ia tidur dirumah sambil bermain game kesukaannya.

"Anggi!"

"Ck, apa mereka bisa tidak menganggu gue sehari aja?!" gerutunya pelan lalu berbalik badan menatap orang itu yang berlari kearahnya.

"Untung Lo belum pulang, Nggi boleh nggak kalau gue—"

"Mau minjam berapa?" tanya Anggi langsung tanpa berniat mendengar ocehan gadis itu.

Gadis itu menyengir pelan tanpa merasa malu, lalu menunjukkan nominal yang ia butuhkan. "Nih," tunjuknya mengarahkan layar ponselnya kearah Anggi. Anggi menatap jengah, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirim transfer pada gadis itu. "Dah kan?"

"Makacii Nggi. Pas gue ada duit, gue balikin yaa." Serunya melenggang pergi menjauh dari Anggi.

"Terserah lo aja, gue pun nggak peduli," gumamnya berjalan Anggi memutar bola matanya malas, ia sudah hapal tentang orang-orang tidak tahu seperti mereka. Tapi, baginya seperti memberikan sedekah, karena bingung mau menghabiskan kekayaannya dengan cara apa, mengingat dirinya adalah anak konglomerat.

Terserah jika mereka ingin mencibir atau memanfaatkannya dari belakang, yang penting tidak ada yang mengganggu waktunya itu sudah cukup. Yang penting ia tidak menganggu kehidupan orang lain.

"Abis ini gue mau kemana ya? Masa iya langsung pulang," gumamnya bingung, ia mengeluarkan ponselnya dari saku dan mengernyit saat melihat pesan mamanya untuk menyuruhnya pulang cepat.

Ia jadi penasaran dan langsung berjalan menuju parkiran mobilnya. Sebelum ia menaiki mobilnya, ia menatap pria yang sedang merekam sesuatu. Penasaran, Anggi pun mendekati perlahan pria itu.

"Dia sedang ngapain?" tanyanya pelan, namun ia tidak mendekati pria itu untuk ikut campur urusan orang lain. Anggi mengedik bahu lalu kembali berjalan kearah mobilnya.

***

"Ada apa Mi?" tanya Anggi sambil merebahkan dirinya di sofa, bahkan beberapa pelayan sudah menyediakan minuman dan makanan dihadapannya.

"Nanti, ikut Mami ke butik. Kita beli baju untuk nanti malam," ucap Sheila—maminya Anggi.

"Butik? Untuk apa?"

"Nanti kamu tau sendiri." ucap Sheila meninggalkan putrinya yang masih terbengong ditempat. Anggi mengerut lalu berusaha tidak memperdulikan, siapa tau ini hanya acara pertemuan bisnis seperti biasanya.

Sorenya Anggi dan Sheila datang mengunjungi butik langganan mereka. Anggi dengan langkah malas memasuki butik yang begitu mewah dengan gaun-gaun berkelas. Jika orang lain mungkin akan terkagum-kagum dengan kecantikan gaun-gaun yang terpajang disana, berbeda dengan Anggi ia malah merasa bosan melihat itu semua.

"Ada yang bisa saya bantu nyonya?" tanya pelayan butik tadi dengan ramah menyambut mereka.

"Tolong carikan gaun yang terbaru disini!" pinta Sheila langsung dilaksanakan oleh pelayan tersebut. Sambil menunggu pelayan itu mengambilkan gaun terbaru, Anggi berjalan sambil melirik satu persatu gaun yang terpajang disana. Ia tampak terpikir tentang Bita.

"Hmm, apa gue belikan gaun dia aja?" gumamnya pelan, tapi ia tidak ingin diketahui oleh maminya. Diam-diam ia mengambil gaun yang menurutnya cocok dan cantik untuk Bita dan membayar dikasir tanpa ketahuan. Setelah itu, ia memasukkan gaun yang sudah ia beli tadi kedalam mobil dan masuk lagi kedalam butik.

"Kamu darimana saja nak? Mami cari kamu dari tadi,"

"Aku ambil handphoneku Mi, tadi ketinggalan di mobil." sahutnya, Sheila mengangguk pelan membuat Anggi bernapas lega

Hampir saja ketahuan.

Anggi mengambil tempat duduk yang tak jauh dari tempatnya berdiri, namun baru saja pantatnya mendarat di tempat duduk, sang Mami memanggilnya untuk mencoba gaun yang ada ditangannya. Anggi menghela napas lalu berjalan mendekati Sheila.

"Ya Mi?"

"Coba ini kamu coba, cocok deh sama kamu gaunnya," seru Sheila menyodorkan gaun itu pada Anggi. Anggi menatap datar gaun yang sama sekali tidak membuatnya tertarik, tapi supaya cepat pulang, ia pun harus mencobanya.

"Okee," ucapnya berjalan menuju kamar pas. Setelah Anggi mengganti gaun itu, ia menatap dirinya didepan cermin. Gaun itu memang sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih, apalagi lekuk tubuhnya sangat menonjol dengan gaun itu.

"Huft, ketat kali, tapi gue mau pulang cepat." keluhnya pelan, cepat-cepat ia mengganti kembali gaun itu dengan kaosnya lalu berjalan keluar menuju tempat Sheila.

"Loh, nggak jadi pakai Nak?" tanya Sheila heran melihat anaknya tidak menggunakan gaun pilihannya. Anggi menggeleng pelan.

"Gaun ini terlalu ketat Mi, aku nggak nyaman."

"Oh, kalau gitu cari yang lain. Tolong mbak," ucap Sheila menyuruh pelayan itu mencari gaun yang pas untuk putrinya. Anggi hanya bisa menghela napas pelan, lalu menoleh sekeliling ruangan.

Dahinya mengerut saat melihat seseorang yang tampak tidak asing baginya berjalan masuk kedalam butik yang sama dengannya. Pria itu tidak sendiri melainkan bersama dengan seorang wanita bergelayut manja memeluk lengan pria itu.

"Oh buaya ternyata," remehnya pria itu. Apalagi melihat pria itu memanjakan pacarnya dengan cara romantis membuat Anggi bergedik ngeri.

"Sayaaang, aku mau gaun yang inii,"

Idih manja kali, tapi tunggu bukannya itu gaun yang gue pakai tadi. Buahahaha bodoh, itu gaun udah bekas gue, pasti bau ketek gue ketempel disitu. Anggi cekikikan geli, tapi ia tetap profesional mempertahankan raut wajahnya agar tidak terlihat sedang mengejek wanita yang notabenenya pacar pria yang ia lihat tadi pagi.

Mata Anggi tidak lepas dari gerak-gerik mereka, ia masih menunggu adegan selanjutnya yang akan dilakukan kedua pasangan yang menurutnya aneh. "Pasti ceweknya keluar, tuh dia bilang 'Wah cantik kali pacar gue' hihihi geli dengarnya," ocehnya.

"Anggi sini!" seru Sheila membuat Anggi tersentak, ia pun menyudahi menjadi mata-mata dadakan pasangan itu dan berjalan menuju Maminya. "Coba ini," seru Sheila menyodorkan gaun yang lain ditangannya.

Anggi langsung berjalan menuju kamar pas dan masuk tepat disebelah kamar yang sedang dipakai oleh wanita yang ia buntuti tadi. Gadis itu tidak menyadari jika Sam meliriknya sekilas dengan tatapan berbeda saat gadis itu masuk kedalam kamar pas. Lalu matanya beralih ke kamar sebelahnya, tempat kamar pas yang digunakan pacar barunya itu.

"Lama sekali," gerutunya menunggu pacarnya keluar. Kakinya tidak tinggal diam merasa bosan menunggu perempuan itu keluar. Tak lama kepalanya mendongak saat mendengar suara pintu terbuka, namun bukannya perempuan yang merupakan pacarnya melainkan gadis cantik disebelahnya.

Sam terpukau dengan kecantikan gadis itu dengan gaun yang sangat cocok dengan kulit gadis itu. Anggi merasa ada yang melihatnya, lalu matanya melirik tajam kearah Sam. "Ngapa liat-liat?!" ketus Anggi membuat Sam terkejut.

Ekspektasi gadis yang terlihat lembut itu hancur sudah dengan ekspresi yang ditunjukkan gadis itu barusan. Sam tidak menyangka gadis itu sangat cuek dan sepertinya tidak mudah didekati.

"Lo cantik,"

"Siapa? Gue? Oh ya jelas cantik. Tapi, kalau mendengar cantik dari mulut lo yang kayaknya suka membual itu membuat gue ilfil," ucap Anggi menunjukkan ketidaksukaannya dan berjalan melenggang ketempat Sheila.

Sam cengo dan masih terdiam ditempatnya, baru kali ini ada gadis yang tidak menyukainya. Sam tertarik dengan gadis tadi, terlintas senyum tipis diwajahnya.

"Semoga kita bertemu lagi," harapnya pelan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!