Dia Muncul

"Ck, pertanyaan konyol apa itu huh?" tanya Sam dengan sinis, ia tidak akan mengingat hal itu lagi.

"Ya sudahlah, terserah lo aja. Gue nggak mau ikut campur. Nah, lo mau tinggal disini berapa lama? sehari? Seminggu? Sebulan? Selamanya?" cerca Ameer sambil membereskan bekas sampahnya semalam.

"Sehari doang kok, nggak lama. Besok gue balik kerumah lagi," ucapnya sambil mengunyah keripik kentang yang ada diatas meja.

"Alhamdulillah," gumam Ameer bersyukur, karena dirinya tidak ingin menampung terlalu lama titisan iblis itu.

"Lo tidur di kamar tamu, abis lo pakai rapiin lagi kasurnya, trus sapu sampai kinclong." sambungnya.

"Anjiir tamu diginiin, bintang satu, pemilik rumah tidak ramah!" protesnya.

"Siapa juga yang mau nyambut titisan iblis, mending gue mee time ajalagi!"

"Lo nggak ada pembantu Mir? Masa rumah seperti ini nggak ada yang beres-beres?"

"Anak orang kaya diam aja lo. Gue ini udah dididik mandiri sejak dini, jadi kalau pakai pembantu cuma bersih-bersih pas keluarga gue sibuk aja,"

Sam melirik setiap sudut rumah Ameer,tampak sederhana tetapi nyaman ditinggali. Berbeda dengan rumahnya berbentuk klasik tetapi mewah.

"Orang tua lo mana Mir?"

"Liburan," jawabnya.

"Lo nggak diajak?"

"Nggak, ngapain gue disana yang ada gue jadi nyamuk melihat keromantisan mereka," gerutunya mengingat liburan keluarga sebelumnya, sebagai anak tunggal dan satu-satunya laki-laki dikeluarga itu harus meratapi nasib melihat keromantisan orang tuanya didepan anaknya yang sedang jomblo itu.

"Kasian." ejeknya.

***

Berbeda dengan Gadis cantik berambut gelombang berjalan keluar dari rumahnya. Anggi Feza Assyabiya, terlahir dari keluarga yang kaya raya, hidup makmur, memiliki paras wajah yang cantik, dan tinggi dengan tata krama yang selalu diterapkan oleh keluarganya. Meskipun begitu, Anggi merasa tidak nyaman dengan tata bahasa itu dan sering mengeluh dalam hatinya.

"Susah benar jadi anak konglomerat, bagaimana bisa gue jadi anak mereka?" gerutunya pelan saat sudah berada didalam mobilnya. Ia melirik kearah kaca spion memastikan wajahnya sudah terpoles dengan makeup yang membuatnya semakin bersinar.

"Jika di rumah gue anggun, diluar gue liar!" serunya tersenyum miring, ia melajukan mobilnya keluar perkarangan rumahnya.

Anggi membiarkan angin menerpa wajahnya, ia selalu suka membuka jendela mobilnya dibandingkan menggunakan AC mobil, baginya AC alami lebih menyegarkan dibandingkan AC mobil.

Tujuannya saat ini adalah ke kampus, dimana ia menginjakkan kaki di jurusan DKV, alias desain komunikasi visual. Ia memang sejak dulu ingin masuk ke jurusan ini karena ia menyukai game online.

Suatu saat, ia bertekad membuat game online itu sendiri. Beruntung, keinginannya didukung oleh kedua orang tuanya, membuatnya semakin semangat mengejar impiannya.

"Hmm gue mau ngapain yaa?" gumamnya saat sudah tiba di kampus. Ia menguncir rambutnya lalu berjalan menuju kelas Bita, temannya.

Entahlah, ia suka menganggu ketenangan seorang gadis berambut coklat itu, apalagi mengingat jejak masa lalu Bita yang tidak bisa ia lupakan.

"Huft,gue harus dekat dengan tuh bocah. Biar rasa bersalah gue berkurang." gumamnya sambil menghela napas, ia tahu mendekati gadis itu untuk menjadi temannya tidaklah mudah. Berbeda dengan teman-teman lain disekitarnya munafik, manis didepan busuk dibelakang. Mereka hanya memuji dirinya karena dipandang keluarga yang sangat berada.

"Nah itu dia!" serunya saat melihat Bita mengendap-endap didepan kelas gadis itu.

"Bita!" serunya memanggil gadis itu. Anggi terkekeh melihat gadis itu tersentak saat namanya dipanggil, menggerutu kesal menoleh kearahnya.

Anggi terkekeh pelan, tetap menganggu gadis itu. "Buuu, Bita terlambat!!" serunya membuat gadis itu dalam masalah. Anggi tertawa cekikikan meninggalkannya.

"Anggi sialan!!"

Saat Anggi hendak masuk kedalam kelasnya, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya. Anggi menghela napas pelan, lalu menatap gadis itu dengan tatapan datar. "Kenapa?"

"Boleh pinjam uang nggak? Gue lagi butuh soalnya nih. Orang tua gue la—"

"Nih," ucapnya langsung mengasih segepok uang berwarna merah, gadis tadi menyambut uang itu dengan senang.

"Makasih, lo emang yang terbaik deh!" serunya meninggalkan Anggi yang hanya menatapnya dengan tatapan yang susah diartikan.

"Cih, menyebalkan." gumamnya kesal sambil berjalan ketempat duduknya.

Bagi Anggi semua pemandangan didepannya sudah menjadi hal biasa yang sering ia lihat, teman-teman hanya akan bermain dengannya jika ada uang. Terlihat bagaimana mereka menjilat dengan kata-kata yang membuat telinga Anggi muak mendengarnya.

"Anggi, lo seperti biasanya tetap cantik," puji beberapa teman cowok dikelasnya,ia hanya membalas dengan senyum tipis lalu menghadap kearah jendela.

Lebih enak mandang jendela daripada orang. Tak berapa ia betah menatap jendela, pandangan beralih kearah dosen yang baru saja masuk ke kelasnya. Ia pun menjadi bersemangat demi menyelesaikan pendidikannya disini.

***

"Lo lagi ngapain?" tanya Ameer yang baru saja pulang dari supermarket membeli bahan-bahan untuk mereka nanti.

"Nggak ada, gue lagi mandang foto lo yang jelek nih!"

"Huh, lo kira gue bego hah? Lo baru aja liat foto Maisya di dompet lo bego. Gue bingung sama lo, lo o tuh sebenarnya masih cinta atau nggak sih sama dia?" tanya Ameer heran.

"Jangan sebut nama wanita murahan itu didepan gue!" ucap Sam dingin, ia tidak ingin mendengar nama Maisya mengiang dikepalanya. Ameer menghela napas, ia menepuk pundak sahabatnya.

"Baiklah," ucapnya berlalu masuk kedalam kamar.

"Seandainya dia nggak lakuin itu didepan gue, gue mungkin masih tertipu dengan wajahnya," lirihnya tiba-tiba.

Langkah Ameer terhenti, lalu menghadap kearah Sam. "Maksud lo?"

"Lupakan, gue asal ngomong aja," ucap Sam tidak ingin membahas lebih lanjut, ia menatap ponselnya yang terus berdering.

"Oh pacar gue manggil, bentar yaa gue angkat telpon dulu," serunya berjalan keluar sedangkan Ameer hanya menggeleng heran dengan kelakuan playboy itu.

"Dasar,"

Baru saja Ameer hendak masuk kedalam kamarnya, ia kembali dikejutkan dengan Sam yang tiba-tiba berjalan cepat mengambil koper milik pria itu, dengan terburu-buru ia mengambil pakaiannya dan berjalan menuju kamar tamu.

Braaak!

"Apa lagi sih anak itu? Emangnya dia mau kemana?" gumamnya heran, tidak memperdulikan sahabatnya itu lakukan, ia lebih fokus mengerjakan tugasnya yang mulai mendekati deadline.

"Miras, miras!" panggil Sam dari luar kamarnya.

"Ck, anak sialan itu apa lagi maunya?" gerutunya pelan sambil menghentakkan meja berjalan menuju pintu.

"Apa lagi?!" tanya Ameer tidak ramah, tapi Sam tampak tidak memperdulikan raut kesal Ameer.

"Gue pergi kencan dulu, lo jagain koper gue!" serunya menepuk bahu Ameer dan berlari keluar, tak lupa titisan iblis itu mengambil kunci motor milik Ameer.

"Teman, gue pinjem yaa. Tenang, minyaknya gue isi ulang!" teriaknya lagi menghilang dari pandangan Ameer.

"Haais gue belum ada ngizinin dia seenak kentutnya makai motor gue!" gerutunya lagi, sudah terlanjur ia pun lebih memperdulikan tugasnya yang belum siap.

Sam melajukan motornya menuju tempat cafe sesuai janjinya pada gadis yang akan ia temui itu. Sampai di sana,ia menyibak rambut sebelum masuk kedalam cafe untuk bertemu dengan gadis bernama Ayda.

"Sorry gue telat," ucapnya duduk dihadapan gadis berpakaian seksi itu. Ayda terngaga melihat ketampanan Sam dilihat langsung dan tersenyum nakal melirik kearah Sam. "Nggak papa kok,"

Gue yakin nih cowok pasti kaya, liat dari penampilannya jelas dia bukan orang biasa.

Dasar cewek matre, belum gue duduk lima menit disini lo udah liat baju gue. gumam Sam dalam hati, ia dapat menebak ekspresi wanita didepannya itu.

"Udah pesan makana atau minuman gitu?" tanya Sam sambil melihat menunya. Ayda menggeleng pelan, ia ingin mengajak Sam ke Mall untuk membelikan barang-barang branded.

"Nggak usah Sam, gue maunya kita ke mall aja." ucapnya,sedangkan Sam tersenyum miring.

"Ya sudah, langsung aja!" ajak Sam, baru ia hendak berdiri, matanya membesar saat melihat wanita yang sudah lama ia ingin lupakan muncul dihadapannya. Wanita itu tidak menyadari keberadaan Sam, melihat hal itu Sam langsung menarik Ayda menuju toilet supaya mereka tidak ketahuan.

Ayda tersenyum smirk, saat berada satu ruangan sempit dengan Sam. Terlintas dipikirannya menggoda Sam agar dinikahi oleh pria itu.

Kalau bisa jadi nyonya,apa masalahnya? Gue bisa porotin habis hartanya. gumamnya licik. Disaat Ayda ingin mencium bibir Sam, pria itu langsung membungkam mulutnya dengan tangan pria itu dan menatapnya tajam.

"Jangan pernah mengambil keuntungan dalam kesempitan, mulai hari ini kita putus!" ucapnya dingin meninggalkan Sam dengan raut yang sangat berbeda dari pertama masuk tadi.

Napas Ayda merasa tercekat, ia tidak menyangka sikap Sam tiba-tiba berubah drastis sejak pria itu mengajaknya ke toilet.

"Sial, gue belum dapat eh udah diputusin!" gerutunya menghentak-hentakkan kakinya. Mau mengejar Sam tapi takut, pria itu sedang emosi tidak stabil dan Ayda tidak ingin menjadi samsak pria itu.

Sebenarnya kenapa ekspresinya tiba-tiba berubah?

Sam berhasil keluar sambil menyelinap tanpa diketahui oleh siapapun, termasuk Maisya. Ia masuk kedalam mobil dan memukul stir mobil itu kuat untuk melampiaskan amarahnya.

"Kenapa lo muncul sialan?!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!