2. Laki-laki Yang Disebut Ayah

Laki-laki Yang Disebut Ayah

Winsi dengan ragu melangkah memasuki ruang makan di mana ibu dan bapaknya berada, seketika kedua orang yang tengah bersitegang itu menoleh melihat kedatangan anak perempuan mereka yang sudah bersimbah air mata. Runa tercengang, hatinya miris, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, dia lebih takut bila Basri semakin marah karena kehadirannya.

“Winsi, Nak ....” kata-kata Runa terputus saat anak perempuan itu langsung menyela ucapannya.

“Siapa Anas, Bu? Benarkah dia ayahku seperti kata Bapak?” Winsi bertanya dengan sesenggukan, dia melirik Basri sekilas tanpa rasa takut. Baginya saat ini, memperoleh keterangan tentang lelaki bernama Anas jauh lebih penting dari pada amarah lelaki yang dipangginya Bapak.

“Winsi ... dia bukan siapa-siapa. Ayahmu ya Bapakmu sekarang ini, Ibu tidak perbah bohong, Nak. Ingat kan, sebagai orang yang beriman kita harus jujur.” Kata Runa sambil berlutut dan membelai kepala dan mengusap air mata di pipi anaknya.

Tiba-tiba Basri tertawa keras dan menunjuk kedua wanita di hadapannya dengan sinis. Lalu, dia berkata setelah selesai dengan tawanya.

“Kalian memang cocok jadi Ibu dan Anak. Kenapa nggak bilang saja terus terang, ha?”

“Bapak. Justru bohong kalau bilang dia bukan anakmu! Aku tidak pernah berhubungan dengan laki-laki lain selain kamu” ucapan Runa terdengar kasar di telinga Basri.

“Jadi, selama ini kamu bilang aku yang bohong, begitu?” kata Basri sambil berkacak pinggang.

“Iya!” sahut Runa tegas sambil kembali berdiri.

“Bagus kalau Bapak bukan Ayahku! Aku gak mau punya Bapak jahat!” kata Winsi sebelum ibu dan ayahnya melanjutkan pertengkaran mereka.

“Apa kamu bilang? Dasar anak kurang ajar!” sahut Basri, sambil membuka gesper di pingganya. Suaranya keras memekakkan telinga dan mendekati Winsi yang kini sudah meringkuk di lantai, dengan kedua tangan diatas kepala melindungi organ paling vital pada tubuhnya . Dia tahu ayahnya mulai marah bila sudah melepaskan ikat pinggang.

“Lari ....” bisik Runa ditelinga anaknya, dia juga ikut berlutut.

Tanpa perintah Runa untuk yang kedua kalinya, Winsi berlari sekuat tenaga. Sampai di luar rumah, dia melihat sebuah mobil sedan hitam tengah berhenti di pinggir jalan, sedangkan pintu mobil itu terbuka lebar, seperti sengaja memberi tumpangan padanya. Tanpa pikir panjang Winsi memasuki dan menutup pintunya dengan keras.

Winsi tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya lalu, dia berlutut di bawah, bermaksud untuk bersembunyi dari kemarahan Basri, menutupi kepala, dengan kedua tangan kecilnya. Air mata masih mengalir, jantung masih berdebar dan tubuh yang belum sempat berganti pakaian itu masih berkeringat dingin.

Tanpa anak itu sadari, dua sosok laki-laki seperti pasangan ayah dan anak berdiri dari sebelah mobil karena mendengar pintu mobil yang tertutup. Mereka saling tatap dan bergegas untuk memastikan siapa orang yang sudah lancang memasuki mobilnya tanpa izin dan menutup pintunya dengan kasar.

Dua pria kecil dan dewasa itu akhirnya mengerti ada yang tidak beres, saat melongok melalui jendela kaca. Ada anak perempuan yang gemetar ketakutan dan duduk meringkuk di lantai mobilnya, sosoknya terlihat familiar dan mereka pikir bahwa anak itu juga membutuhkan pertolongan seperti anak ayam dalam parit yang kedinginan.

“Biarkan anak itu, Yah,” kata Erlan, pada Hasnu, sopir pribadinya.

“Baik, Den,” sahut Hasnu perlahan sambil mengangguk.

Mereka tadi duduk di sebelah mobil, tengah melihat seekor anak ayam yang tercebur di parit di sisi jalan. Kebetulan mereka sudah selesai mengangkat anak ayam itu, ketika mendengar suara pintu mobil yang ditutup.

Di saat yang bersamaan, Erlan dan Hasnu melihat seorang pria tambun yang berlari ke sisi jalan sambil membawa sebuah ikat pinggang di tangannya.

Kedua pria itu masuk dan duduk dengan perlahan, agar tidak mengganggu anak perempuan yang terlihat ketakutan. Sampai beberapa saat lamanya, Erlan menunggu dan tidak ada reaksi berarti dari Winsi, akhirnya dia memberi isyarat pada Hasnu untuk mulai mengemudi.

Winsi masih begitu takut, hingga tidak sadar bila dia tidak sendirian, bahkan sekarang kendaraan roda empat itu mulai bergerak. Saat mobil akan berbelok, Hasnu membunyikan klakson seperti biasa, membuatnya terkejut.

“Aaa ....” teriak Winsi saat dirinya sudah menyadari bahwa dia berada dijalan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri dan dia mendongak, matanya bertumpu pada Erlan, anak lelaki kaya yang tinggal di rumah besar, ujung jalan sebelum belokan menuju kota.

“Kenapa kamu di sini?” tanya Winsi membuat Erlan terkekeh, dia duduk dengan angkuh di jok penumang belakang.

“Seharusnya aku yang tanya seperti itu sama kamu, ini mobilku. Jadi, kenapa kamu di sini?” Erlan berkata sambil memalingkan pandangannya, tingkah yang terkesan jijik pada Winsi.

“Turunkan aku di sini!” saat berkata demikian, Winsi masih berlutut tapi tangannya tidak lagi menutupi bagian kepalanya.

“Tidak bisa! Enak saja kamu turun padahal kamu belum membayar.” Erlan berkata sambil mengulurkan tangannya seolah meminta-minta.

“Heh!” Winsi tersenyum sinis lalu, membatin ‘ternyata anak yang terlihat kaya belum tentu kaya, buktinya dia masih meminta-minta bayaran pada orang miskin seperti aku. Benar kata Ibu, orang kaya sesungguhnya adalah orang yang kaya hatinya!’

Dia teringat kembali ucapan ibunya, bahwa sebagai manusia harus bisa mensyukuri apa pun pemberian Tuhan, orang yang kaya hati, jauh lebih baik dari pada orang yang Cuma kaya hartanya saja. Orang yang kaya hati adalah orang yang luas maafnya, dalam kesabarnya, banyak kasih sayang dan kelembutannya, tinggi keikhlasannya serta berlimpah budi pekertinya.

Winsi merogoh saku baju sekolah, untuk mengambil uang sisa jajannya hari ini. Dia tidak pernah menghabiskan uang jajan dan selalu ditabung seperti nasehat ibunya. Runa tidak pernah memberi anaknya uang lebih karena wanita itu juga harus berhemat dan menabung, untuk keperluannya sendiri juga demi keperluan Winsi.

“Kalau kamu mau sesuatu, Bapak dan Ibu belum tentu bisa kasih, jadi lebih baik kamu nabung demi masa depan dan memenuhi apa yang kamu inginkan.” Begitu nasehat Runa setiap hari pada Winsi.

Winsi segera memberikan uang lima ribu rupiah dari saku bajunya pada Erlan, dia pikir cukup untuk membayar orang kaya dan matrealistis ini, sebab baginya uang lima ribu adalah jumlah yang banyak untuk di tabung, dia hanya jajan di sekolah sejumlah itu pula, sedangkan berangkat sekolah dia terbiasa berjalan kaki. Perjalanan sepanjang seratus atau dua ratus meter dari rumah, akan terasa singkat bersama dengan tema-teman lain yang senasib dengannya.

Anak-anak yang senasib dengannya adalah mereka yang sama-sama menabung, atau tidak memiliki uang untuk ongkos naik angkot ke sekolah. Akan tetapi, ada anak orang kaya yang memilih berjalan kaki juga. Selain karena jarak yang dekat, juga menyehatkan. Ada juga yang menggunakan cara dengan jalan kaki sepulang sekolah, sebagai momen berpacaran, menghabiskan waktu brsama orang yang mereka sayang.

Erlan tersenyum, menerima uang itu dengan gembira, tapi terlihat naif di mata anak lainnya. Dia memberi isyarat pada Hasnu untuk menghentikan mobil lalu, hendak menurunkan Winsi seperti kemauannya tadi. Akan tetapi, disaat yang bersamaan ponselnya berdering, membuat anak remaja itu memilih mengangkat telepon genggamnya dari pada membukakan pintu untuk anak di sebelahnya.

Winsi cemberut karena tidak bisa membuaka pintu mobil dan memilih duduk di tempat kosong sebelah Erlan, kakinya sudah pegal akibat berjongkok. Saat dia duduk itulah dia melihat sebuah keganjilan, dengan Ayah Erlan yang menjadi sopir sementara anaknya, duduk di jok belakang seperti bos. Bahkan dia mendengar anak lelaki itu memberi perintah pada laki-laki yang dipanggilnya ayah.

“Ayah, ayo cepat pulang, Kakek akan di bawa ke rumah sakit! ” kata Erlan setelah dia selesai menerima telepon.

“Baik, Den!” sahut Hasnu dari balik kemudi.

‘Heh! Seandainya aku punya Ayah selembut laki-laki itu, aku tidak akan memperlakukan Ayahku seperti Erlan ini! Dasar anak tak tahu diri!’ batin Winsi menjerit, tidak suka dengan sikap Erlan pada Hasnu.

“Hai, bagaimana denganku? Turunkan aku sekarang juga!” teriak Winsi.

Sementara mobil sudah mengebut.

“Nanti saja, tenang, aku akan mengantarmu pulang. Sekarang lebih mendesak.”

Bersambung

Jangan lupa like, komen, give dan vote

Terpopuler

Comments

Simply Yunita

Simply Yunita

aduh banyak sandal berserakam disini,... aku malu ninggalin sandalku yg cuma sandal jepit murahan.
aku bawa balik lagi ya kak otor... 😅😅✌✌💨

2022-08-01

7

D᭕𝖛𝖎𖥡²¹࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐

D᭕𝖛𝖎𖥡²¹࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐

banyak di real life begini. Saking deketnya sama mbak atau driver. banyak anak malah manggil ibu dan ayah ke art

2022-07-28

7

Abcdefuck!

Abcdefuck!

ad ap dngan supirnya kok di panggil ayah👀

2022-06-29

9

lihat semua
Episodes
1 1. Laki-laki Yang Disebut Bapak
2 2. Laki-laki Yang Disebut Ayah
3 3. Aku Dan Laki-laki Itu
4 4. Hanya Sebatas Kenangan
5 5. Memancing Di Air Keruh
6 6. Uangku Hakku
7 7. Wisata Sekolah
8 8. Perhatian Kekanakan -kanakan
9 9. Es Boba Dan Uang
10 10. Hujan
11 11. Anda Siapa
12 12. Tentang Selingkuh
13 13. Rapuh
14 14. Sebungkus Nasi Hangat
15 15. Pemandangan Yang Lebih Menyakitkan
16 16. Terikat Sebuah Janji
17 17. Saat Berniat Untuk Pergi
18 18. Saat Dia Pulang
19 19. Seorang Wanita Muda
20 20. Seorang wanita Muda Lagi
21 21. Kebingungan
22 22. Antara Dua Wanita
23 23. Memanfaatkannya
24 24. Murid Baru
25 25. Basah
26 26. Bilang Padaku
27 27. Sebuah Tuduhan
28 28. Tangan Yang Patah Bukan Hatinya
29 29. Dia Siapa
30 30. Gelang Yang Hilang
31 31. Diborgol
32 32. Di Balik Penjara
33 33. Bebas
34 34. Sebuah Ketakutan
35 35. Dia Yang Datang
36 36. Mengalahkannya
37 37. Menunggunya
38 38. Si Anak Buluk
39 39. Terima Kasih Ya
40 40. Teman Yang Berbeda
41 41. Kepolosan Anak-anak
42 42. Ayah!
43 43. Pindah Sekolah
44 44. Anak Buluk Dulu Dan Sekarang
45 45. Dia Adikku
46 46. Maafkan Aku
47 47. Geng Anak Lemah
48 48. Bukan Anak Lemah
49 49. Dia Yang Bernama Saina
50 50. Dia Anak Jadul
51 51. Jagan Paksa
52 52. Apa Kamu Percaya
53 53. Putus Asa
54 54. Itu Bukan Cinta
55 55. Kelulusan
56 56. Kesimpulan Erlan
57 57. Hanifa
58 58. Sebuah Perceraian
59 59. Sebuah Tragedi (Lagi)
60 60. Dikalahkan Dengan Mudah
61 61. Jawaban Runa
62 62. Menjadi Dewasa
63 63. Kecewaku
64 64. Hari-hari Yang Berlalu
65 65. Pernikahan
66 66. Belum Tahu
67 67. Belasungkawa
68 68. Hancur
69 69. Salah Menilainya
70 70. Erlan Mengalah
71 71. Tersenyum Saat Melihatnya
72 72. Kamu Yang Bilang
73 73. Tatapan Mata Yang Berbeda
74 74. Uang Masa Depan
75 75. Dokumen Kakek
76 76. Bukan Kebetulan
77 77. Maksudku
78 78. Batas Kewajaran
79 79. Kenapa
80 80. Pergi
81 81. Hari Itu
82 82. Waila Bilang
83 83. Sebidang Tanah
84 84. Ya Lumayan
85 85. Tatapan Mata Seseorang
86 86. Bapak
87 87. Membalas Budi
88 88. Genggaman Tangan Yang Lemah
89 89. Dia Yang Pergi Dan Yang Datang
90 90. Dia Yang Datang Dan Dia Yang Pergi
91 91. Rahasia Masa Depan
92 92. Tak Ada Kabar
93 93. Lepaskan Atau
94 94. Sudah Tidak Waras
95 95. Aku Bukan Yang Terbaik
96 96. Anas
97 97. Mengolah Sebuah Rasa
98 98. Dia Yang Terlihat Segar
99 99. Kesan Yang Baik
100 100. Sikap Yang Berlebihan
101 101. Ziarah Kubur
102 102. Sebuah Tanggung Jawab
103 103. Kecemburuan Kecil
104 104. Pria Yang Pernah Menorehkan Luka
105 105. Pria. Yang Dahulu
106 106. Maaf Yang Tak Usang
107 107. Dia Bukan Yang Terbaik
108 108. Dia Bukan Yang Terbaik 2
109 109. Pria Diluar Jendela
110 110. Aku Akan Menunggu
111 111. Kambuh
112 112. Manja Pada Ayah
113 113. Bukan Menantu
114 114. Tidak Terlibat
115 115. Cemburu Buta
116 116. Arkan Sakit
117 117. Kepergian Arkan
118 118. Mendung Di Dua Kota
119 119. Mau Sampai Kapan
120 120. Beratnya Rasa Kehilanganmu
121 121. Seandainya Bisa Ikut
122 122. Sepenggal Rasa
123 123. Ayo Kita Menikah
124 124. Kutunggu Sampai Besok
125 125. Terserah
126 126. Dalam Kekalutan
127 127. Cinta Seorang Laki-laki
128 128. Aku Tidak Tahu Namamu
129 129. Masih Trauma
130 130. Aku Mencintaimu Juga
131 131. Kecemburuan 1
132 132. Kecemburuan 2
133 133. Menghindar
134 134. Aku Tidak Salah Lihat
135 135. Pertengkaran
136 136. Suami Yang Tampan
137 137. Suara Yang Tercekat
138 138. Kalau Saja
139 139. Pukulannya Sakit Juga
140 140. Terluka Sendiri
141 141. Coklat Minta Maaf
142 142. Jangan Seperti Ini
143 143. Melihat Sebuah Kenyataan
144 144. Mendua Hati
145 145. Apa Dia Pantas
146 146. PernikahanTidak Sah
147 147. Sebuah Pilihan
148 148. Dia Bukan Yang Terbaik
149 149. Aku Tidak Ingin
150 150. Dia Dan Kasih Sayangnya
151 151. Dia Dan Kasih Sayangnya Lagi
152 152. Janji Diatas Janji
153 153. Keputusan Winsi
154 154. Ke Yogyakarta
155 155. Demi Dia
156 156. Rumah Singgah Sementara
157 157. Aku Merindukanmu
158 158. Aku Kecewa 1
159 159. Aku Kecewa 2
160 160. Pulang
161 161. Setelah Satu Bulan
162 162. Kasih Sayang Seperti Ayah
Episodes

Updated 162 Episodes

1
1. Laki-laki Yang Disebut Bapak
2
2. Laki-laki Yang Disebut Ayah
3
3. Aku Dan Laki-laki Itu
4
4. Hanya Sebatas Kenangan
5
5. Memancing Di Air Keruh
6
6. Uangku Hakku
7
7. Wisata Sekolah
8
8. Perhatian Kekanakan -kanakan
9
9. Es Boba Dan Uang
10
10. Hujan
11
11. Anda Siapa
12
12. Tentang Selingkuh
13
13. Rapuh
14
14. Sebungkus Nasi Hangat
15
15. Pemandangan Yang Lebih Menyakitkan
16
16. Terikat Sebuah Janji
17
17. Saat Berniat Untuk Pergi
18
18. Saat Dia Pulang
19
19. Seorang Wanita Muda
20
20. Seorang wanita Muda Lagi
21
21. Kebingungan
22
22. Antara Dua Wanita
23
23. Memanfaatkannya
24
24. Murid Baru
25
25. Basah
26
26. Bilang Padaku
27
27. Sebuah Tuduhan
28
28. Tangan Yang Patah Bukan Hatinya
29
29. Dia Siapa
30
30. Gelang Yang Hilang
31
31. Diborgol
32
32. Di Balik Penjara
33
33. Bebas
34
34. Sebuah Ketakutan
35
35. Dia Yang Datang
36
36. Mengalahkannya
37
37. Menunggunya
38
38. Si Anak Buluk
39
39. Terima Kasih Ya
40
40. Teman Yang Berbeda
41
41. Kepolosan Anak-anak
42
42. Ayah!
43
43. Pindah Sekolah
44
44. Anak Buluk Dulu Dan Sekarang
45
45. Dia Adikku
46
46. Maafkan Aku
47
47. Geng Anak Lemah
48
48. Bukan Anak Lemah
49
49. Dia Yang Bernama Saina
50
50. Dia Anak Jadul
51
51. Jagan Paksa
52
52. Apa Kamu Percaya
53
53. Putus Asa
54
54. Itu Bukan Cinta
55
55. Kelulusan
56
56. Kesimpulan Erlan
57
57. Hanifa
58
58. Sebuah Perceraian
59
59. Sebuah Tragedi (Lagi)
60
60. Dikalahkan Dengan Mudah
61
61. Jawaban Runa
62
62. Menjadi Dewasa
63
63. Kecewaku
64
64. Hari-hari Yang Berlalu
65
65. Pernikahan
66
66. Belum Tahu
67
67. Belasungkawa
68
68. Hancur
69
69. Salah Menilainya
70
70. Erlan Mengalah
71
71. Tersenyum Saat Melihatnya
72
72. Kamu Yang Bilang
73
73. Tatapan Mata Yang Berbeda
74
74. Uang Masa Depan
75
75. Dokumen Kakek
76
76. Bukan Kebetulan
77
77. Maksudku
78
78. Batas Kewajaran
79
79. Kenapa
80
80. Pergi
81
81. Hari Itu
82
82. Waila Bilang
83
83. Sebidang Tanah
84
84. Ya Lumayan
85
85. Tatapan Mata Seseorang
86
86. Bapak
87
87. Membalas Budi
88
88. Genggaman Tangan Yang Lemah
89
89. Dia Yang Pergi Dan Yang Datang
90
90. Dia Yang Datang Dan Dia Yang Pergi
91
91. Rahasia Masa Depan
92
92. Tak Ada Kabar
93
93. Lepaskan Atau
94
94. Sudah Tidak Waras
95
95. Aku Bukan Yang Terbaik
96
96. Anas
97
97. Mengolah Sebuah Rasa
98
98. Dia Yang Terlihat Segar
99
99. Kesan Yang Baik
100
100. Sikap Yang Berlebihan
101
101. Ziarah Kubur
102
102. Sebuah Tanggung Jawab
103
103. Kecemburuan Kecil
104
104. Pria Yang Pernah Menorehkan Luka
105
105. Pria. Yang Dahulu
106
106. Maaf Yang Tak Usang
107
107. Dia Bukan Yang Terbaik
108
108. Dia Bukan Yang Terbaik 2
109
109. Pria Diluar Jendela
110
110. Aku Akan Menunggu
111
111. Kambuh
112
112. Manja Pada Ayah
113
113. Bukan Menantu
114
114. Tidak Terlibat
115
115. Cemburu Buta
116
116. Arkan Sakit
117
117. Kepergian Arkan
118
118. Mendung Di Dua Kota
119
119. Mau Sampai Kapan
120
120. Beratnya Rasa Kehilanganmu
121
121. Seandainya Bisa Ikut
122
122. Sepenggal Rasa
123
123. Ayo Kita Menikah
124
124. Kutunggu Sampai Besok
125
125. Terserah
126
126. Dalam Kekalutan
127
127. Cinta Seorang Laki-laki
128
128. Aku Tidak Tahu Namamu
129
129. Masih Trauma
130
130. Aku Mencintaimu Juga
131
131. Kecemburuan 1
132
132. Kecemburuan 2
133
133. Menghindar
134
134. Aku Tidak Salah Lihat
135
135. Pertengkaran
136
136. Suami Yang Tampan
137
137. Suara Yang Tercekat
138
138. Kalau Saja
139
139. Pukulannya Sakit Juga
140
140. Terluka Sendiri
141
141. Coklat Minta Maaf
142
142. Jangan Seperti Ini
143
143. Melihat Sebuah Kenyataan
144
144. Mendua Hati
145
145. Apa Dia Pantas
146
146. PernikahanTidak Sah
147
147. Sebuah Pilihan
148
148. Dia Bukan Yang Terbaik
149
149. Aku Tidak Ingin
150
150. Dia Dan Kasih Sayangnya
151
151. Dia Dan Kasih Sayangnya Lagi
152
152. Janji Diatas Janji
153
153. Keputusan Winsi
154
154. Ke Yogyakarta
155
155. Demi Dia
156
156. Rumah Singgah Sementara
157
157. Aku Merindukanmu
158
158. Aku Kecewa 1
159
159. Aku Kecewa 2
160
160. Pulang
161
161. Setelah Satu Bulan
162
162. Kasih Sayang Seperti Ayah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!