5. Memancing Di Air Keruh

Memancing Di Air Keruh

Basri melihat Erlan dengan kilauan di matanya sedangkan bibirnya tersenyum licik, dia memalingkan pandangan untuk meyembunikannya. Langkahnya tenang mendekati Winsi yang berdiri kaku tak jauh darinya dan berkata, “Kamu dari mana saja,?” Pertanyaan Basri yang terkesan penuh perhatian seakan-akan pria itu sangat peduli, membuat gadis itu tercengang hampir tak percaya lbagwa pria yang dia kira berhati iblis itu bisa selembut itu padanya.

Setidaknya seperti itulah pikiran polos Winsi selama ini, dia menganggap bahwa setan sudah bersemayam di hati bapaknya. Setan adalah sifat Iblis. Allah menciptakan malaikat, manusia dan Iblis. Namun Iblis menjadi mahkluk pembangkang, jahat dan tidak mau menyayangi Adam sebagai sesama mahkluk yang tinggal di akherat. Akhirnya kesombongan telah menghancurkan dirinya, menjerumuskan Adam serta Hawa dalam ketidaktaatan hingga, mereka terusir dari surga dan sampai kini anak cucunya hidup di dunia.

Winsi merasa aneh dengan sikap Basri yang tiba-tiba saja menjadi lembut, sebab dalam pikirannya Iblis tidak akan tersenyum kecuali, otaknya sedang berpikir buruk.

“Maaf, Pak. Tadi Wiwin lari kejalan, terus saya ajak dia kerumah, tapi Cuma sebentar.” Erlan menjawab sambil tersenyum pada Winsi dan mengedipkan matanya.

‘Apa itu, apa maksudnya Wiwin itu, aku?’ batin Winsi sambil menggeser-geser kakinya di tanah. Cuma Erlan yang memanggilnya begitu dan ini untuk pertama kalinya, membuat pipinya memerah dan hangat.

“Oh, jadi ... apa Winsi sudah bilang sama kamu soal masalahnya?” tanya Basri dengan gusar. “Kalian berteman, kan?”

“Ya, kami berteman.”

“Kalau begitu kamu pasti tahu kalau Winsi ini punya masalah serius, di sekolahnya mau wisata, dia gak punya biaya. Bapak juga baru saja pulang dan tidak bawa uang. Kalau kamu temannya, pasti kamu bisa membantunya.”

“Oh, tentu saja.”

‘Nah, benarkan, Iblis sudah mulai bekerja sekarang’ batin Winsi membenarkan dugaannya sendiri.

Melihat selama ini Basri tidak pernah memberinya uang jajan, juga jarang memberi Runa nafkah, membuat gadis itu berpikir bila bapaknya akan memanfaatkan keadaan lalu, memancing di air yang keruh untuk mendapatkan sesuatu. Hidupnya terasa sangat malang.

Dia dan ibunya setiap hari selalu sibuk membuat nasi uduk dan aneka gorengan untuk dijual di perempatan jalan, sedangkan sebagian di titipkan Winsi di warung depan sekolah. Dia membawa makanan itu setiap kali berangkat ke sekolah. Dari penghasilan itulah Runa membiayai hidup mereka.

Anehnya, Runa tidak pernah mengeluhkan kehidupan yang bagi Winsi sangat tidak enak, ibunya itu selalu menasehatinya untuk menabung demi masa depan, padahal dia tidak pernah tahu masa depan seperti apa yang ibunya maksudkan.

"Win, ini uang jajanmu hari ini, jangan dihabiskan, ya. Sisanya harus kamu tabung. Demi masa depanmu."

Begitu kata Runa setiap kali Winsi akan pergi sekolah.

"Iya, Bu." Selalu begitu pula jawaban Winsi sambil mencium tangannya.

Dia selalu menuruti ucapan ibunya, karena selain wanita itu, tidak ada lagi orang lain yang menyayanginya, bapaknya tidak pernah memberinya uang.

Dahulu Basri selalu mengatakan, kalau Runa sebagai istri harus bisa cari nafkah, karena uang itu akan digunakan untuk dirinya sendiri. Sebagai pendamping, harus bisa membantu kekurangan suami, begitu jelasnya berulangkali.

Runa pernah kelelahan saat hamil besar. Dia memaksa kan diri, karena ada banyak pesanan.

Saat itu Winsi masih kecil, belum bisa diandalkan. Keadaan seperti itu terus berlanjut sampai ibunya melahirkan seorang bayi laki-laki yang lucu, dia sangat bahagia, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Bayi itu suatu saat mengalami demam tinggi, dan karena kesibukannya, Runa tidak bisa segera membawa bayi itu ke rumah sakit. Kejadian inilah yang kemudian membuat adik kecilnya tiada.

Winsi kembali tidak bisa berkata-kata, seperti biasanya bila berhadapan dengan bapaknya, dia hanya berharap ibunya mau menyelamatkannya saat ini, tapi kemana wanita kurus itu sekarang berada, dia hanya berharap Runa baik-baik saja. Kejadian tadi terbayang dibenaknya, bagaimana Basri mendorong kepala ibunya kasar. Apa yang dilakukan laki-laki itu selanjutnya, dia tidak tahu.

Setelah itu obrolan antara Basri dan Erlan pun berlanjut, setelah berbasa-basi tentang biaya yang harus dikeluarkan Winsi, pria tambun itu dengan terus terang meminta sesuatu yang sangat memalukan bagi anaknya.

‘Bagaimana bisa Bapak meminta uang untuk biaya wisata sekolah pada Erlan?’

Winsi sangat malu pada teman laki-laki yang sama sekali tidak akrab dengan dirinya itu. Kalau dilihat lebih lama lagi, maka wajah Basri semakin memuakkan.

“Jadi, karena sekaligus untuk uang saku dan ongkos angkot, Winsi butuh uang satu juta. Nah, Bapak yakin, kamu pasti punya uang segitu, kan?”

Erlan tampak mengerutkan keningnya, melirik Winsi yang tidak mengomentari atau atau membantah permintaan Basri, sehingga membuat pria remaja itu mempercayainya.

“Tentu, saya akan membantu, Pak.”

“Kalau bisa, kamu bawa uangnya sekarang. Soalnya besok Winsi harus setor uang itu ke sekolah.”

Tiba-tiba Basri merengkuh pundak Winsi, hangat. Semenjak kecil, baru kali ini Basri melakukan hal yang hangat seperti itu, secara naluriah, Winsi pun mengangguk.

Erlan menautkan kedua alisnya semakin dalam, lalu dia menaiki motornya setelah melirik Winsi sekilas. Setelah itu dia Melajukan motonya meninggalkan kedua. Ayah dan anak.

Begitu bayangan Erlan menghilang, Besri memukul pundak Winsi, dengan sangat keras lalu menjewer telinga anak itu tanpa ampun!

“Aduh, Bapak! Sakit!” teriak Winsi, sambil menangis, tapi pria itu tidak perduli dan terus. Berbuat kasar pada anak kandungnya sendiri. Sejak Winsi lahir, sampai sekarang Basri tidak pernah memperlakukan anak perempuan itu dengan lemah lembut. Dia tidak pernah mencoba menguraikan kesalahpahaman yang pernah terjadi antara dirinya.

“Dasar kamu anak tak tahu diri! Awas kamu ya, kalau bilang pada si anak sialan itu kalau uang sekolahmu Cuma tiga ratus ribu!”

“Bapak, bohong!”

“Apa kamu bilang? Berani ya kamu sekarang?” Basri berkata sambil menyeret tubuh kurus itu ke dalam dan memukuli Winsi kembali dengan tangan besarnya ke sekujur tubuh.

“Gimana kalau nanti Erlan tahu, kalau uang sekolah Win tidak sebesar itu, Pak!”

“Kenapa memangnya?”

“Win malu, Pak!”

“Kamu, apa susahnya bohong sama anak orang kaya itu, kamu harus bersyukur Bapak mau pinjam ke dia buat kamu!”

“Tapi Bapak, Bohong! Bukan sejuta, Pak! Cuma tiga ratus ribu!” Winsi berteriak penuh keberanian.

Kekuatan yang timbul karena rasa malu dan kuatir pada Erlan, lebih besar dari rasa takutnya pada bapaknya yang galak itu.

“Apa maksudmu sejuta, Win?”

Ditanya seperti itu oleh ibunya, Winsi termenung. Dia tahu, Ibunya orang yang sangat takut berhutang. Prinsipnya cukup kuat untuk menghindari hutang, bahkan kalau bisa dia tidak akan pernah berhutang sepanjang hidupnya.

“Bapak, Bu. Pinjam uang sama Erlan sejut—“ Belum sempat Winsi melanjutkan ucapannya, Basri membekap mulut anak gadis itu dengan tangan kekarnya. Seketika wajahnya memerah karena bekapan tangan pria itu menutup hidungnya pula, dia hampir tidak bisa bernapas.

Tiba-tiba sebuah suara memanggil-manggil dari luar rumah, membuat Basri menghentikan aktivitasnya, sehingga Winsi bisa bernapas lega.

“Permisi ... Pak Basri! Apa ada di rumah?"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Nenie desu

Nenie desu

jangan lupa mampir di novel aq kak 🤗🤗🙏

2022-08-14

8

Kaisar Tampan

Kaisar Tampan

Kak aku udah mampir ya.
bantu dukung karyaku juga ia
simpanan brondong tampan
terima kasih

2022-07-08

6

тαуσηg

тαуσηg

ga ada patut dicontoh sama sekali kelakuan sebagai Bpk dan suami pingin tak bejek2 nih orang🤭

2022-07-06

6

lihat semua
Episodes
1 1. Laki-laki Yang Disebut Bapak
2 2. Laki-laki Yang Disebut Ayah
3 3. Aku Dan Laki-laki Itu
4 4. Hanya Sebatas Kenangan
5 5. Memancing Di Air Keruh
6 6. Uangku Hakku
7 7. Wisata Sekolah
8 8. Perhatian Kekanakan -kanakan
9 9. Es Boba Dan Uang
10 10. Hujan
11 11. Anda Siapa
12 12. Tentang Selingkuh
13 13. Rapuh
14 14. Sebungkus Nasi Hangat
15 15. Pemandangan Yang Lebih Menyakitkan
16 16. Terikat Sebuah Janji
17 17. Saat Berniat Untuk Pergi
18 18. Saat Dia Pulang
19 19. Seorang Wanita Muda
20 20. Seorang wanita Muda Lagi
21 21. Kebingungan
22 22. Antara Dua Wanita
23 23. Memanfaatkannya
24 24. Murid Baru
25 25. Basah
26 26. Bilang Padaku
27 27. Sebuah Tuduhan
28 28. Tangan Yang Patah Bukan Hatinya
29 29. Dia Siapa
30 30. Gelang Yang Hilang
31 31. Diborgol
32 32. Di Balik Penjara
33 33. Bebas
34 34. Sebuah Ketakutan
35 35. Dia Yang Datang
36 36. Mengalahkannya
37 37. Menunggunya
38 38. Si Anak Buluk
39 39. Terima Kasih Ya
40 40. Teman Yang Berbeda
41 41. Kepolosan Anak-anak
42 42. Ayah!
43 43. Pindah Sekolah
44 44. Anak Buluk Dulu Dan Sekarang
45 45. Dia Adikku
46 46. Maafkan Aku
47 47. Geng Anak Lemah
48 48. Bukan Anak Lemah
49 49. Dia Yang Bernama Saina
50 50. Dia Anak Jadul
51 51. Jagan Paksa
52 52. Apa Kamu Percaya
53 53. Putus Asa
54 54. Itu Bukan Cinta
55 55. Kelulusan
56 56. Kesimpulan Erlan
57 57. Hanifa
58 58. Sebuah Perceraian
59 59. Sebuah Tragedi (Lagi)
60 60. Dikalahkan Dengan Mudah
61 61. Jawaban Runa
62 62. Menjadi Dewasa
63 63. Kecewaku
64 64. Hari-hari Yang Berlalu
65 65. Pernikahan
66 66. Belum Tahu
67 67. Belasungkawa
68 68. Hancur
69 69. Salah Menilainya
70 70. Erlan Mengalah
71 71. Tersenyum Saat Melihatnya
72 72. Kamu Yang Bilang
73 73. Tatapan Mata Yang Berbeda
74 74. Uang Masa Depan
75 75. Dokumen Kakek
76 76. Bukan Kebetulan
77 77. Maksudku
78 78. Batas Kewajaran
79 79. Kenapa
80 80. Pergi
81 81. Hari Itu
82 82. Waila Bilang
83 83. Sebidang Tanah
84 84. Ya Lumayan
85 85. Tatapan Mata Seseorang
86 86. Bapak
87 87. Membalas Budi
88 88. Genggaman Tangan Yang Lemah
89 89. Dia Yang Pergi Dan Yang Datang
90 90. Dia Yang Datang Dan Dia Yang Pergi
91 91. Rahasia Masa Depan
92 92. Tak Ada Kabar
93 93. Lepaskan Atau
94 94. Sudah Tidak Waras
95 95. Aku Bukan Yang Terbaik
96 96. Anas
97 97. Mengolah Sebuah Rasa
98 98. Dia Yang Terlihat Segar
99 99. Kesan Yang Baik
100 100. Sikap Yang Berlebihan
101 101. Ziarah Kubur
102 102. Sebuah Tanggung Jawab
103 103. Kecemburuan Kecil
104 104. Pria Yang Pernah Menorehkan Luka
105 105. Pria. Yang Dahulu
106 106. Maaf Yang Tak Usang
107 107. Dia Bukan Yang Terbaik
108 108. Dia Bukan Yang Terbaik 2
109 109. Pria Diluar Jendela
110 110. Aku Akan Menunggu
111 111. Kambuh
112 112. Manja Pada Ayah
113 113. Bukan Menantu
114 114. Tidak Terlibat
115 115. Cemburu Buta
116 116. Arkan Sakit
117 117. Kepergian Arkan
118 118. Mendung Di Dua Kota
119 119. Mau Sampai Kapan
120 120. Beratnya Rasa Kehilanganmu
121 121. Seandainya Bisa Ikut
122 122. Sepenggal Rasa
123 123. Ayo Kita Menikah
124 124. Kutunggu Sampai Besok
125 125. Terserah
126 126. Dalam Kekalutan
127 127. Cinta Seorang Laki-laki
128 128. Aku Tidak Tahu Namamu
129 129. Masih Trauma
130 130. Aku Mencintaimu Juga
131 131. Kecemburuan 1
132 132. Kecemburuan 2
133 133. Menghindar
134 134. Aku Tidak Salah Lihat
135 135. Pertengkaran
136 136. Suami Yang Tampan
137 137. Suara Yang Tercekat
138 138. Kalau Saja
139 139. Pukulannya Sakit Juga
140 140. Terluka Sendiri
141 141. Coklat Minta Maaf
142 142. Jangan Seperti Ini
143 143. Melihat Sebuah Kenyataan
144 144. Mendua Hati
145 145. Apa Dia Pantas
146 146. PernikahanTidak Sah
147 147. Sebuah Pilihan
148 148. Dia Bukan Yang Terbaik
149 149. Aku Tidak Ingin
150 150. Dia Dan Kasih Sayangnya
151 151. Dia Dan Kasih Sayangnya Lagi
152 152. Janji Diatas Janji
153 153. Keputusan Winsi
154 154. Ke Yogyakarta
155 155. Demi Dia
156 156. Rumah Singgah Sementara
157 157. Aku Merindukanmu
158 158. Aku Kecewa 1
159 159. Aku Kecewa 2
160 160. Pulang
161 161. Setelah Satu Bulan
162 162. Kasih Sayang Seperti Ayah
Episodes

Updated 162 Episodes

1
1. Laki-laki Yang Disebut Bapak
2
2. Laki-laki Yang Disebut Ayah
3
3. Aku Dan Laki-laki Itu
4
4. Hanya Sebatas Kenangan
5
5. Memancing Di Air Keruh
6
6. Uangku Hakku
7
7. Wisata Sekolah
8
8. Perhatian Kekanakan -kanakan
9
9. Es Boba Dan Uang
10
10. Hujan
11
11. Anda Siapa
12
12. Tentang Selingkuh
13
13. Rapuh
14
14. Sebungkus Nasi Hangat
15
15. Pemandangan Yang Lebih Menyakitkan
16
16. Terikat Sebuah Janji
17
17. Saat Berniat Untuk Pergi
18
18. Saat Dia Pulang
19
19. Seorang Wanita Muda
20
20. Seorang wanita Muda Lagi
21
21. Kebingungan
22
22. Antara Dua Wanita
23
23. Memanfaatkannya
24
24. Murid Baru
25
25. Basah
26
26. Bilang Padaku
27
27. Sebuah Tuduhan
28
28. Tangan Yang Patah Bukan Hatinya
29
29. Dia Siapa
30
30. Gelang Yang Hilang
31
31. Diborgol
32
32. Di Balik Penjara
33
33. Bebas
34
34. Sebuah Ketakutan
35
35. Dia Yang Datang
36
36. Mengalahkannya
37
37. Menunggunya
38
38. Si Anak Buluk
39
39. Terima Kasih Ya
40
40. Teman Yang Berbeda
41
41. Kepolosan Anak-anak
42
42. Ayah!
43
43. Pindah Sekolah
44
44. Anak Buluk Dulu Dan Sekarang
45
45. Dia Adikku
46
46. Maafkan Aku
47
47. Geng Anak Lemah
48
48. Bukan Anak Lemah
49
49. Dia Yang Bernama Saina
50
50. Dia Anak Jadul
51
51. Jagan Paksa
52
52. Apa Kamu Percaya
53
53. Putus Asa
54
54. Itu Bukan Cinta
55
55. Kelulusan
56
56. Kesimpulan Erlan
57
57. Hanifa
58
58. Sebuah Perceraian
59
59. Sebuah Tragedi (Lagi)
60
60. Dikalahkan Dengan Mudah
61
61. Jawaban Runa
62
62. Menjadi Dewasa
63
63. Kecewaku
64
64. Hari-hari Yang Berlalu
65
65. Pernikahan
66
66. Belum Tahu
67
67. Belasungkawa
68
68. Hancur
69
69. Salah Menilainya
70
70. Erlan Mengalah
71
71. Tersenyum Saat Melihatnya
72
72. Kamu Yang Bilang
73
73. Tatapan Mata Yang Berbeda
74
74. Uang Masa Depan
75
75. Dokumen Kakek
76
76. Bukan Kebetulan
77
77. Maksudku
78
78. Batas Kewajaran
79
79. Kenapa
80
80. Pergi
81
81. Hari Itu
82
82. Waila Bilang
83
83. Sebidang Tanah
84
84. Ya Lumayan
85
85. Tatapan Mata Seseorang
86
86. Bapak
87
87. Membalas Budi
88
88. Genggaman Tangan Yang Lemah
89
89. Dia Yang Pergi Dan Yang Datang
90
90. Dia Yang Datang Dan Dia Yang Pergi
91
91. Rahasia Masa Depan
92
92. Tak Ada Kabar
93
93. Lepaskan Atau
94
94. Sudah Tidak Waras
95
95. Aku Bukan Yang Terbaik
96
96. Anas
97
97. Mengolah Sebuah Rasa
98
98. Dia Yang Terlihat Segar
99
99. Kesan Yang Baik
100
100. Sikap Yang Berlebihan
101
101. Ziarah Kubur
102
102. Sebuah Tanggung Jawab
103
103. Kecemburuan Kecil
104
104. Pria Yang Pernah Menorehkan Luka
105
105. Pria. Yang Dahulu
106
106. Maaf Yang Tak Usang
107
107. Dia Bukan Yang Terbaik
108
108. Dia Bukan Yang Terbaik 2
109
109. Pria Diluar Jendela
110
110. Aku Akan Menunggu
111
111. Kambuh
112
112. Manja Pada Ayah
113
113. Bukan Menantu
114
114. Tidak Terlibat
115
115. Cemburu Buta
116
116. Arkan Sakit
117
117. Kepergian Arkan
118
118. Mendung Di Dua Kota
119
119. Mau Sampai Kapan
120
120. Beratnya Rasa Kehilanganmu
121
121. Seandainya Bisa Ikut
122
122. Sepenggal Rasa
123
123. Ayo Kita Menikah
124
124. Kutunggu Sampai Besok
125
125. Terserah
126
126. Dalam Kekalutan
127
127. Cinta Seorang Laki-laki
128
128. Aku Tidak Tahu Namamu
129
129. Masih Trauma
130
130. Aku Mencintaimu Juga
131
131. Kecemburuan 1
132
132. Kecemburuan 2
133
133. Menghindar
134
134. Aku Tidak Salah Lihat
135
135. Pertengkaran
136
136. Suami Yang Tampan
137
137. Suara Yang Tercekat
138
138. Kalau Saja
139
139. Pukulannya Sakit Juga
140
140. Terluka Sendiri
141
141. Coklat Minta Maaf
142
142. Jangan Seperti Ini
143
143. Melihat Sebuah Kenyataan
144
144. Mendua Hati
145
145. Apa Dia Pantas
146
146. PernikahanTidak Sah
147
147. Sebuah Pilihan
148
148. Dia Bukan Yang Terbaik
149
149. Aku Tidak Ingin
150
150. Dia Dan Kasih Sayangnya
151
151. Dia Dan Kasih Sayangnya Lagi
152
152. Janji Diatas Janji
153
153. Keputusan Winsi
154
154. Ke Yogyakarta
155
155. Demi Dia
156
156. Rumah Singgah Sementara
157
157. Aku Merindukanmu
158
158. Aku Kecewa 1
159
159. Aku Kecewa 2
160
160. Pulang
161
161. Setelah Satu Bulan
162
162. Kasih Sayang Seperti Ayah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!