One'S Destiny
berlari di jalan yang cukup ramai di sebuah pasar, seperti orang yang sedang di kejar sesuatu.
Aduh... aku telat lagi !, pasti xepul akan marah. pikirnya.
seorang pemuda yang bernama Rex bekerja di sebuah kedai kecil di kota yang bernama xescopa, pekerjaan yang cukup mudah untuk beberapa orang.
cling cling
Membuka pintu
berjalan memasuki kedai.
"Ckckck, kesiangan lagi kau" ucap rekan kerjanya yang sedang memegang sapu.
"Maaf Pul.., tadi ada sesuatu yang harus dilakukan hehe.." balas Rex sambil memegang kepala dan tersenyum.
"Adehh.., kau ini ya memang selalu saja seenaknya" ucap rekanya yang bernama Xepul
Rex meninggalkan temannya itu dan langsung pergi ke belakang, sebelum pintu belakang tertutup Rex melihat potongan rambut xepul dan berkata,
"potongan rambutmu hari ini kelihatan bagus pul!"
xepul yang mendengar Rex berkata seperti itu, memegang erat sapu yang dia pegang sambil mengeluarkan ekspresi yang kesal.
"potongan rambutku memang selalu seperti ini !!", menggerutu.
kedai ramai seperti biasanya di malam hari, kala itu Rex melihat ada seorang dua pria yang sedang bertengkar dan menghampiri mereka, karena Rex tidak mau ada keributan di tempat ia bekerja. Rex lalu menyuruh mereka untuk menyelesaikan nya diluar
"Maaf tuan-tuan bisa kalian selesaikan diluar kedai, karena menggangu yang lain" ucap Rex kepada kedua pria tersebut.
"Pergi kau!, ini bukan urusanmu, atau kuhajar kau" Dengan marah ucap salah satu pria.
Rex memegang pundaknya dari belakang lalu menekan skapula pria itu, pria itu merasa kesakitan.
"AAARRGGHh..."
Rex menarik pria itu keluar dari kedai.
"Jika kau ingin membuat pertengkaran lakukan ditempat lain" ucap Rex kepada pria itu dengan sinis.
Pria itu menatap Rex dengan kesal, lalu meninggalkan tempat tersebut. Rex kembali masuk dan menegur pria yang satunya lagi, dan yang ternyata itu temannya Rex.
"Kau lagii..!?" ucap Rex sambil menepuk kening.
"Kau tau ini bukan kesalahan ku karena.." pria yang bernama Nick menjelaskan namun dipotong oleh Rex.
"Karena wanita ini tertarik padaku. Dan bla bla bla, terserah kau ingin bilang apa Nick tapi kumohon jangan buat kegaduhan disini" Rex yang cukup jengkel dengan Nick.
"Yahh kau tau semua yang terjadi bukan kemauan ku tapi itu semua takdir yang telah mempertemukan aku dan dia", ucap pelan Nick sambil tersenyum pada wanita yang duduk bersamanya.
Mendengar kata takdir Rex merasa kurang nyaman karena mengingatkan dia akan suatu hal, kemudian Rex meninggalkan pria tersebut bersama wanitanya sambil menghela nafas.
Jam kerja berakhir, Rex dalam perjalanan menuju rumah. jalan yang cukup sepi Rex lewati dengan ditemani cahaya lampu yang redup di sepanjang jalan.
Rex dari kejauhan melihat seseorang di pinggir tebing, tapi Rex tidak peduli lalu melanjutkan perjalanan menuju ke rumah, tapi tiba-tiba telinga Rex berdengung dan mengalami thunderclap. kala itu Rex melihat suatu ingatan yang pernah dia alami.
Kegelapan yang sangat pekat menyelimuti Rex kecil, kala itu entah apa yang ada di balik pintu itu, suara teriakan, suara tangisan, suara minta tolong. Tapi Rex kecil hanya bisa diam dalam ruangan gelap itu.
" Kenapa, kenapa, kenapa..." nada Rex terdengar sedih dan kecewa.
Setelah itu sakit kepala Rex menghilang, dan Rex ingat apa yang dikatakan Nick di kedai.
("bukan kemauan ku tapi itu semua TAKDIR")
"Apakah takdir yang kudapat akan selalu buruk." isi pikiran Rex
Tiba-tiba Rex merasakan hembusan angin lembut yang sangat nyaman, angin yang membuat perasaan Rex menjadi damai sampai dia menutup matanya karena sangat nyaman.
Tolong dia..!
suara halus itu terdengar cukup jelas, Rex yang mendengar itu langsung membuka mata dan melihat sekitarnya.
Rex merasa heran dan bingung dengan suara yang dia dengar, entah darimana asal suara itu yang datang dengan didampingi hembusan angin lembut.
"Apa yang kau maksud, aku sungguh tidak mengerti?." Rex membalas suara yang dia dengar
"Lagi pula siapa yang harus aku tolong?." Rex membalas lagi dengan nada yang sedikit kencang
"Di sana.." suara terdengar lagi oleh Rex
Cahaya tiba-tiba muncul entah darimana, berputar di atas Rex. Mencoba menuntun Rex.
"Apakah aku harus mengikuti mu?." tanya Rex
Cahaya itu pergi kejalan yang sebelumnya Rex lewati, dimana dia melihat seseorang sedang berdiri di pinggir tebing.
Rex mengikutinya sampai dimana cahaya itu menghilang dengan sendirinya, tampa Rex sadari orang yang tadi dia lihat adalah seorang gadis dan sedang berdiri di pinggir tebing.
"Apakah gadis ini yang harus aku selamatkan?, tapi benar, sepertinya dia sedang kacau" pikir Rex.
Melihat gadis itu melamun saja di pinggir tebing, Rex menghampiri gadis itu dengan pelan-pelan, dari dekat dia melihat bagian belakan gadis itu. cahaya bulan yang terang memperlihatkan pemandangan yang cukup indah dengan di dampingi angin yang pelan, Rex lalu menegurnya.
"Apakah kamu ingin melompat dari sana?" kata Rex pada gadis itu.
"..........." gadis itu menoleh dan hanya diam.
"Kamu tau mungkin aku terlalu berfikir serius tentang itu, tapi asal kamu tau, cukup indah bukan pemandangan dari sini" ucap Rex untuk menghibur dan duduk bersandar di bawah pohon
"......, apakah kamu tau tentang TAKDIR ?" kalimat pertama yang keluar dari gadis itu.
"Jika kamu menanyaiku apa itu takdir, bagiku itu..." (Rex).
"KEPASTIAN" potong gadis itu.
"hmm.., mungkin bisa, Lalu apa yang sedang kamu lakukan malam hari di pinggir tebing ini ?" tanya Rex lagi.
"............."
gadis itu kembali diam, dan sambil terus melihat kearah kota dari tebing itu. Rex menghampiri sebuah pohon dan duduk di bawahnya dan terus menunggu gadis itu, berjaga ketika gadis itu melakukan sesuatu yang berbahaya maka Rex bisa langsung menolongnya.
suasana mulai canggung dan Rex merasa tidak nyaman dengan suasana saat itu, dan Rex menawarkan ke gadis itu untuk pulang.
"Kalau begitu mau aku antar kau pulang ?" tanya Rex sambil menggaruk kepala.
"tidak ada tempat untukku pulang.."
" ..!!.. "
"aku hanya ingin mengakhiri semuanya, karena tidak ada lagi yang bisa aku perbuat" kata gadis dengan nada datar.
"Apa kau pikir semua masalah dapat berakhir jika seseorang menghilang?, tentu tidak. karena itu, kamu harus tetap hidup, walaupun penderitaan yang kau dapatkan, tapi suatu hari nanti ada seseorang yang dapat memberikan dirimu, kebahagiaan" ucap Rex yang duduk di bawah pohon.
"Siapa orangnya?.." tanya gadis itu.
"Jika kamu menanyakan itu, aku sendiri tidak memilikinya. Karena itu mari kita cari bersama" jawab Rex atas pertanyaan gadis itu.
".........." gadis itu diam dengan jawaban Rex.
"Jika tidak ada yang ingin kamu lakukan, di sana berbahaya. Ikut dengan ku?" ajak Rex
sambil berdiri dan mengulurkan tangannya.
Sang gadis merasa ragu untuk menerima ajakan Rex, tapi alasan dia di sana bukan untuk mengakhiri hidupnya, melainkan kerena mimpi yang dia dapat pada malam itu "pergilah ke sisi tebing dan jika kau bertemu seseorang ikuti dia, karena dia akan menunjukkan kebenaran pada dirimu." apakah orang ini yang dikatakan dalam mimpinya itu, orang yang akan menunjukan kebenaran yang sedang dia cari.
"Baiklah.." kata sang gadis menerima ajakan Rex.
"Rexma Guwa, itu namaku tapi kamu bisa panggil aku Rex", ucap Rex sambil mengulurkan tangan.
"Namaku Valia, hanya itu" kata Valia.
merekapun berjabat tangan, dan itulah pertemuan yang bisa disebut TAKDIR, atau, jalur dari semua masalah yang akan mereka lalui bersama, dalam pencarian kebahagiaan mereka berdua, di sebuah benua yang sangat luas.
...****************...
Disiang hari disebuah desa yang kecil pinggiran kota, seorang gadis kecil sedang bermain, dengan bonekanya di depan rumahnya. Pada saat asik bermain, datang segerombolan anak yang dengan sengaja melempari dia dengan sisa makanan yang mereka punya, entah apa tujuan mereka dan membuat gadis itu terkejut.
"Ehh..?" reaksi gadis itu.
"Seperti biasa bermain sendiri" kata salah satu anak.
"Siapa yang mau berteman dengan gadis berambut perak, mungkin dia akan memakan temannya, benarkan Beck" kata salah satu gadis di gerombolan itu.
"Sungguh aneh kenapa ayahku membiarkan kamu berada di desa ini" kata Beck anak kepala desa di sana.
Tampa basa-basi Beck menghampiri gadis itu lalu mengambil boneka si gadis dan melemparkan ke genangan air. Sang gadis hanya diam atas perbuatan segerombolan anak itu, tampa membalas perlakuan mereka pada dirinya. Anak-anak yang nampak senang itu lalu tertawa atas perbuatan mereka, kepada sang gadis itu.
Valia yang sedang melakukan pekerjaan rumah mendengar suara anak-anak yang tertawa cukup kencang, Valia yang penasaran melihat keluar, dan dia terkejut, pada apa yang sedang anak-anak itu lakukan.
"Apa yang kalian lakukan pada Aine..?" bela Valia pada gadis itu, yang tenyata bermana Aine
Anak-anak itu lari sambil tertawa, tanpa merasa bersalah dengan apa yang mereka perbuat pada Aine.
Valia merasa khawatir pada Aine karena telah dirundung anak-anak tadi, melihat baju Aine yang kotor dan juga bonekanya berada di genangan air, Valia langsung memeluk Aine karena merasa kasihan.
"Apa kamu terluka?" tanya Valia pada Aine.
"Hmm..." balas Aine sambil menggelengkan kepala.
"Syukurlah kalau begitu, aku akan beritahu kejadian ini pada ayah ibu dan juga kakakmu" tutur Valia.
Valia membersihkan sisa makan yang menempel pada Aine dan mengambil boneka Aine yang kotor di dalam genangan air, lalu Aine tiba-tiba memegang tangan Valia, Valia yang terkejut melihat wajah Aine yang khawatir saat itu.
"Jangan beri tahu kakak..~" ucap Aine dengan nada yang cukup pelan.
"Apakah kamu tidak ingin kakakmu khawatir tentang ini?, (sungguh gadis yang baik)" sambil tersenyum lembut pada Aine.
"Ka..karena kakak pasti tidak ma..mau membantu warga desa" ucap Aine pelan dengan terbata-bata.
"Baiklah kalau itu mau Aine, aku tidak akan memberi tahu kak Rex" balas Valia sambil mengusap kepala Aine.
"kakak berjanji?" kata Aine sambil mengangkat jari kelingking.
"Ya aku berjanji" Valia membalas Aine dengan jari kelingking.
Malam datang, semua anggota keluarga Rex berkumpul termasuk Valia yang sudah seminggu tinggal di rumah itu.
Ayah yang sehabis berburu di hutan bersama kelompok pemburu desa berhasil mendapatkan rusa valio dewasa, rusa valio adalah rusa yang dikategorikan monster kelas 2 karena memiliki ukuran 2 meter dengan dilengkapi taring seperti predator, tapi mereka hanya memakan buah-buahan dan jamur di hutan.
"Hari ini anda mendapatkan tangkapan yang bagus tuan Pedric" puji Valia kepada sang ayah.
"Hehe.., itu hanya kebetulan, kami menemukanya disaat sedang terluka. Mungkin karena perebutan wilayah, dan juga sudah kubilang jangan formal, kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini" saut Pedric pada Valia.
"Benar kata suamiku, kamu sudah jadi keluarga kami jadi jangan formal, kami juga merasa terkejut ketika Rex membawa gadis cantik ke rumah. Dan mengijinkan mu tinggal bersama kami, aku pikir Rex melakukan sesuatu yang buruk padamu tapi setelah mendengar kondisimu kami dengan senang hati menerima mu disini" kata ibu yang bernama Wilma.
"Aku juga sangat berterima kasih, karena sudah mengijinkan aku tinggal disini dan pasti aku akan membantumu dalam perkejaan rumah nyonya Wilma" kata Valia sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu masih saja formal.." saut ibu sambil tersenyum.
Suasana rumah yang begitu hangat, tawa memenuhi ruangan. Mata Aine tertuju pada Valia, dan Valia menyadarinya lalu mengedipkan sebelah matanya tanda dia tidak akan menceritakan apa yang terjadi siang tadi, lalu Aine tersenyum dan melanjutkan makannya, Rex yang menyadari, hanya melihat dari bangkunya dan penasaran akan sesuatu.
"Ayah., apa ayah yakin rusa itu terluka karena perebutan wilayah dengan rusa lain?" tanya Rex pada ayahnya
"Yah aku cukup yakin kerena ada memar di kepalanya, apakah ada yang salah?" tutur sang ayah ke Rex.
"Tidak ada, aku hanya sedikit penasaran saja" balas Rex.
karena tidak mungkin Valio besar itu kalah dengan mudah begitu saja, karena jika hewan itu kalah dalam pertarungannya, saat merebut atau mempertahankan wilayah, luka yang dia dapatkan pasti luka robek atau tanduk mereka patah.
karena tidak ingin membuat ayahnya khawatir Rex tidak memberitahu hal itu, dan siapa orang yang mampu membuat memar di kepala Valio itu sehingga dapat dengan mudah dikalahkan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments