Dalam satu kota terdapat serikat yang didalamnya banyak sekali orang-orang, mereka menyebut diri mereka sebagai Hunter. Terdapat peringkat yang dapat membedakan seberapa kuat dan hebatnya para Hunter tersebut dari pemula sampai yang terhebat diantara mereka, terdapat tujuh tingkatan, dimulai dari (Amber),(Lapis),(Opal),(Emerald),(Sapphire),(Ruby), dan (Diamond).
di hari yang sangat cerah ini ada kelompok party Hunter yang sedang mengerjakan quest serikat di dalam hutan, mereka mendapatkan quest untuk mencari bahan untuk obat-obatan.
mereka mencari kelinci bertanduk seperti pisau yang bernama Rabhorn untuk dijadikan bahan obat untuk para tabib di kota xescopa. jalan yang mereka lalui di dalam hutan yang lebat sungguh ramai dengan suara daun yang bernyanyi bersama angin.
belum lama mereka memasuki hutan, salah satu Hunter yang bernama Beruc melihat ada Valio dewasa di rute yang sedang mereka lewati.
"Bukankah kita baru memasuki hutan, belum sampai beberapa menit kenapa kita sudah bertemu Valio" kata salah satu kelompok Hunter yang bernama Sasha.
"Mungkin dia sedang mencari wilayah baru atau kalah dalam peraturan dengan Valio lain" kata Beruc.
"Tapi aku tidak melihat adanya luka di tubuhnya" saut Askhol seorang healer di party itu.
Merasa tidak ada yang perlu mereka khawatirkan dan terus melanjutkan perjalanan untuk mencari Rabhorn.
sampai di tepian sungai mereka menemukan berri yang memiliki rasa sangat manis, sungguh lebat buah-buah ini mereka bisa membuat kue untuk dimakan nanti.
"mmmm..... sangat maniss...., aku harap bisa mempunyai kebun berri milikku sendiri"
"kau bisa gendut Sasha, sulit untukmu jadi petualang yang hebat jika kau susah bergerak" ledek Beruc.
"hah..!, sungguh tidak sopan berkata gendut pada seorang wanita kau tau, dan kau juga berhenti berbicara sendiri dan melakukan gerakan aneh dengan pedang milikmu seakan berbicara dengan seorang gadis. apa kau normal?" balas Sasha ke Beruc.
wajahnya menjadi memerah karena perkataan Sasha, dia terlihat malu sekaligus malu dengan apa yang Sasha katakan.
"AKU SEDANG LATIHAN OPERA!, dan itu bukan gerakan aneh kau tau, semua memiliki arti dan itu adalah seni yang luar biasa", kata Beruc sambil memperlihatkan gerakan Opera.
Askhol tertawa atas sikap mereka berdua, layaknya kucing dan anjing selalu bertengkar setiap saat.
srek srek srek
ditengah keributan mereka terdengar suara dari dalam semak-semak, mereka langsung bersiap untuk sesuatu yang ada di balik semak itu.
srek.. srek..
seketika melompat dari semak, kelinci abu-abu yang memiliki mata biru dan tanduk coklat gelap seperti pisau.
Beruc yang melihat itu tersenyum dengan apa yang mereka jumpai itu, dan langsung memulai quest yang mereka terima, perburuan untuk mendapatkan tanduk Rabhorn.
satu demi satu Rabhorn keluar seperti menghampiri mereka, hari itu seperti hari keberuntungan mereka untuk berburu Rabhorn.
di saat sudah mendapatkan cukup banyak tanduk Rabhorn, mereka yang sudah merasa cukup lelah dan lapar, berniat untuk memasak daging Rabhorn yang mereka dapatkan daripada terbuang sia-sia.
"Kupikir akan cukup lama untuk kita mencari Rabhorn karena mereka cukup gesit dalam bergerak." kata Sasha sambil duduk di bawah pohon.
"Ya, jarang sekali kita bertemu beberapa Rabhorn dalam satu tempat. Apakah ini musim subur?." kata Beruc yang sedang menyalakan api.
"Bisa saja kau benar atau mereka sedang bersembunyi dari sesuatu!" kata Askhol yang sedang menguliti Rabhorn.
"Apakah kau ingin menakuti aku Askhol?, kurasa kau tidak berhasil." saut Sasha sambil mengangkat sebelah alisnya ke Askhol.
"Hahaha...., Sasha kita bukan lagi si penakut."
tawa Beruc lepas.
"AHHH.., kalian ini ya kenapa selalu meledekku." kata Sasha sambil berwajah asam.
Dalam suasana yang penuh canda dan tawa tiba-tiba mereka mendengar suara yang sangat keras dari dalam hutan yang membuat mereka terkejut.
darimana suara itu berasal(?), mereka yang merasa penasaran mencari sumber suara itu.
Mereka masuk ke dalam hutan dan tidak jauh dari tempat mereka, mereka melihat ada pria berbadan besar sedang berhadapan dengan Valio dewasa yang sangat besar, dengan menggunakan palu besar miliknya si pria itu menghantamkan palu tersebut ke kepala Valio dan langsung membuat rusa besar itu tersungkur ke tanah.
Melihat apa yang terjadi mereka hanya bisa tertegun melihat betapa kuatnya pria itu, hanya dengan sekali hantaman dia bisa membuat Valio dewasa itu langsung jatuh tak berdaya.
walaupun Valio dikategorikan monster level 2 bukan berarti mereka tidak berbahaya karena Valio memiliki karakter yang tenang jika tidak terganggu, tetapi sebaliknya jika mereka merasa terganggu mereka bisa sangat berbahaya bahkan Valio dewasa Alfa bisa disamakan dengan monster level 4 yang bisa membuat party Hunter level emerald pun kewalahan, tapi pria tersebut berhasil mengalahkan Valio dewasa itu dengan sangat mudahnya seperti melawan goblin.
Tampa mereka sadari ada seseorang dari kejauhan di atas pohon sedang mengawasi mereka.
"...Cukup membosankan bukan?.."
Hawa keberadaan tidak terasa oleh mereka, seseorang muncul di belakang mereka, yang membuat mereka terkejut bahkan Sasha melompat dan terjatuh keluar dari semak.
gadis berambut perak dan mata berwarna hijau tersenyum lebar disertai satu gigi taring panjang keluar dari mulutnya, entah kenapa dia bisa ada di belakang mereka tanpa suara sedikitpun.
"~siapa kamu!".
Beruc yang terkejut menodongkan pedang panjangnya kearah ke gadis itu, dan Askhol membantu Sasha untuk berdiri.
".. ehhhh.., kenapa kau mengarahkan pedang mu kepada seorang gadis kecil ini..~".
Mengangkat kedua tangannya sambil memasang wajah memelas, gadis itu menghempaskan Beruc beberapa meter.
"BERUUCCC..!"
Askhol dan Sasha merasa khawatir kepada Beruc yang terhempas jauh. Tampa mereka sadari pria besar berdiri di belakang mereka, bayangan pria itu menutupi mereka yang membuat mereka terkejut.
"..jangan bunuh mereka Phegor."
Dia tersenyum sambil menghampiri Beruc yang terhempas jauh, pria besar yang tadinya mengangkat palu miliknya untuk menyerang mereka berdua, perlahan menurunkan palunya.
Beruc sudah dalam posisi menyerang setelah di lempar jauh oleh gadis itu, bersiap untuk segala hal yang akan terjadi. Tetapi gadis itu hanya tersenyum ke arahnya seakan-akan merendahkan Beruc.
"..krek..krek..tak."
Valio besar itu melarikan diri. Tanah disekitar bergetar, Phegor menghentakkan tanah dengan kedua kakinya, bertingkah seperti anak kecil yang baru saja kehilangan mainannya.
"Hooo..ho..hooo...~"
Melihat Valio yang sudah dia lumpuhkan itu melarikan diri, dengan tatapan sedih dan hanya bisa pasrah karena tidak menyadari bahwa Valio itu belum mati.
"PHEGOR!. bisakah kau berhenti!!"
Kata-kata dari gading kecil itu membuat Phegor berhenti merengek, seakan dia mematuhi apa yang di katakan si gadis.
"**DAZZLING** "
ada cahaya yang sangat menyilaukan, yang membuat Phegor kehilangan pandangan untuk sementara. Sihir cahaya yang dikeluarkan Askhol berhasil membuat mereka menjauh dari pria berbadan besar itu dan berkumpul dengan Beruc untuk bersiap untuk bertarung bersama.
"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Ashok.
"..yah. kurasa aku masih kuat untuk yang selanjutnya." jawab Beruc.
Kaki bergetar seakan telah terkena serangan mematikan. "Kenapa kakiku gemetar? ", tidak ingin teman-temannya khawatir, dia berusaha melawan ketakutannya itu, walaupun dia tau seberapa bahayanya situasi yang mereka hadapi sekarang.
Dalam situasi itu mereka berusaha menyemangati satu sama lain agar dapat keluar dari situasi sekarang.
"Kita pasti bisa melakukannya teman-teman"
Askhol yakin bahwa mereka pasti bisa menghadapi gadis dan pria besar itu atau setidaknya kabur dari mereka berdua, supaya mereka bisa kembali pulang.
Beruc yang perlahan mulai pulih dari rasa paniknya melihat satu sama lain, tersenyum dalam kepercayaan mereka berdua yang membuat mereka lupa akan ketakutan.
Mata yang memancarkan rasa cemburu dari gadis itu, akan rasa percaya diri dari ke tiga Hunter itu.
"sangat menjengkelkan". gumam gadis itu.
Kegelapan menyelimuti gadis itu, rasa iri yang dia rasakan membuat dia merasa sangat kesal akan ikatan persahabatan mereka.
Seketika hawa di sekitar berubah menjadi mencekam seperti semua kehidupan yang ada, menjauh dari kematian.
"******Gluttoni******.!."
Dari rasa percaya diri sebelumnya mereka rasakan seketika berubah menjadi keputusasaan.
"Apakah kalian akan seperti itu di sana? ".
Senyum kecil dari gadis itu dengan melihat mereka yang terdiam membatu, karena sadar apa yang mereka hadapi sekarang.
"apakah ada harapan?.."
Keringat mengucur dari tubuh Beruc yang tidak dapat berbuat apa-apa kecuali diam membatu, rasa percaya diri yang berubah menjadi ketakutan.
Askhol memegang pundak Beruc yang membatu di depannya, berusaha menyadarkan dia, Beruc menoleh kebelakang melihat Askhol yang sedang menggenggam tangan Sasha, tubuh Sasha gemetaran karena ketakutan.
"Kita akan selalu bersama, apapun yang terjadi.(!)." ucap Askhol dengan senyuman.
"AKU PERCAYA!!"
Memejamkan matanya berusaha menenangkan dirinya, Beruc mengangkat pedangnya kembali dengan tatapan penuh keyakinan.
"KAU PIKIR KAMI AKAN MENYERAH DENGAN APA YANG KAMI YAKINI...!!?."
Teriakan Beruc membuat teman-temannya kembali tenang, Askhol tersenyum dan masih memegang tangan Sasha, Sasha perlahan mulai membaik karena kata-kata Beruc yang berusaha meyakinkan mereka.
"Aku baik-baik saja Askhol, terima kasih"
Tangan yang tadi gemetar dan hampir melepaskan senjatanya karena ketakutan, kembali menggenggam busurnya.
Mereka semua kembali percaya akan adanya cahaya dari kegelapan yang sangat pekat, tapi apakah kegelapan itu akan hancur dengan titik kecil yang mereka yakini ?..
Gadis itu tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan gigi taring yang dia miliki.
" IRI ini membuatku. kesal"
...****************...
Angin lembut di sore hari dengan sinar senja yang indah memasuki ruangan. suasana yang begitu nostalgia. Seorang gadis kecil duduk di meja makan mengayunkan kedua kakinya.
"Ini diaa~ kue yang sudah ku janjikan kemarin, apakah kamu suka?"
Wajah yang tertutupi cahaya senja, dengan senyum dan baju yang kotor dengan tepung sesudah membuat kue, wanita itu menyajikan kue untuk si gadis.
"Apakah enak?" tanya dia.
"Hehe.., kue yang dibuat kak Sasha selalu enak" jawab gadis kecil.
Memakan kue dengan senangnya, senyum gadis itu membuat Sasha merasa bahagia. Mereka yang hanya tinggal berdua saja di rumah, semenjak kedua orang tua mereka tiada, membuat Sasha yang masih berumur 15 tahun harus merawat adik kecilnya yang sangat dia sayangi.
"Apa besok aku bisa makan kue lagi?"
Dengan wajahnya yang polos dan mulut di penuhi dengan krim susu.
"Mungkin lain waktu."
"ehhh..., kenapa?"
"kerena kakak tidak mau kamu sakit gigi."
"lihat..., gigi ku kan bagus, jadi tidak apa-apa kan."
Dengan menunjukkan giginya, meyakinkan kakaknya bahwa dia bisa makan kue setiap hari. Melihat tingkah laku adiknya dia mengelus kepalanya
"Iya aku tau, tapi sebagai gantinya akan aku berikan hadiah nanti..OK.."
"apa kakak janji?"
"Yah.., aku janji"
"hehehe"
kue yang manis yang di buatnya membuat ikatan saudari itu menjadi damai, kasih sayang kakak selalu selalu di berikan membuat adiknya bahagia yang membuat senyum dan tawa di rumah itu.
......................
"Hey, bagun ini waktunya kita pulang."
Rex membangunkan seorang gadis yang sedang tertidur di meja karena kelelahan sehabis bekerja.
tidur dengan wajah yang berbantal pada kedua tangan, gadis itu bagun karena mendengar suara Rex yang membangunkan dia, wajah yang masih setengah sadar, memejamkan matanya.
"ah, mm..!?, sudah waktunya pulang." kata si gadis.
ketika terbangun dia langsung bersiap-siap untuk pulang, ketika keluar kedai ada Rex yang sedang berdiri menatap langit, gadis itu bertanya kepada Rex kenapa dia berdiri disitu dan hanya diam saja di situ.
"Oh.! Nasha, malam ini begitu tenang bukan."
"tapi udaranya terasa dingin, membuatku merasa aneh." saut Nasha.
Rex dan Nasha memiliki jalur yang sama menuju rumah, tapi desa mereka berdua berbeda. Dalam perjalan, Rex menanyakan hubungan dia dan kakanya, karena Rex tau hubungan mereka sedang tidak baik.
Nasha hanya diam tidak menjawab pertanyaan Rex, Rex melihat ekspresi wajahnya yang sedih karena pertanyaan.
"kau tau, di dalam keluarga pasti ada sedikit pertengkaran, aku tau Sasha memiliki suatu alasan."
"sebenarnya... aku hanya merasa sangat khawatir dengan kakakku, aku tidak ingin dia terluka."
nama dari kakanya Nasha adalah Sasha. Ketika Sasha menjadi seorang Hunter, Nasha selalu khawatir dengan kakaknya.
Nasha sangat mencintai kakaknya Sasha, sebagai satu-satunya keluarga yang dia miliki Nasha hanya ingin kakaknya baik-baik saja.
namun pada suatu hari di dalam rumah terjadi sebuah pertengkaran antara kakak beradik itu, karena Nasha ingin kakaknya berhenti menjadi Hunter dan bekerja bersamanya di kedai.
Sasha menolak permintaan adiknya itu dan meminta adiknya untuk tidak khawatir pada dirinya yang menjadi Hunter. Sasha ingin membuktikan pada adiknya bahwa dia bisa menjadi Hunter yang hebat seperti ayah mereka dulu.
Nasha sempat berteriak soal kematian ayah mereka dan itu membuat Sasha marah sehingga memukul adiknya itu, dan pada akhirnya hari-hari yang mereka lewati hanya diam tanpa sebuah kata.
Dalam hatinya, Nasha hanya ingin kakaknya selalu berada disisinya, dia tidak menginginkan apa-apa kecuali tertawa dan bahagia bersama seperti dahulu, walaupun hanya ada mereka berdua di meja makan.
mereka berdua berbicara satu sama lain dan dengan sedikit nasehat dari Rex, Nasha menyadari kesalahannya dan ingin cepat meminta maaf pada kakanya.
"dia satu-satunya keluarga yang kau miliki sekarang, kau harus menghargai keputusannya dan mungkin untukmu juga dia melakukannya"
Rex juga memberi tau Nasha kalau dia harus cepat berbaikan, karena semua waktu yang mereka habiskan bersama tidak menjadi penyesalan yang ingin dia ubah.
karena masa lalu yang indah akan menjadi hal yang selalu merindukan dan masa lalu yang buruk akan menjadi sebuah penyesalan.
tanpa mereka sadari jalan yang mereka lewati kini bercabang, sebelum mereka berdua berpisah Nasha berterima kasih pada Rex atas apa nasehat yang sempat dia katakan.
"ku rasa kedua kakak beradik itu akan segera berbaikan." sambil tersenyum kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments