berlari di jalan yang cukup ramai di sebuah pasar, seperti orang yang sedang di kejar sesuatu.
Aduh... aku telat lagi !, pasti xepul akan marah. pikirnya.
seorang pemuda yang bernama Rex bekerja di sebuah kedai kecil di kota yang bernama xescopa, pekerjaan yang cukup mudah untuk beberapa orang.
cling cling
Membuka pintu
berjalan memasuki kedai.
"Ckckck, kesiangan lagi kau" ucap rekan kerjanya yang sedang memegang sapu.
"Maaf Pul.., tadi ada sesuatu yang harus dilakukan hehe.." balas Rex sambil memegang kepala dan tersenyum.
"Adehh.., kau ini ya memang selalu saja seenaknya" ucap rekanya yang bernama Xepul
Rex meninggalkan temannya itu dan langsung pergi ke belakang, sebelum pintu belakang tertutup Rex melihat potongan rambut xepul dan berkata,
"potongan rambutmu hari ini kelihatan bagus pul!"
xepul yang mendengar Rex berkata seperti itu, memegang erat sapu yang dia pegang sambil mengeluarkan ekspresi yang kesal.
"potongan rambutku memang selalu seperti ini !!", menggerutu.
kedai ramai seperti biasanya di malam hari, kala itu Rex melihat ada seorang dua pria yang sedang bertengkar dan menghampiri mereka, karena Rex tidak mau ada keributan di tempat ia bekerja. Rex lalu menyuruh mereka untuk menyelesaikan nya diluar
"Maaf tuan-tuan bisa kalian selesaikan diluar kedai, karena menggangu yang lain" ucap Rex kepada kedua pria tersebut.
"Pergi kau!, ini bukan urusanmu, atau kuhajar kau" Dengan marah ucap salah satu pria.
Rex memegang pundaknya dari belakang lalu menekan skapula pria itu, pria itu merasa kesakitan.
"AAARRGGHh..."
Rex menarik pria itu keluar dari kedai.
"Jika kau ingin membuat pertengkaran lakukan ditempat lain" ucap Rex kepada pria itu dengan sinis.
Pria itu menatap Rex dengan kesal, lalu meninggalkan tempat tersebut. Rex kembali masuk dan menegur pria yang satunya lagi, dan yang ternyata itu temannya Rex.
"Kau lagii..!?" ucap Rex sambil menepuk kening.
"Kau tau ini bukan kesalahan ku karena.." pria yang bernama Nick menjelaskan namun dipotong oleh Rex.
"Karena wanita ini tertarik padaku. Dan bla bla bla, terserah kau ingin bilang apa Nick tapi kumohon jangan buat kegaduhan disini" Rex yang cukup jengkel dengan Nick.
"Yahh kau tau semua yang terjadi bukan kemauan ku tapi itu semua takdir yang telah mempertemukan aku dan dia", ucap pelan Nick sambil tersenyum pada wanita yang duduk bersamanya.
Mendengar kata takdir Rex merasa kurang nyaman karena mengingatkan dia akan suatu hal, kemudian Rex meninggalkan pria tersebut bersama wanitanya sambil menghela nafas.
Jam kerja berakhir, Rex dalam perjalanan menuju rumah. jalan yang cukup sepi Rex lewati dengan ditemani cahaya lampu yang redup di sepanjang jalan.
Rex dari kejauhan melihat seseorang di pinggir tebing, tapi Rex tidak peduli lalu melanjutkan perjalanan menuju ke rumah, tapi tiba-tiba telinga Rex berdengung dan mengalami thunderclap. kala itu Rex melihat suatu ingatan yang pernah dia alami.
Kegelapan yang sangat pekat menyelimuti Rex kecil, kala itu entah apa yang ada di balik pintu itu, suara teriakan, suara tangisan, suara minta tolong. Tapi Rex kecil hanya bisa diam dalam ruangan gelap itu.
" Kenapa, kenapa, kenapa..." nada Rex terdengar sedih dan kecewa.
Setelah itu sakit kepala Rex menghilang, dan Rex ingat apa yang dikatakan Nick di kedai.
("bukan kemauan ku tapi itu semua TAKDIR")
"Apakah takdir yang kudapat akan selalu buruk." isi pikiran Rex
Tiba-tiba Rex merasakan hembusan angin lembut yang sangat nyaman, angin yang membuat perasaan Rex menjadi damai sampai dia menutup matanya karena sangat nyaman.
Tolong dia..!
suara halus itu terdengar cukup jelas, Rex yang mendengar itu langsung membuka mata dan melihat sekitarnya.
Rex merasa heran dan bingung dengan suara yang dia dengar, entah darimana asal suara itu yang datang dengan didampingi hembusan angin lembut.
"Apa yang kau maksud, aku sungguh tidak mengerti?." Rex membalas suara yang dia dengar
"Lagi pula siapa yang harus aku tolong?." Rex membalas lagi dengan nada yang sedikit kencang
"Di sana.." suara terdengar lagi oleh Rex
Cahaya tiba-tiba muncul entah darimana, berputar di atas Rex. Mencoba menuntun Rex.
"Apakah aku harus mengikuti mu?." tanya Rex
Cahaya itu pergi kejalan yang sebelumnya Rex lewati, dimana dia melihat seseorang sedang berdiri di pinggir tebing.
Rex mengikutinya sampai dimana cahaya itu menghilang dengan sendirinya, tampa Rex sadari orang yang tadi dia lihat adalah seorang gadis dan sedang berdiri di pinggir tebing.
"Apakah gadis ini yang harus aku selamatkan?, tapi benar, sepertinya dia sedang kacau" pikir Rex.
Melihat gadis itu melamun saja di pinggir tebing, Rex menghampiri gadis itu dengan pelan-pelan, dari dekat dia melihat bagian belakan gadis itu. cahaya bulan yang terang memperlihatkan pemandangan yang cukup indah dengan di dampingi angin yang pelan, Rex lalu menegurnya.
"Apakah kamu ingin melompat dari sana?" kata Rex pada gadis itu.
"..........." gadis itu menoleh dan hanya diam.
"Kamu tau mungkin aku terlalu berfikir serius tentang itu, tapi asal kamu tau, cukup indah bukan pemandangan dari sini" ucap Rex untuk menghibur dan duduk bersandar di bawah pohon
"......, apakah kamu tau tentang TAKDIR ?" kalimat pertama yang keluar dari gadis itu.
"Jika kamu menanyaiku apa itu takdir, bagiku itu..." (Rex).
"KEPASTIAN" potong gadis itu.
"hmm.., mungkin bisa, Lalu apa yang sedang kamu lakukan malam hari di pinggir tebing ini ?" tanya Rex lagi.
"............."
gadis itu kembali diam, dan sambil terus melihat kearah kota dari tebing itu. Rex menghampiri sebuah pohon dan duduk di bawahnya dan terus menunggu gadis itu, berjaga ketika gadis itu melakukan sesuatu yang berbahaya maka Rex bisa langsung menolongnya.
suasana mulai canggung dan Rex merasa tidak nyaman dengan suasana saat itu, dan Rex menawarkan ke gadis itu untuk pulang.
"Kalau begitu mau aku antar kau pulang ?" tanya Rex sambil menggaruk kepala.
"tidak ada tempat untukku pulang.."
" ..!!.. "
"aku hanya ingin mengakhiri semuanya, karena tidak ada lagi yang bisa aku perbuat" kata gadis dengan nada datar.
"Apa kau pikir semua masalah dapat berakhir jika seseorang menghilang?, tentu tidak. karena itu, kamu harus tetap hidup, walaupun penderitaan yang kau dapatkan, tapi suatu hari nanti ada seseorang yang dapat memberikan dirimu, kebahagiaan" ucap Rex yang duduk di bawah pohon.
"Siapa orangnya?.." tanya gadis itu.
"Jika kamu menanyakan itu, aku sendiri tidak memilikinya. Karena itu mari kita cari bersama" jawab Rex atas pertanyaan gadis itu.
".........." gadis itu diam dengan jawaban Rex.
"Jika tidak ada yang ingin kamu lakukan, di sana berbahaya. Ikut dengan ku?" ajak Rex
sambil berdiri dan mengulurkan tangannya.
Sang gadis merasa ragu untuk menerima ajakan Rex, tapi alasan dia di sana bukan untuk mengakhiri hidupnya, melainkan kerena mimpi yang dia dapat pada malam itu "pergilah ke sisi tebing dan jika kau bertemu seseorang ikuti dia, karena dia akan menunjukkan kebenaran pada dirimu." apakah orang ini yang dikatakan dalam mimpinya itu, orang yang akan menunjukan kebenaran yang sedang dia cari.
"Baiklah.." kata sang gadis menerima ajakan Rex.
"Rexma Guwa, itu namaku tapi kamu bisa panggil aku Rex", ucap Rex sambil mengulurkan tangan.
"Namaku Valia, hanya itu" kata Valia.
merekapun berjabat tangan, dan itulah pertemuan yang bisa disebut TAKDIR, atau, jalur dari semua masalah yang akan mereka lalui bersama, dalam pencarian kebahagiaan mereka berdua, di sebuah benua yang sangat luas.
...****************...
Disiang hari disebuah desa yang kecil pinggiran kota, seorang gadis kecil sedang bermain, dengan bonekanya di depan rumahnya. Pada saat asik bermain, datang segerombolan anak yang dengan sengaja melempari dia dengan sisa makanan yang mereka punya, entah apa tujuan mereka dan membuat gadis itu terkejut.
"Ehh..?" reaksi gadis itu.
"Seperti biasa bermain sendiri" kata salah satu anak.
"Siapa yang mau berteman dengan gadis berambut perak, mungkin dia akan memakan temannya, benarkan Beck" kata salah satu gadis di gerombolan itu.
"Sungguh aneh kenapa ayahku membiarkan kamu berada di desa ini" kata Beck anak kepala desa di sana.
Tampa basa-basi Beck menghampiri gadis itu lalu mengambil boneka si gadis dan melemparkan ke genangan air. Sang gadis hanya diam atas perbuatan segerombolan anak itu, tampa membalas perlakuan mereka pada dirinya. Anak-anak yang nampak senang itu lalu tertawa atas perbuatan mereka, kepada sang gadis itu.
Valia yang sedang melakukan pekerjaan rumah mendengar suara anak-anak yang tertawa cukup kencang, Valia yang penasaran melihat keluar, dan dia terkejut, pada apa yang sedang anak-anak itu lakukan.
"Apa yang kalian lakukan pada Aine..?" bela Valia pada gadis itu, yang tenyata bermana Aine
Anak-anak itu lari sambil tertawa, tanpa merasa bersalah dengan apa yang mereka perbuat pada Aine.
Valia merasa khawatir pada Aine karena telah dirundung anak-anak tadi, melihat baju Aine yang kotor dan juga bonekanya berada di genangan air, Valia langsung memeluk Aine karena merasa kasihan.
"Apa kamu terluka?" tanya Valia pada Aine.
"Hmm..." balas Aine sambil menggelengkan kepala.
"Syukurlah kalau begitu, aku akan beritahu kejadian ini pada ayah ibu dan juga kakakmu" tutur Valia.
Valia membersihkan sisa makan yang menempel pada Aine dan mengambil boneka Aine yang kotor di dalam genangan air, lalu Aine tiba-tiba memegang tangan Valia, Valia yang terkejut melihat wajah Aine yang khawatir saat itu.
"Jangan beri tahu kakak..~" ucap Aine dengan nada yang cukup pelan.
"Apakah kamu tidak ingin kakakmu khawatir tentang ini?, (sungguh gadis yang baik)" sambil tersenyum lembut pada Aine.
"Ka..karena kakak pasti tidak ma..mau membantu warga desa" ucap Aine pelan dengan terbata-bata.
"Baiklah kalau itu mau Aine, aku tidak akan memberi tahu kak Rex" balas Valia sambil mengusap kepala Aine.
"kakak berjanji?" kata Aine sambil mengangkat jari kelingking.
"Ya aku berjanji" Valia membalas Aine dengan jari kelingking.
Malam datang, semua anggota keluarga Rex berkumpul termasuk Valia yang sudah seminggu tinggal di rumah itu.
Ayah yang sehabis berburu di hutan bersama kelompok pemburu desa berhasil mendapatkan rusa valio dewasa, rusa valio adalah rusa yang dikategorikan monster kelas 2 karena memiliki ukuran 2 meter dengan dilengkapi taring seperti predator, tapi mereka hanya memakan buah-buahan dan jamur di hutan.
"Hari ini anda mendapatkan tangkapan yang bagus tuan Pedric" puji Valia kepada sang ayah.
"Hehe.., itu hanya kebetulan, kami menemukanya disaat sedang terluka. Mungkin karena perebutan wilayah, dan juga sudah kubilang jangan formal, kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini" saut Pedric pada Valia.
"Benar kata suamiku, kamu sudah jadi keluarga kami jadi jangan formal, kami juga merasa terkejut ketika Rex membawa gadis cantik ke rumah. Dan mengijinkan mu tinggal bersama kami, aku pikir Rex melakukan sesuatu yang buruk padamu tapi setelah mendengar kondisimu kami dengan senang hati menerima mu disini" kata ibu yang bernama Wilma.
"Aku juga sangat berterima kasih, karena sudah mengijinkan aku tinggal disini dan pasti aku akan membantumu dalam perkejaan rumah nyonya Wilma" kata Valia sambil menundukkan kepalanya.
"Kamu masih saja formal.." saut ibu sambil tersenyum.
Suasana rumah yang begitu hangat, tawa memenuhi ruangan. Mata Aine tertuju pada Valia, dan Valia menyadarinya lalu mengedipkan sebelah matanya tanda dia tidak akan menceritakan apa yang terjadi siang tadi, lalu Aine tersenyum dan melanjutkan makannya, Rex yang menyadari, hanya melihat dari bangkunya dan penasaran akan sesuatu.
"Ayah., apa ayah yakin rusa itu terluka karena perebutan wilayah dengan rusa lain?" tanya Rex pada ayahnya
"Yah aku cukup yakin kerena ada memar di kepalanya, apakah ada yang salah?" tutur sang ayah ke Rex.
"Tidak ada, aku hanya sedikit penasaran saja" balas Rex.
karena tidak mungkin Valio besar itu kalah dengan mudah begitu saja, karena jika hewan itu kalah dalam pertarungannya, saat merebut atau mempertahankan wilayah, luka yang dia dapatkan pasti luka robek atau tanduk mereka patah.
karena tidak ingin membuat ayahnya khawatir Rex tidak memberitahu hal itu, dan siapa orang yang mampu membuat memar di kepala Valio itu sehingga dapat dengan mudah dikalahkan
Dalam satu kota terdapat serikat yang didalamnya banyak sekali orang-orang, mereka menyebut diri mereka sebagai Hunter. Terdapat peringkat yang dapat membedakan seberapa kuat dan hebatnya para Hunter tersebut dari pemula sampai yang terhebat diantara mereka, terdapat tujuh tingkatan, dimulai dari (Amber),(Lapis),(Opal),(Emerald),(Sapphire),(Ruby), dan (Diamond).
di hari yang sangat cerah ini ada kelompok party Hunter yang sedang mengerjakan quest serikat di dalam hutan, mereka mendapatkan quest untuk mencari bahan untuk obat-obatan.
mereka mencari kelinci bertanduk seperti pisau yang bernama Rabhorn untuk dijadikan bahan obat untuk para tabib di kota xescopa. jalan yang mereka lalui di dalam hutan yang lebat sungguh ramai dengan suara daun yang bernyanyi bersama angin.
belum lama mereka memasuki hutan, salah satu Hunter yang bernama Beruc melihat ada Valio dewasa di rute yang sedang mereka lewati.
"Bukankah kita baru memasuki hutan, belum sampai beberapa menit kenapa kita sudah bertemu Valio" kata salah satu kelompok Hunter yang bernama Sasha.
"Mungkin dia sedang mencari wilayah baru atau kalah dalam peraturan dengan Valio lain" kata Beruc.
"Tapi aku tidak melihat adanya luka di tubuhnya" saut Askhol seorang healer di party itu.
Merasa tidak ada yang perlu mereka khawatirkan dan terus melanjutkan perjalanan untuk mencari Rabhorn.
sampai di tepian sungai mereka menemukan berri yang memiliki rasa sangat manis, sungguh lebat buah-buah ini mereka bisa membuat kue untuk dimakan nanti.
"mmmm..... sangat maniss...., aku harap bisa mempunyai kebun berri milikku sendiri"
"kau bisa gendut Sasha, sulit untukmu jadi petualang yang hebat jika kau susah bergerak" ledek Beruc.
"hah..!, sungguh tidak sopan berkata gendut pada seorang wanita kau tau, dan kau juga berhenti berbicara sendiri dan melakukan gerakan aneh dengan pedang milikmu seakan berbicara dengan seorang gadis. apa kau normal?" balas Sasha ke Beruc.
wajahnya menjadi memerah karena perkataan Sasha, dia terlihat malu sekaligus malu dengan apa yang Sasha katakan.
"AKU SEDANG LATIHAN OPERA!, dan itu bukan gerakan aneh kau tau, semua memiliki arti dan itu adalah seni yang luar biasa", kata Beruc sambil memperlihatkan gerakan Opera.
Askhol tertawa atas sikap mereka berdua, layaknya kucing dan anjing selalu bertengkar setiap saat.
srek srek srek
ditengah keributan mereka terdengar suara dari dalam semak-semak, mereka langsung bersiap untuk sesuatu yang ada di balik semak itu.
srek.. srek..
seketika melompat dari semak, kelinci abu-abu yang memiliki mata biru dan tanduk coklat gelap seperti pisau.
Beruc yang melihat itu tersenyum dengan apa yang mereka jumpai itu, dan langsung memulai quest yang mereka terima, perburuan untuk mendapatkan tanduk Rabhorn.
satu demi satu Rabhorn keluar seperti menghampiri mereka, hari itu seperti hari keberuntungan mereka untuk berburu Rabhorn.
di saat sudah mendapatkan cukup banyak tanduk Rabhorn, mereka yang sudah merasa cukup lelah dan lapar, berniat untuk memasak daging Rabhorn yang mereka dapatkan daripada terbuang sia-sia.
"Kupikir akan cukup lama untuk kita mencari Rabhorn karena mereka cukup gesit dalam bergerak." kata Sasha sambil duduk di bawah pohon.
"Ya, jarang sekali kita bertemu beberapa Rabhorn dalam satu tempat. Apakah ini musim subur?." kata Beruc yang sedang menyalakan api.
"Bisa saja kau benar atau mereka sedang bersembunyi dari sesuatu!" kata Askhol yang sedang menguliti Rabhorn.
"Apakah kau ingin menakuti aku Askhol?, kurasa kau tidak berhasil." saut Sasha sambil mengangkat sebelah alisnya ke Askhol.
"Hahaha...., Sasha kita bukan lagi si penakut."
tawa Beruc lepas.
"AHHH.., kalian ini ya kenapa selalu meledekku." kata Sasha sambil berwajah asam.
Dalam suasana yang penuh canda dan tawa tiba-tiba mereka mendengar suara yang sangat keras dari dalam hutan yang membuat mereka terkejut.
darimana suara itu berasal(?), mereka yang merasa penasaran mencari sumber suara itu.
Mereka masuk ke dalam hutan dan tidak jauh dari tempat mereka, mereka melihat ada pria berbadan besar sedang berhadapan dengan Valio dewasa yang sangat besar, dengan menggunakan palu besar miliknya si pria itu menghantamkan palu tersebut ke kepala Valio dan langsung membuat rusa besar itu tersungkur ke tanah.
Melihat apa yang terjadi mereka hanya bisa tertegun melihat betapa kuatnya pria itu, hanya dengan sekali hantaman dia bisa membuat Valio dewasa itu langsung jatuh tak berdaya.
walaupun Valio dikategorikan monster level 2 bukan berarti mereka tidak berbahaya karena Valio memiliki karakter yang tenang jika tidak terganggu, tetapi sebaliknya jika mereka merasa terganggu mereka bisa sangat berbahaya bahkan Valio dewasa Alfa bisa disamakan dengan monster level 4 yang bisa membuat party Hunter level emerald pun kewalahan, tapi pria tersebut berhasil mengalahkan Valio dewasa itu dengan sangat mudahnya seperti melawan goblin.
Tampa mereka sadari ada seseorang dari kejauhan di atas pohon sedang mengawasi mereka.
"...Cukup membosankan bukan?.."
Hawa keberadaan tidak terasa oleh mereka, seseorang muncul di belakang mereka, yang membuat mereka terkejut bahkan Sasha melompat dan terjatuh keluar dari semak.
gadis berambut perak dan mata berwarna hijau tersenyum lebar disertai satu gigi taring panjang keluar dari mulutnya, entah kenapa dia bisa ada di belakang mereka tanpa suara sedikitpun.
"~siapa kamu!".
Beruc yang terkejut menodongkan pedang panjangnya kearah ke gadis itu, dan Askhol membantu Sasha untuk berdiri.
".. ehhhh.., kenapa kau mengarahkan pedang mu kepada seorang gadis kecil ini..~".
Mengangkat kedua tangannya sambil memasang wajah memelas, gadis itu menghempaskan Beruc beberapa meter.
"BERUUCCC..!"
Askhol dan Sasha merasa khawatir kepada Beruc yang terhempas jauh. Tampa mereka sadari pria besar berdiri di belakang mereka, bayangan pria itu menutupi mereka yang membuat mereka terkejut.
"..jangan bunuh mereka Phegor."
Dia tersenyum sambil menghampiri Beruc yang terhempas jauh, pria besar yang tadinya mengangkat palu miliknya untuk menyerang mereka berdua, perlahan menurunkan palunya.
Beruc sudah dalam posisi menyerang setelah di lempar jauh oleh gadis itu, bersiap untuk segala hal yang akan terjadi. Tetapi gadis itu hanya tersenyum ke arahnya seakan-akan merendahkan Beruc.
"..krek..krek..tak."
Valio besar itu melarikan diri. Tanah disekitar bergetar, Phegor menghentakkan tanah dengan kedua kakinya, bertingkah seperti anak kecil yang baru saja kehilangan mainannya.
"Hooo..ho..hooo...~"
Melihat Valio yang sudah dia lumpuhkan itu melarikan diri, dengan tatapan sedih dan hanya bisa pasrah karena tidak menyadari bahwa Valio itu belum mati.
"PHEGOR!. bisakah kau berhenti!!"
Kata-kata dari gading kecil itu membuat Phegor berhenti merengek, seakan dia mematuhi apa yang di katakan si gadis.
"**DAZZLING** "
ada cahaya yang sangat menyilaukan, yang membuat Phegor kehilangan pandangan untuk sementara. Sihir cahaya yang dikeluarkan Askhol berhasil membuat mereka menjauh dari pria berbadan besar itu dan berkumpul dengan Beruc untuk bersiap untuk bertarung bersama.
"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Ashok.
"..yah. kurasa aku masih kuat untuk yang selanjutnya." jawab Beruc.
Kaki bergetar seakan telah terkena serangan mematikan. "Kenapa kakiku gemetar? ", tidak ingin teman-temannya khawatir, dia berusaha melawan ketakutannya itu, walaupun dia tau seberapa bahayanya situasi yang mereka hadapi sekarang.
Dalam situasi itu mereka berusaha menyemangati satu sama lain agar dapat keluar dari situasi sekarang.
"Kita pasti bisa melakukannya teman-teman"
Askhol yakin bahwa mereka pasti bisa menghadapi gadis dan pria besar itu atau setidaknya kabur dari mereka berdua, supaya mereka bisa kembali pulang.
Beruc yang perlahan mulai pulih dari rasa paniknya melihat satu sama lain, tersenyum dalam kepercayaan mereka berdua yang membuat mereka lupa akan ketakutan.
Mata yang memancarkan rasa cemburu dari gadis itu, akan rasa percaya diri dari ke tiga Hunter itu.
"sangat menjengkelkan". gumam gadis itu.
Kegelapan menyelimuti gadis itu, rasa iri yang dia rasakan membuat dia merasa sangat kesal akan ikatan persahabatan mereka.
Seketika hawa di sekitar berubah menjadi mencekam seperti semua kehidupan yang ada, menjauh dari kematian.
"******Gluttoni******.!."
Dari rasa percaya diri sebelumnya mereka rasakan seketika berubah menjadi keputusasaan.
"Apakah kalian akan seperti itu di sana? ".
Senyum kecil dari gadis itu dengan melihat mereka yang terdiam membatu, karena sadar apa yang mereka hadapi sekarang.
"apakah ada harapan?.."
Keringat mengucur dari tubuh Beruc yang tidak dapat berbuat apa-apa kecuali diam membatu, rasa percaya diri yang berubah menjadi ketakutan.
Askhol memegang pundak Beruc yang membatu di depannya, berusaha menyadarkan dia, Beruc menoleh kebelakang melihat Askhol yang sedang menggenggam tangan Sasha, tubuh Sasha gemetaran karena ketakutan.
"Kita akan selalu bersama, apapun yang terjadi.(!)." ucap Askhol dengan senyuman.
"AKU PERCAYA!!"
Memejamkan matanya berusaha menenangkan dirinya, Beruc mengangkat pedangnya kembali dengan tatapan penuh keyakinan.
"KAU PIKIR KAMI AKAN MENYERAH DENGAN APA YANG KAMI YAKINI...!!?."
Teriakan Beruc membuat teman-temannya kembali tenang, Askhol tersenyum dan masih memegang tangan Sasha, Sasha perlahan mulai membaik karena kata-kata Beruc yang berusaha meyakinkan mereka.
"Aku baik-baik saja Askhol, terima kasih"
Tangan yang tadi gemetar dan hampir melepaskan senjatanya karena ketakutan, kembali menggenggam busurnya.
Mereka semua kembali percaya akan adanya cahaya dari kegelapan yang sangat pekat, tapi apakah kegelapan itu akan hancur dengan titik kecil yang mereka yakini ?..
Gadis itu tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan gigi taring yang dia miliki.
" IRI ini membuatku. kesal"
...****************...
Angin lembut di sore hari dengan sinar senja yang indah memasuki ruangan. suasana yang begitu nostalgia. Seorang gadis kecil duduk di meja makan mengayunkan kedua kakinya.
"Ini diaa~ kue yang sudah ku janjikan kemarin, apakah kamu suka?"
Wajah yang tertutupi cahaya senja, dengan senyum dan baju yang kotor dengan tepung sesudah membuat kue, wanita itu menyajikan kue untuk si gadis.
"Apakah enak?" tanya dia.
"Hehe.., kue yang dibuat kak Sasha selalu enak" jawab gadis kecil.
Memakan kue dengan senangnya, senyum gadis itu membuat Sasha merasa bahagia. Mereka yang hanya tinggal berdua saja di rumah, semenjak kedua orang tua mereka tiada, membuat Sasha yang masih berumur 15 tahun harus merawat adik kecilnya yang sangat dia sayangi.
"Apa besok aku bisa makan kue lagi?"
Dengan wajahnya yang polos dan mulut di penuhi dengan krim susu.
"Mungkin lain waktu."
"ehhh..., kenapa?"
"kerena kakak tidak mau kamu sakit gigi."
"lihat..., gigi ku kan bagus, jadi tidak apa-apa kan."
Dengan menunjukkan giginya, meyakinkan kakaknya bahwa dia bisa makan kue setiap hari. Melihat tingkah laku adiknya dia mengelus kepalanya
"Iya aku tau, tapi sebagai gantinya akan aku berikan hadiah nanti..OK.."
"apa kakak janji?"
"Yah.., aku janji"
"hehehe"
kue yang manis yang di buatnya membuat ikatan saudari itu menjadi damai, kasih sayang kakak selalu selalu di berikan membuat adiknya bahagia yang membuat senyum dan tawa di rumah itu.
......................
"Hey, bagun ini waktunya kita pulang."
Rex membangunkan seorang gadis yang sedang tertidur di meja karena kelelahan sehabis bekerja.
tidur dengan wajah yang berbantal pada kedua tangan, gadis itu bagun karena mendengar suara Rex yang membangunkan dia, wajah yang masih setengah sadar, memejamkan matanya.
"ah, mm..!?, sudah waktunya pulang." kata si gadis.
ketika terbangun dia langsung bersiap-siap untuk pulang, ketika keluar kedai ada Rex yang sedang berdiri menatap langit, gadis itu bertanya kepada Rex kenapa dia berdiri disitu dan hanya diam saja di situ.
"Oh.! Nasha, malam ini begitu tenang bukan."
"tapi udaranya terasa dingin, membuatku merasa aneh." saut Nasha.
Rex dan Nasha memiliki jalur yang sama menuju rumah, tapi desa mereka berdua berbeda. Dalam perjalan, Rex menanyakan hubungan dia dan kakanya, karena Rex tau hubungan mereka sedang tidak baik.
Nasha hanya diam tidak menjawab pertanyaan Rex, Rex melihat ekspresi wajahnya yang sedih karena pertanyaan.
"kau tau, di dalam keluarga pasti ada sedikit pertengkaran, aku tau Sasha memiliki suatu alasan."
"sebenarnya... aku hanya merasa sangat khawatir dengan kakakku, aku tidak ingin dia terluka."
nama dari kakanya Nasha adalah Sasha. Ketika Sasha menjadi seorang Hunter, Nasha selalu khawatir dengan kakaknya.
Nasha sangat mencintai kakaknya Sasha, sebagai satu-satunya keluarga yang dia miliki Nasha hanya ingin kakaknya baik-baik saja.
namun pada suatu hari di dalam rumah terjadi sebuah pertengkaran antara kakak beradik itu, karena Nasha ingin kakaknya berhenti menjadi Hunter dan bekerja bersamanya di kedai.
Sasha menolak permintaan adiknya itu dan meminta adiknya untuk tidak khawatir pada dirinya yang menjadi Hunter. Sasha ingin membuktikan pada adiknya bahwa dia bisa menjadi Hunter yang hebat seperti ayah mereka dulu.
Nasha sempat berteriak soal kematian ayah mereka dan itu membuat Sasha marah sehingga memukul adiknya itu, dan pada akhirnya hari-hari yang mereka lewati hanya diam tanpa sebuah kata.
Dalam hatinya, Nasha hanya ingin kakaknya selalu berada disisinya, dia tidak menginginkan apa-apa kecuali tertawa dan bahagia bersama seperti dahulu, walaupun hanya ada mereka berdua di meja makan.
mereka berdua berbicara satu sama lain dan dengan sedikit nasehat dari Rex, Nasha menyadari kesalahannya dan ingin cepat meminta maaf pada kakanya.
"dia satu-satunya keluarga yang kau miliki sekarang, kau harus menghargai keputusannya dan mungkin untukmu juga dia melakukannya"
Rex juga memberi tau Nasha kalau dia harus cepat berbaikan, karena semua waktu yang mereka habiskan bersama tidak menjadi penyesalan yang ingin dia ubah.
karena masa lalu yang indah akan menjadi hal yang selalu merindukan dan masa lalu yang buruk akan menjadi sebuah penyesalan.
tanpa mereka sadari jalan yang mereka lewati kini bercabang, sebelum mereka berdua berpisah Nasha berterima kasih pada Rex atas apa nasehat yang sempat dia katakan.
"ku rasa kedua kakak beradik itu akan segera berbaikan." sambil tersenyum kecil.
Rex sudah sampai dirumahnya melihat banyak makanan di meja makan, dia merasa sedikit terkejut karena jarang para pemburu di desa mendapatkan tangkapan yang besar seperti itu.
"ehh.. bukankah ini adalah keberuntungan yang luar biasa", kata Rex sambil menarik kursi dan duduk di meja makan.
"hehehehe.., ini semua mungkin berkah dari Dewi hutan dengan memberikan kita Valio dewasa yang sangat besar"
Rex senang ayahnya tidak apa-apa setelah dia tau mereka menangkap Valio dewasa yang besar.
dalam obrolan mereka ketika makan malam, Pedric menjelaskan bagaimana dia dan yang lain mendapat tangkapan yang begitu besar saat itu, tapi Rex merasa ada suatu hal yang aneh dari cerita ayahnya itu.
ketika mereka sedang makan, mereka mendengar suara yang begitu keras, seperti ada yang menghantam tanah.
DOOMM...
suara itu berasal dari luar itu membuat mereka sangat terkejut.
"Suara apa itu !".
Wilma merasa sangat takut dan langsung memeluk Aine, Pedric mencoba menenangkan istrinya yang merasa ketakutan.
"aku dan Rex akan keluar untuk melihat apa yang terjadi, kalian tunggu disini sebentar", kata Pedric.
Rex merasakan sesuatu yang aneh, dia merasakan ada kekuatan yang cukup kuat di luar sana, berharap bukan sesuatu yang bisa mengancam keluarganya.
mereka berdua mengambil pedang yang ada di samping lemari, dengan itu mereka langsung menuju pintu keluar.
sebelum keluar Rex meminta tolong Valia untuk menjaga ibunya dan Aine, dan ketika sesuatu menjadi buruk mereka bertiga harus lari dari sini.
"aku akan selalu bersama mereka, kalian juga harus menjaga diri kalian jika itu berbahaya", saut Valia.
"terimakasih..", kata Rex sebelum dia membuka pintu dan keluar.
mereka berdua berlari ke arah tengah desa untuk apa yang sebenarnya terjadi, sesampainya di sana mereka melihat pria berbadan besar dengan membawa palu sedang menghancurkan salah satu rumah.
"Siapa kau?, kenapa kau melakukan itu?".
Menghiraukan pertanyaan dari salah satu warga desa, pria berbadan besar itu tanpa berkata apa-apa langsung menghantam pria itu dengan palu nya dan terpental jauh menghantam tembok dan pria itu seketika tewas.
melihat suaminya tewas, istri pria itu histeris dan berteriak karena melihat suaminya tewas dengan kondisi yang mengerikan.
"shii..shi shi shi.." (suara tawa kecil)
Dari jauh dan memperhatikan, sedang duduk di dahan pohon, seorang gadis tertawa kecil dengan apa yang dia lihat dari atas sana.
Dalam suasana yang panik, warga yang melihat kejadian itu berusaha menyelamatkan keluarga mereka dan sebagian pria yang ada di desa berkumpul untuk mencoba melawan orang itu.
ada seorang pemuda yang menghampiri Rex yang baru sampai di tempat itu, meminta bantuan kepada Rex untuk menghadapi pria itu. Rex merasa pria itu cukup berbahaya, dia dan sang ayah mengeluarkan pedang yang mereka miliki bersiap untuk bertarung.
Rex mencoba berbicara dengan pria tersebut, seperti tidak mengerti apa yang Rex katakan dan tidak ada satupun kata yang keluar darinya.
"........"
dengan mendadak dari belakang seseorang menyerang pria itu dengan tebasan pedang, tapi pria besar itu hanya diam tampa melawan.
semua pria yang ada di sana mencoba menyerang pria besar itu, tidak ada luka sedikitpun pada tubuh pria itu yang dari tadi menerima begitu banyak sekali tebasan. Para orang desa yang dari tadi menyerang dia merasa heran kenapa tubuh pria itu begitu keras seperti besi.
Tiba-tiba pria besar itu meraung mengeluarkan energi yang langsung saja menghempaskan sebagian orang yang ada di sekitarnya.
"UAHHH....".
Rex menutupi wajahnya dari serpihan debu yang berterbangan akibat orang itu, pada saat itu Rex berfikir pasti dia memiliki titik lemah di tubuhnya yang keras itu, berjalan mendekati pria besar itu, menatapnya dengan sinis.
"Siapa dirimu?, apa yang kau inginkan disini?".
pria besar itu membalas pertanyaan Rex dengan serangan, dia mengayunkan palu ke arah Rex yang mungkin bisa saja membunuhnya jika terkena serangan itu.
"oguhh..?".
pria besar itu heran kenapa Rex tiba-tiba menghilang, dia melihat ke segala arah tapi tidak menemukan Rex, tiba-tiba Rex muncul dari belakang mencoba menebas lehernya, pedang yang Rex gunakan tidak dapat menebas leher pria itu dan yang terjadi malah pedang Rex yang patah karena saking keras kulitnya.
"seberapa keras tubuh pria ini ! ", pikir Rex.
Rex mulai merasa khawatir jika mereka tidak bisa mengalahkan pria tersebut orang-orang desa akan dalam bahaya.
mungkin sudah tidak ada pilihan lagi untuk Rex menggunakan "itu" sekarang, karena sudah tidak ada lagi senjata yang kuat atau orang kuat yang mampu menghadapinya selain diri dia sendiri.
karena Rex memiliki kekuatan yang dia sembunyikan dan hanya ada beberapa orang yang tau, karena kekutan itu memiliki aura yang sangat mengerikan.
Aura yang dikeluarkan Rex jika dia menggunakan kekuatan itu pasti akan membuat orang merasakan tekanan yang sangat kuat, hawa mengerikan yang mereka rasakan akan membuat tubuh mereka gemetar.
Rex jarang sekali menggunakan kekuatannya, dia tidak ingin terjadi kegaduhan sehingga membuat kerajaan menyadari dirinya.
sebab itu, jika dia menggunakan kekuatan itu akan membuat dia diawasi oleh kerajaan atau bisa juga di anggap sesuatu yang mengancam kerajaan.
atau jika ada orang yang mengetahui apa sebenarnya kekuatan itu, yang bahkan Rex sendiri tidak tau kenapa dia memilikinya, mungkin saja orang itu akan mengincar dirinya atau mengancam keselamatan keluarganya.
dalam situasi sekarang Rex melupakan semua kekhawatiran dirinya tentang hal itu, karena jika dia tidak menggunakannya, keluarga dan penduduk desa akan dalam bahaya.
"avasim glosya". (berbisik)
.
.
.
Rex memanggil sesuatu dan seketika seperti berpindah ke tempat lain, ada lumpur hitam menggenangi pijakan Rex, ada seseorang yang tertawa, suara itu menggema di setiap penjuru, seperti seseorang yang telah membantai ribuan atau bahkan jutaan orang.
sungguh arogan dan tampa belas kasih, perasaan aneh yang dirasakan Rex sungguh membingungkan
dan itu sungguh tidak nyaman tapi begitu nostalgia.
orang-orang yang ada di sana melihat aura ungu keluar dari tubuh Rex, pria besar itu memperhatikan Rex, apa yang dia lakukan, kenapa dia diam saja sambil menutup matanya.
tempat itu menjadi sangat sunyi, tidak ada suara sekecil apapun yang terdengar di sana, tiba-tiba lumpur hitam keluar dari bawah Rex menyelimuti seluruh tubuh, cahaya hijau menyala dari dada Rex saat itu, dan seketika lumpur itu menghilang.
tidak ada yang berubah di tubuh Rex, hanya mata yang tadi berwarna coklat berubah hijau menyala, orang desa yang ada di sana merasa sesak, hawa keberadaan yang sangat kuat yang membuat mereka gemetar.
"ada apa ini?, kenapa tubuhku gemetaran."
para penduduk kebingungan dan merasa kematian mendekat saat itu, Pedric yang sudah pernah merasakan hal yang sama sebelumnya dan dia merasa khawatir.
merasakan itu untuk kedua kalinya seperti apa yang para penduduk rasakan, rasa putus asa yang mereka rasakan menunjukan seberapa mengerikannya Rex saat itu, yang membuat mereka begitu tidak berdaya.
tangannya bergetar dan kakinya terangkat sedikit seperti ingin mundur, tanpa disadari pria besar itu juga merasakan hal yang sama tapi dia tidak peduli, meraung dengan begitu kencangnya agar rasa ketakutan itu hilang.
pria besar itu berlari ke arah Rex, menghantam Rex dengan palu besar miliknya, dia mengayunkan palu itu seperti ranting berkali-kali, debu berterbangan menutupi mereka.
tidak ada satupun serangan yang mengenai Rex, pria itu merasa heran dan seketika mundur beberapa langkah ke belakang. Rex hanya memandangi tingkah laku dia yang merasa kebingungan. Rex berjalan kearah pria itu.
"oguhh.." gumam pria besar.
bola hitam muncul, pria besar itu mengarahkan palu besar miliknya dan melemparkan bola hitam kearah Rex.
dengan tatapan sinis Rex tanpa menghiraukan serangan itu, Rex tetap berjalan, serangan pria itu mengenai Rex, area sekitar meleleh dan menguap seperti lahar panas.
"Gha gha gha gha."
pria besar itu tertawa, karena mengira betapa bodohnya Rex yang dengan sengaja mengenai serangannya, uap panas terus keluar tapi betapa terkejutnya dia melihat Rex terus berjalan dengan badan yang dipenuhi cairan hitam.
"apa yang kau keluarkan ini?, apa kau pikir aku akan kalah hanya dengan ini?." kata Rex
"GHAAAAAAAAAAAAA......."
meraung dengan sangat kerasnya, merasa di permainan, pria itu mengangkat palu miliknya dan mengeluarkan aura hitam yang membuat palu itu bertambah besar.
Serangan yang kuat siap untuk dikeluarkan, serangan yang memiliki daya hancur yang dahsyat akan mengakhiri pertarungan.
begitu besar palu milik pria itu sekarang, mungkin desa itu akan benar-benar hancur.
Pria itu mengarahkan serangan itu ke Rex.
*BUMMM*
getaran yang begitu kuat terasa seperti gempa bumi, puing batu dan debu berterbangan ke segala arah.
Pedric menutup matanya, berharap Rex tidak terluka dengan serangan itu. Debu yang tadi begitu tebal kini menipis, memperlihatkan hasil dari serangan tadi.
entah bagaimana bisa Rex duduk di pundak pria itu, dan untuk ke tiga kalinya Rex menghindari serang pria itu.
"kau menyerang siapa, huh?"
kemudian, dengan sekali pukulan, meninju wajah pria itu yang membuat dia terhuyung sebelum dia terjatuh.
Rex yang saat itu berdiri beberapa meter di depan, melihat dia yang terlentang di tanah sambil memegang wajahnya.
"cukup dengan kerusakan yang kau buat!, aku akan membuat dirimu bertanggung jawab atas semua kekacauan ini."
Rex mengeluarkan listrik di tangannya, yang membentuk sebuah pedang besar, mengarahkan serangan itu ke arah pria itu.
tapi tiba-tiba ada perisai es yang cukup tebal menutupi pria itu, kemudian.
"tidak akan ku maafkan dirimu, jika sampai membunuh adikku, Phegor (!)"
seorang gadis kecil tiba-tiba muncul entah darimana, siapa dia, kenapa hawa dia terasa lebih kuat dibandingkan pria besar itu.
pertanyaan yang muncul dalam benak Rex, membuat dia khawatir.
"siapa lagi kau ini?"
dengan wajah datar, Rex merasa heran kenapa seorang gadis kecil miliki aura yang kuat.
"tidak perlu ku beri tau, kerena kau akan aku.."
belum menyelesaikan kalimatnya, Rex yang secara tiba-tiba dengan cepat menyerang dia dengan beberapa bola petir.
tapi gadis itu di lindungi oleh Phegor, yang sudah memakai baju jirah, aliran listrik menjalar di tubuh Phegor yang terkena serangan Rex.
"kau boleh mengamuk sekarang PHEGORRR.....!"
kekuatan Phegor yang sekarang bertambah kuat, berbeda dari yang sebelumnya, dan entah darimana asal baju jirah miliknya.
Rex merasa heran dengan apa yang terjadi, kenapa dia tiba-tiba berubah dalam waktu yang singkat.
"Phegor'ku yang sekarang ini adalah salah satu dari tujuh kekacauan dosa...!, GARBODIX..., sang jendral dari semua GOLIAT"
anak dari sang dosa, IRI dan DENGKI "Leviat", sang penguasa dari hutan QHOLIAN, hutan dimana keinginan yang jahat di segel.
mendengar semua yang di katakan gadis itu, para penduduk yang mendengar, merasa sangat terkejut.
"kenapa Leviat?.., apa yang dia mau?.., dan apa yang kalian cari!?..,"
para penduduk kebingungan, apa yang di inginkan sang dosa (?), sampai menugaskan anak-anak'nya.
karena sang dosa, hanya akan mengirimkan bawahan yang tidak terlalu penting bagi dirinya, jika memerlukan sesuatu.
lalu apa yang sang dosa inginkan, sehingga dia harus menugaskan anak-anak'nya?..,
"jika dia GARBODIX !, apakah kau mungkin...",
tanya Pedric sebelum dia jatuh terduduk.
"ALTHEA, dan nama lainnya adalah...CTYCHINE si putri racun, sebutan kau di medan perang", saut Rex.
dengan tatapan dingin. Rex menghela napas, kemudian dia mengarahkan tinju'nya ke arah mereka berdua.
siapapun mereka, anak dosa, atau bahkan dosa itu sendiri, Rex tidak peduli. jika ada seseorang yang mengancam keluarganya, dia tidak akan membiarkan mereka melukai orang lain lebih ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!