CIVIX AURELLA

di belakang punggung sang anak dan melihat kepercayaannya saat itu, Pedric mulai pulih dari ketakutan.

Pedric mulai bangkit dengan kaki yang gemetar, merasa malu dengan kelemahan yang dia tunjukkan di depan anaknya itu, semangatnya mulai dia bangun kembali.

"aku tau kau kuat, tapi sebagai ayah, aku tidak akan membiarkan anakku bertarung sendiri."

sembari berbicara Pedric berdiri, melawan rasa takut yang dia rasakan saat itu, mengacungkan pedang ke langit, lalu berteriak..

" AKU PEDRIC, PEMBURU DI DESA INI, YANG AKAN SELALU MELINDUNGI WARGA DESA.., TIDAK AKAN AKU BIARKAN SESUATU MENGANCAM DESA INI.."

dengan wajah yang penuh semangat, Pedric mencoba meyakinkan semua rekan-rekannya yang saat itu merasa takut.

"apa dia sudah gila, sebaiknya kita berikan apa yang mereka mau."

"kita tidak akan bisa, walaupun bisa pun, mungkin sang dosa akan marah."

"jangan buat keluargaku dalam bahaya!"

gumam orang-orang itu membuat Pedric marah, tapi disaat itu Rex hanya tersenyum, lalu kemudian..

*BOOMMM*

tiba-tiba Rex menghantam Phegor.

pukulan Rex membuat dia terkejut, kenapa Rex bisa tiba-tiba ada di hadapan Phegor. walaupun tidak membuatnya terluka, Althea merasa heran dengan apa yang barusan dia lihat.

Althea sekarang benar-benar marah, dia memerintahkan Phegor untuk membunuhnya, bersama dengan orang-orang yang ada di belakang dia.

memegang erat palu miliknya, palu itu menyerap energi yang di keluarkan Phegor, ukuran palu itu membesar seperti sebelumnya bahkan terus membesar.

Phegor melompat ke arah mereka, mendaratkan palu miliknya yang sangat besar.

*DOAARR...*

palu itu menghantam perisai energi yang sempat Rex buat sebelum serangan Phegor mendarat, perisai hijau yang cukup besar, menutupi Rex dan juga para pemburu di belakangnya.

dengan kekutan yang besar, benturan itu menghasilkan gelombang yang begitu dahsyat, hingga membuat bangunan sekitar mengalami kerusakan yang cukup parah.

...****************...

di suatu tempat, dimana, wanita, anak-anak, dan orang tua bersembunyi, terjadi kepanikan akibat gelombang yang mereka rasakan, ruangan itu bergetar seperti terjadi gempa.

getaran itu membuat puing-puing atap berjatuhan, dalam ruangan terdengar suara tangis anak kecil, jerit dari seseorang, doa orang tua yang ketakutan, semua suara itu memenuhi ruangan itu.

di saat itu Wilma memeluk Aine yang merasa ketakutan, Valia mencoba melindungi mereka dari jatuhnya puing.

"apa yang mereka lawan di luar sana, sampai terjadi gempa bumi." tanya dari salah satu penduduk.

tapi pertanyaannya itu membuat Valia merasa khawatir, jika mereka sedang menghadapi sesuatu yang berbahaya di luar sana.

"apa kakak dan ayah baik-baik saja?.."

dengan nada yang sedih Aine bertanya ke Wilma, kemudian Wilma berusaha meyakinkan Aine yang merasa khawatir.

"bukankah kamu tau seberapa kuat mereka, mereka pasti akan baik-baik saja." jawab Wilma dengan lembut.

sambil menenangkan Aine, Wilma memeluk erat Aine, getaran itu berhenti, seperti pertarungan sudah selesai.

sebelum gempa itu terjadi, Valia merasakan kekuatan yang tidak asing, kekuatan dari seseorang yang dia kenal sebelumnya.

di saat merasakan itu, Valia terkejut, menoleh kebelakang, "apakah itu, kau guru..", seseorang yang dia kenal mungkin ada di sana.

Valia yang merasa penasaran, ingin melihat apakah benar kekuatan yang dia rasakan, berasal dari orang yang dia hormati, yaitu guru'nya.

"nyonya Wilma aku akan keluar sebentar untuk melihat mereka, kalian berdua tolong tunggu disini"

Wilma memegang tangan Valia yang ingin pergi, memberi tau Valia bahwa itu akan berbahaya jika dia keluar.

dengan wajah Wilma yang merasa khawatir padanya, Valia memegang tangannya juga dan berkata.

"terimakasih sudah mengkhawatirkan diriku, aku hanya ingin melihat apa yang terjadi di sana", tersenyum agar Wilma tenang.

Wilma melepas genggaman tangannya dan mengijinkannya untuk pergi keluar, Valia berterima kasih karena sudah mengijinkannya.Valia langsung berjalan menuju pintu keluar.

"aku akan segera kembali jadi tidak perlu khawatir!",

kata Valia sebelum dia keluar dari sana.

ketika dia keluar dari tempat itu Valia merasakan banyak sekali energi yang berterbangan di langit, dan juga hawa dari desa itu berubah.

Valia langsung berlari dengan tergesa-gesa, menuju tempat dimana Rex dan yang lain bertarung, karena dari sana, dia merasa kekuatan dari sang guru.

saat sudah hampir sampai, dari kejauhan dia melihat ada pria besar memakai armor hitam, menghantam perisai dengan palu besar miliknya, dan terjadi gelombang yang membuat dia terdorong jatuh kebelakang.

sambil menghalangi wajahnya dengan tangan, dari puing yang berterbangan. dia memperhatikan, perisai hijau yang mampu menahan kekuatan yang begitu besar.

siapa yang membuatnya, Valia merasa penasaran dengan itu, apakah guru'nya yang melindungi para pemburu desa (?).

...****************...

disisi lain Rex menahan serangan itu dengan sedikit kewalahan. ternyata benar, kekuatan yang dia miliki bertambah besar.

benturan itu tidak terlalu lama, Phegor langsung menjaga jarak, karena tidak bisa menembus perisai yang Rex miliki.

Althea terkejut, bagaimana bisa Phegor yang saat ini dalam mode bertempur, tidak bisa menembus perisai itu.

"SIAPA KAU INI..(?)", berteriak pada Rex.

Rex yang mendengar itu, hanya tersenyum melihat reaksi Althea.

"MASTER NATALIAAA...."

Dan saat itu terdengar teriakan orang lain, yang ternyata suara Valia yang memanggil nama seseorang dengan wajah yang sedih.

semuanya menoleh kearah Valia, yang saat itu duduk di tanah. Rex yang melihat Valia, terkejut "kenapa Valia disini (!)", pikir Rex heran.

tanpa mereka sadari serangan itu tidak berhenti sampai disitu, Phegor mulai berputar dan perlahan putaran itu semakin cepat, sehingga membuat sebuah pusaran angin yang besar.

Rex saat itu merasa serangan selanjutnya akan sangat berbahaya jika dia menahannya, lalu tiba-tiba.

***Gluttoni ***

muncul lumpur hitam, menutupi tanah tempat mereka berdiri dan melahap mereka yang sedang berada di dalam perisai

"apa !?"

Rex kebingungan, semuanya menjadi gelap bahkan tidak ada cahaya sedikitpun di sana.

memiringkan kepala, Althea menyeringai, gigi taring melengkapi senyum mengerikan miliknya, karena melihat kegelapan melahap mereka.

" HAHAHAHAHAHAHA.., lumpur itu akan menyerap energi milik kalian, tidak akan ada yang bisa kalian lakukan", tutur Althea.

Phegor yang sudah menyiapkan serangan sebelumnya, melemparkan palu kearah kubah hitam itu. di waktu yang sama muncul sebuah tombak.

tombak itu melesat dengan sangat cepat, kedua senjata itu saling bertabrakan dan membuat ledakan yang besar.

"APA!?"

Althea heran, dari mana asal tombak itu (?), dan dari kejauhan muncul sebuah cahaya.

"tidak akan ku biarkan, kalian melukai mereka !", itu adalah Valia.

ada lingkaran cahaya di belakangnya dan dengan mahkota di kepalanya, Valia berdiri dengan tegap dengan memegang sebuah tombak putih.

"aku tau energi ini, kau seorang civix dari AURELLA. servant dari Dewi pembalasan.., Nemesis."

mengerutkan keningnya, Althea, menatap Valia dengan penuh amarah, karena menggangu dirinya yang sedang melakukan serangan.

di saat itu Phegor langsung menerjang ke arah Valia.

"HOOOO....",

Phegor mengarahkan tinju'nya ke arah Valia, tapi, Valia menangkis tinju Phegor, yang membuat Phegor tersentak, tapi Phegor terus melakukan serangan bertubi-tubi, pukul demi pukulan, Valia menangkis serang Phegor.

"PHEGOR..!, BERHENTI..!"

Phegor menghiraukan kata-kata Althea, dia terus menyerang Valia, serangan demi serangan di tangkis oleh Valia, seketika Valia membuat sebuah ledakan energi yang membuat Phegor terhentak lagi. Phegor terseret beberapa meter ke belakang.

**RING BERRING**

Valia mengeluarkan gelang emas yang mengikat kedua tangan dan kaki Phegor, di saat bersamaan Valia menyerang Phegor dengan tombak, "judgment spear", serangan itu menembus perut Phegor sampai menembus kebelakang, muncul api putih membakar seluruh tubuh Phegor.

" WHOOOOOOOOOOO..."

Phegor merasa kesakitan, api putih yang panas itu terus berkobar, Valia mencabut tombak dari tubuh Phegor, lalu berkata.

"semoga api itu menghapus seluruh dosamu"

"PHEEEGOOOR.......!"

Althea berteriak memanggil nama adiknya, yang saat itu merasakan kesakitan. Rasa amarah melahap semuanya.

"aku tidak peduli lagi, kau sudah membuat adikku kesakitan, AKAN AKU HANCURKAN TEMPAT INIIII...."

suara Althea berubah menjadi menyeramkan, suaranya besar dan sedikit serak, suara itu seperti monster.

Althea mengeluarkan asap merah, asap itu membuat tumbuhan sekitar mati, cairan hitam keluar dari bawah yang membuat tanah mendidih, dari tubuhnya duri-duri yang keluar di pundaknya, wujudnya sekarang menjadi seperti reptil dengan satu tanduk timbul di keningnya.

Althea jarang sekali merubah wujudnya, tapi setiap dia merasa sangat marah dia akan menggunakan seluruh kekuatan yang dia miliki dan wujud itu menandakan bahwa Althea benar-benar serius sekarang.

Valia mulai waspada dengan energi yang di keluarkan Althea, pancaran aura yang Althea keluarkan sangat menyeramkan bagaimana keputusasaan.

** toxiq les expines**

Althea berbisik, keluar duri-duri besar dari tanah, duri itu menyebar ke setiap penjuru, menutupi semua pijakan area itu.

kubah hitam yang menutupi Rex dan yang lain terkena serangan Althea, tapi Valia sempat melompat untuk menghindari serangan dan ke atas salah satu rumah.

sebelum kubah itu menghilang, terdengar teriakan dari dalam kubah itu, kubah itu menghilang dan terlihat semua yang ada di dalam tertusuk duri.

pemandangan yang sungguh mengerikan, daging yang robek, darah yang bercucuran, duri-duri itu menembus tubuh mereka.

Valia yang melihat itu panik, dia melihat Rex dan Pedric tertusuk duri dan tidak sadarkan diri. dia tidak bisa langsung menolong mereka karena terhalang oleh duri-duri itu.

Valia mengingat apa yang sebelumnya dia dapatkan karena diperbolehkan dia tinggal bersama keluarga itu.

di saat dia kebingungan akan masalah yang dia hadapi, dia mendapatkan keluarga itu yang memberikan suatu kehangatan yang hampir membuat Valia melupakan masalahnya.

rasa terimakasih karena sudah menerimanya ke dalam keluarga mereka, berubah menjadi penyesalan, karena seandainya dia tidak menyembunyikan kekuatannya mereka tidak akan menjadi seperti sekarang.

Valia menutup matanya, "aku akan melindungi keluargamu Rex, demi Dewi Nemesis. aku akan membalas semua kehangatan yang kalian berikan".

Valia merasakan hal yang sama seperti dulu, tapi Valia yang sekarang berbeda, cinta dan kasih telah mati, pembalasan tumbuh di setiap kematian tapi yang dimiliki Valia berbeda, bukan dengan benci tapi dengan tanggung jawab!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!