Gadis Muda Untuk Pak Duda
Seorang perempuan memasuki gedung perusahaan dengan gugup. Jemarinya saling bertaut menandakan dirinya tengah grogi. Berulang kali dirinya menarik nafas lalu menghembuskannya. Namun, kegugupannya tak juga menghilang. Dirinya bahkan menggigit dalam bibir ranumnya berharap perasaan gugupnya lenyap.
Perempuan itu duduk di antara pelamar lainnya. Dirinya meneliti pakaiannya yang tak terlalu mahal sangat berbeda dengan yang lain. Dirinya menghela nafas lelah, insecure itulah yang dirinya rasakan. Matanya menatap sekitar dengan tatapan menilai. Perusahaan tempatnya melamar pekerjaan cukup besar, dirinya ragu akan diterima.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya giliran dirinya yang diinterview. Dengan perasaan cemas dirinya memasuki ruangan CEO, dia menghela nafas pelan sebelum akhirnya memasuki ruangan CEO. Jantungnya berdebar dengan kencang, dirinya benar-benar dilanda kegugupan yang besar.
Perempuan itu kini sudah berhadapan dengan CEO perusahaan tersebut. Dirinya meremas jemarinya, tatapan pria di hadapannya ini cukup menusuknya. Membuat perasaan gugupnya bertambah, dia menunduk sembari terus menghembuskan nafasnya pelan. Demi Tuhan, dia tak kuat berada satu ruangan dengan pria di hadapannya ini!
"Kamu lagi ngeliat duit jatuh di bawah?" cetus pria di hadapannya.
Mendengar itu dirinya menjadi gelagapan sendiri, dengan cepat dia mengangkat kepalanya. "Eee—eh, ma—maaf, Pak."
"Gagu?" Perempuan itu menelan salivanya dengan susah payah, ucapan pria di hadapannya menusuk gendang telinganya.
"Maaf, Pak. Saya cuman grogi," ulangnya.
"Hm."
Pria itu kembali terdiam, matanya tertuju pada lembaran-lembaran kertas yang dibawa oleh perempuan di hadapannya. Tatapannya cukup serius, dia bahkan mengeluarkan aura yang membuat perempuan di hadapannya semakin takut.
"Natalia Defana, lulusan Universitas Indonesia dengan nilai cumclaude. Ingin melamar menjadi Sekretaris, benar?" tuturnya dingin.
"Iya benar, Pak."
"Heem, baik. Pengalaman kerja kamu cukup bagus. Kenapa kamu resign dari tempat bekerja kamu dulu?"
"Gaji yang saya dapat tidak sesuai dengan pekerjaan saya, Pak. Maka dari itu saya memutuskan untuk mengajukan surat pengunduran diri."
"Baik, kamu diterima sebagai Sekretaris saya. Kamu bisa bekerja mulai besok."
Mendengar ucapan pria di hadapannya tentu membuat dirinya terkejut. Namun, tak dapat dipungkuri perasaannya dilanda kebahagiaan. Dirinya tersenyum dengan lebar sembari menatap pria di hadapannya dengan bahagia.
"Makasih, Pak! Makasih sudah menerima saya, saya janji akan bekerja semaksimal mungkin!" pekiknya tertahan.
"Heem, sama-sama."
***
Natalia Defana, seorang perempuan cantik dengan kesederhanaan yang dirinya miliki. Perempuan dengan senyum manis yang cukup memikat. Hidup sebatang kara di Ibukota Jakarta tak membuat dirinya kalah oleh kejamnya dunia. Dia terus berusaha dan berusaha agar hidupnya jauh lebih baik. Tinggal seorang diri di sebuah dusun yang jauh dari kata bersih tak membuatnya malu.
Nata sapaannya, perempuan berusia 27 tahun itu masih terlihat muda meski usianya sebentar lagi akan menginjak kepala tiga. Tubuhnya yang tak terlalu tinggi itu semakin membuat orang-orang tak percaya bahwa dirinya telah berusia 27 tahun. Sering kali orang-orang mengira dirinya berusia 20 tahun, entah Nata harus menganggapnya keberuntungan atau kutukan.
"Huft ... Syukur aku diterima," ujarnya senang.
Perempuan itu melangkah dengan santai menjauh dari DA Company, tempatnya bekerja nanti. Senyum kebahagiaan tak juga luntur dari wajahnya. Dirinya ingin orang-orang tahu bahwa dia tengah bahagia saat ini.
"Untuk ngerayain ini, kayaknya aku mau ngajak teman-teman makan deh," gumamnya sembari memakai helmnya.
Iya, perempuan itu mengendarai motor matic berwarna putih untuk berpergian. Jika, gadis lain memutuskan untuk menaiki mobil maka hal itu tak berlaku bagi Nata. Baginya kehematan adalah nomor satu, tak masalah dirinya harus menggunakan sepeda motor asal perutnya tetap mendapat asupan.
Lahir dengan kesederhanaan membuat dirinya terbiasa hidup sederhana. Tak peduli sebanyak apa pun nyinyiran yang dirinya dapat, baginya itu tidak penting. Dia hanya membutuhkan dirinya saja untuk kebahagiaannya. Hanya dirinya sendiri yang mampu menciptakan kebahagiaan itu.
"Huh ... Aku harus kabarin yang lain nanti xixi. Pasti mereka juga seneng. Ayo, Nata semangat! Demi keberlangsungan hidup kamu. Kamu pasti bisa!"
***
Darren Aryan Gautama, seorang CEO dari perusahaan DA Company. Perusahaan yang dulunya dipimpin oleh ayahnya, kini beralih ke tangannya. Mengingat dirinya adalah Anak satu-satunya, tentu saja semua aset akan jatuh di tangannya. Lahir di keluarga kaya sejak kecil membuar dirinya terbiasa hidup mewah, apa pun yang dirinya mau pasti akan dia dapatkan dengan mudah.
Darren merupakan seorang duda Anak satu. Istrinya telah berpulang ke rumah Tuhan sejak anaknya masih kecil. Sejak saat itulah dirinya harus hidup sebagai seorang duda. Darren selalu mencoba untuk menjadi sosok Ayah sekalgus Ibu untuk putrinya. Dirinya tak ingin jika sang Putri harus kekurangan kasih sayang.
Elena Gautama, nama wanita yang masih bertahta dengan indah di hati seorang Darren Aryan Gautama. Selama bertahun-tahun tak juga ada yang mampu menggantikan sosok Elena dalam hidupnya. Darren sangat mencintai Elena melebihi dirinya sendiri.
Dari pernikahannya dengan Elena, lahir seorang Putri bernama Cellyna Zxyoila Gautama. Perempuan cantik yang saat ini menginjak usia 24 tahun. Cellyn sapaannya, perempuan yang menjadi satu-satunya harta berharga seorang Darren. Dirinya sangat mirip dengan sosok Elena, sang Ibu. Parasnya, senyumnya, kebiasaannya, tingkahnya sama persis dengan sosok Elena.
Melihat Cellyn sering kali membuat Darren merasa itu adalah Elena. Elena yang tak akan pernah kembali, dia tahu itu. Cellyn sering kali membuat Darren rindu akan sosok Elena. Istrinya yang kini hanya bersisa raga tanpa Tuan.
Darren menghela nafas kasar kala kenangan pahit itu berputar dengan jelas di otaknya. Pria itu mengambil sebuah bingkai foto yang sengaja dia letakkan di meja kerjanya. Jemari kekarnya mengusap lembut foto tersebut dengan bibir yang dihiasi senyum sendu. Dia rindu sosok yang berada dalam foto tersebut.
"Aku kangen."
Runtuh sudah pertahanan seorang Darren Aryan Gautama saat satu tetes air mata membasahi pipinya. Dengan lembut dirinya menghapus jejak air mata itu, Darren memejamkan matanya erat. Menghilangkan perasaan pada cinta pertamanya tentu tak akan mudah. Jutaan bahkan milyaran purnama telah dirinya lewati, tetapi sosok Elena masih bertahta dengan indah di hatinya. Semua berubah seiring waktu, tetapi itu tak berlaku untuk rasa cintanya pada sosok Elena.
Darren memandang sendu foto pernikahannya dengan Elena dulu. Pria berusia 40 tahun itu tertawa miris mengingat setiap momen yang kini hanya menjadi sebuah kenangan. Dirinya tak akan bisa mengulang segala kenangan indah bersama Elena. Dia hanya bisa menyimpan kenangan itu dalam memorinya.
"Kamu bahagia banget di sana, heem?" gumamnya pelan.
"El, aku kangen kamu. Perasaan aku belum juga berubah. Masih sama kayak pertama kali aku jatuh cinta sama kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Wy Ky
.
2024-07-06
0