Bab 5 Kenangan (part 2)

Lima tahun aku melupakan Karina.

Tak pernah lagi bertemu dan mendengar kabarnya. Aku dapat menerima kenyataan bahwa Karina telah menikah. Pria yang dipilih Karina untuk menjadi pendamping hidupnya pastilah orang yang memang benar-benar layak.

Sekarang aku hanya memfokuskan diriku untuk pekerjaan dan keluarga. Hingga orang yang baru mengenalku tak akan pernah menduga kalau aku anak seorang petani.

Suatu hari, Rama demam tinggi. Sepulang bekerja, aku berniat membeli obat untuk Rama. Mobilku terparkir di depan apotek dua puluh empat jam.

Aku membuka pintu apotek yang terbuat dari kaca. Hanya ada satu orang wanita yang sedang berbicara dengan apoteker.

Alangkah terkejutnya aku mengetahui wanita itu tidak lain dan juga tidak bukan ialah Karina. Dia juga tampak sama kagetnya denganku.

Penampilan Karina berbeda seratus delapan puluh derajat dari yang aku lihat terakhir kali. Wajahnya pucat, aku melihat dia tengah berbadan dua.

Meskipun begitu badannya sangatlah kurus. Tulang pipinya menonjol dan ditambah kantung mata hitam yang semakin terlihat jelas di wajah Karina yang putih. Karina tersenyum. Tapi bukan senyuman yang aku kenal dari seorang Karina.

“Balin, apa kabar?”

“Oh hai, Karina, sedang apa kamu di sini?”

“Oh, aku sedang membeli susu ibu hamil.”

Mataku tertuju pada perut Karina. “Berapa bulan usia kandunganmu?” tanyaku berbasa-basi.

“Tujuh bulan.” Jawab Karina singkat.

“Sudah lima tahun tidak bertemu. Ini kehamilanmu yang keberapa?”

“Ini kehamilan yang kedua.”

“Jadi, sebentar lagi kamu akan memiliki dua anak? Aku sudah lama tidak mendengar kabarmu. Anakmu yang pertama laki-laki atau perempuan?”

“Tapi kehamilan pertamaku, aku mengalami keguguran.”

Deg. Aku menelan salivaku. Aku menyesal dengan pertanyaanku tadi. “Oh, aku minta maaf.”

“Iya, tidak apa-apa.” Karina tersenyum seperti terpaksa.

Bodohnya aku, pastilah Karina tersinggung atas pertanyaanku tadi.

“Kamu sendiri, sedang apa ke apotek?”

“Aku sedang membeli obat untuk adikku. Dia sedang demam. Kamu sendirian?” Tanyaku sambil menengok kanan kiri. Mencari sosok orang yang menemani Karina.

“Iya aku sendirian.”

Kemudian petugas apotek yang tadi berbicara dengan Karina datang membawa sekotak susu khusus ibu hamil dan menyebutkan harga. Karina membuka tasnya, mencari sesuatu. Lama Karina tak menemukan benda yang dia cari, dia semakin gusar.

Aku melirik dan membaca keterangan yang ada pada kemasan susu ibu hamil yang dipesan Karina. Satu kotak berukuran kecil itu bisa untuk sepuluh gelas, dengan anjuran minum dua gelas sehari.

“Saya mau lima kotak susu yang seperti ini lagi.” Kataku pada wanita petugas apotek.

“Oh baik, Pak. Mohon ditunggu sebentar ya.” Wanita itu menghilang ke balik rak tinggi penyimpanan barang-barang.

Aku melihat Karina mengerutkan dahi kebingungan. “Dompetmu ketinggalan, kan? Sudahlah aku yang bayar. Aku sengaja pesan banyak untuk stok di rumah supaya kamu tidak perlu bolak-balik ke apotek.”

“Terima kasih banyak, Balin. Aku jadi merepotkanmu.”

“Sama sekali tidak merepotkan. Kamu juga sering mentraktirku ketika kuliah dulu. Kamu masih ingat?”

“Ya. Ya. Aku ingat.”

Wanita petugas apotek kembali lagi membawa barang yang aku minta. Mengemasnya ke dalam kantong belanja. “Ada tambahannya lagi? Barangkali vitamin untuk ibu hamilnya sekalian?”

Aku menoleh ke Karina yang langsung menggeleng cepat.

“Oh Tidak. Tidak perlu. Cukup itu saja.”

“Yakin, Karina?”

“Iya, Balin. Cukup itu saja. Vitamin aku masih banyak di rumah.”

Setelah membayar, aku menawari mengantar pulang Karina. Awalnya dia menolak. Namun hujan turun di saat yang tepat. Karina menerima tawaranku.

Sepanjang perjalanan aku bercerita banyak hal tentang masa kuliah kami dulu.

Tapi ada yang aneh.

Karina tidak fokus dengan pembicaraanku dan hanya menanggapi seperlunya saja. Dia selalu melamun. Aku menanyakan ada apa tapi Karina beralasan dia hanya kelelahan.

Aku merasa ada yang aneh dengan Karina.

Tiba-tiba Karina memintaku berhenti. Aku melihat sekeliling, mobilku sedang berada di sebuah pertigaan yang sepi.

“Sampai sini saja. Aku turun di sini. Terima kasih, Balin atas tumpangannya.” Kata Karina melepas sabuk pengaman.

“Kamu yakin tidak mau aku antarkan sampai depan rumahmu?”

Karina mengangguk.

“Tunggu, Karina. Ini masih hujan lho.”

“Tidak apa-apa. Ini sudah dekat dengan rumahku kok.”

“Kamu duduk dulu sebentar. Aku punya payung yang bisa kamu pakai.”

Aku selalu menaruh payung di dalam bagasi mobilku. Hanya untuk jaga-jaga bila turun hujan. Aku keluar dan berjalan ke belakang mobil, mengambil payungku.

Lalu aku membukakan pintu untuk Karina. Aku posisiskan payung yang ada di tanganku agar Karina tidak kebasahan ketika dia turun dari mobil.

Karina tersenyum. Bahkan aku melihat mata Karina berkaca-kaca. Aku menyerahkan payungku pada Karina.

“Oh iya, boleh aku minta nomor teleponmu. Supaya aku bisa mengembalikan payungmu ini.”

Sebenarnya mau payung itu hilangpun tak masalah bagiku. Namun aku tetap menyebutkan deretan nomor teleponku.

Lalu Karina menyimpannya. Bersama kami berada di bawah naungan payung. Sudah lama aku tak sedekat ini dengan Karina. Aku takut perasaanku yang dulu aku pendam akan muncul kembali.

Jadi aku segera masuk ke dalam mobil. Menyeka rambut yang basah karena tetesan air hujan. Aku menengok ke arah Karina sebelum aku putar balik. Dia masih berdiri di samping mobilku, melambaikan tangan.

Beberapa bulan setelah aku bertemu Karina di apotek, kejadian itu terjadi.

Ingatan saat Karina meninggal dunia tepat di hadapanku masuk ke dalam pikiranku. Sampai detik ini aku masih tak percaya Karina telah tiada dan menitipkan bayinya kepadaku.

Tiga hari aku absen kerja karena mengurus pemakaman Karina. Aku memakamkan Karina dengan layak tapi juga dengan sangat hati-hati agar tidak banyak orang yang tahu.

Di hari yang sama aku melihat berita bahwa ayah Karina dinyatakan hilang sejak malam Karina berada sendirian di Taman Merpati.

Apakah hilangnya Pak Indra ada kaitannya dengan Karina menangis di Taman Merpati? Karina juga tidak ingin aku menghubungi ayahnya ketika bayinya lahir. Apakah sebenarnya dia tahu apa yang terjadi dengan ayahnya?

Andai Karina mempunyai waktu beberapa menit saja untuk menceritakan semuanya padaku.

Aku memijit keningku. Memikirkan semua hal yang menimpa keluarga Irawan membuatku pusing.

Lalu ke mana suami Karina? Kenapa Karina menyebutnya jahat? Padahal Karina sangat bahagia sekali saat mengatakan bahwa dia akan menikah dengan pria itu.

Dan satu lagi. Karina melarang aku mempertemukan anaknya dengan suaminya. Sebenarnya apa yang telah terjadi?

Terpopuler

Comments

Gendhuk sri

Gendhuk sri

penasaran

2022-11-24

1

Senajudifa

Senajudifa

mampir lg thor

2022-06-16

1

Sebutir Debu

Sebutir Debu

misteri Nih ya

2022-06-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Cinta Lama
2 Bab 2 Kelahiran dan Kematian
3 Bab 3 Berhenti Bekerja
4 Bab 4 Kenangan
5 Bab 5 Kenangan (part 2)
6 Bab 6 Meninggalnya Indra Irawan
7 Bab 7 Belajar Menjadi Ayah
8 Bab 8 Ibu Datang
9 Bab 9 Kemarahan Ibu
10 Bab 10 Jujur
11 Bab 11 Tetangga Sok Tahu
12 Bab 12 Fakta yang Tak Terungkap
13 Bab 13 Curiga
14 Bab 14 Tentang Harsa
15 Bab 15 Belanja Bersama
16 Bab 16 Kecelakaan
17 Bab 17 Peringatan terakhir
18 Bab 18 Bertengkar
19 Bab 19 Bertolak belakang
20 Bab 20 Perkelahian
21 Bab 21 Makan Bersama
22 Bab 22 Sakit
23 Bab 23 Sarapan
24 Bab 24 Racun Cinta
25 Bab 25 Kejang Demam
26 Bab 26 Kirana Diculik!
27 Bab 27 Kabur
28 Bab 28 Panggilan Video
29 Bab 29 Kencan Pertama
30 Bab 30 Kurang Peka
31 Bab 31 Kita Impas
32 Bab 32 Rendang
33 Bab 33 Rindu dan Cemburu
34 Bab 34 Istriku
35 Bab 35 Kirana Ulang Tahun
36 Bab 36 Kue Ulang Tahun
37 Bab 37 Rama dan Shinta
38 Bab 38 Siapa Pelakunya?
39 Bab 39 Kelepasan Bicara
40 Bab 40 Berniat Melamar
41 Bab 41 Tuduhan
42 Bab 42 Salah Paham
43 Bab 43 Pindah
44 Bab 44 Hidup Dalam Pelarian
45 Bab 45 Jebakan
46 Bab 46 Kantor Polisi
47 Bab 47 Jalan Buntu
48 Bab 48 Cerita Juan
49 Bab 49 Buku Harian Karina
50 Bab 50 Tertembak
51 Bab 51 Maaf
52 Bab 52 Menemui Harsa
53 Bab 53 Kisah Yang Tak Pernah Diceritakan
54 Bab 54 Tamu yang Lain
55 Bab 55 Melawan
56 Bab 56 Sadarkan Diri
57 Bab 57 Surat Dari Karina
58 Bab 58 Segera Menikah
59 Bab 59 Keluarga Asher
60 Bab 60 You Don't Have A Choice
61 Bab 61 Hari Yang Dinanti
62 Bab 62 Malam Pertama
63 Bab 63 Panggilan Sayang
64 Bab 64 After 2 years
65 Bab 65 Dari Mana Asalnya Adik Bayi?
66 Bab 66 Ketakutan Telah Hilang
67 Bab 67 Kabar Bahagia
68 Bab 68 Belajar Renang
69 Bab 69 Jaga Dirimu Baik-Baik
70 Bab 70 Baby Boy
71 Bab 71 Pria Misterius
72 Bab 72 Pergi
73 Bab 73 Rekaman
74 Bab 74 Pusara Ibu
75 Bab 75 Gadis Bertudung Merah dan Sang Serigala
76 Bab 76 Rencana Dimulai
77 Bab 77 Terbongkar
78 Bab 78 Pengejaran
79 Pengumuman
80 Bab 79 Alexa atau Kirana
81 Bab 80 Sang Perawat
82 Bab 81 Sandiwara
83 Bab 82 Rahasia (The End)
84 Bab 83 Semua mau ikut (Special Part)
85 Bab 84 Nakula dan Sadewa (Special Part)
86 Ucapan Terima Kasih
87 Novel Baru Rahasia Sang Officie Girl
88 Novel Baru Pacar Satu Milyar
89 novel Baru Rilis
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 Cinta Lama
2
Bab 2 Kelahiran dan Kematian
3
Bab 3 Berhenti Bekerja
4
Bab 4 Kenangan
5
Bab 5 Kenangan (part 2)
6
Bab 6 Meninggalnya Indra Irawan
7
Bab 7 Belajar Menjadi Ayah
8
Bab 8 Ibu Datang
9
Bab 9 Kemarahan Ibu
10
Bab 10 Jujur
11
Bab 11 Tetangga Sok Tahu
12
Bab 12 Fakta yang Tak Terungkap
13
Bab 13 Curiga
14
Bab 14 Tentang Harsa
15
Bab 15 Belanja Bersama
16
Bab 16 Kecelakaan
17
Bab 17 Peringatan terakhir
18
Bab 18 Bertengkar
19
Bab 19 Bertolak belakang
20
Bab 20 Perkelahian
21
Bab 21 Makan Bersama
22
Bab 22 Sakit
23
Bab 23 Sarapan
24
Bab 24 Racun Cinta
25
Bab 25 Kejang Demam
26
Bab 26 Kirana Diculik!
27
Bab 27 Kabur
28
Bab 28 Panggilan Video
29
Bab 29 Kencan Pertama
30
Bab 30 Kurang Peka
31
Bab 31 Kita Impas
32
Bab 32 Rendang
33
Bab 33 Rindu dan Cemburu
34
Bab 34 Istriku
35
Bab 35 Kirana Ulang Tahun
36
Bab 36 Kue Ulang Tahun
37
Bab 37 Rama dan Shinta
38
Bab 38 Siapa Pelakunya?
39
Bab 39 Kelepasan Bicara
40
Bab 40 Berniat Melamar
41
Bab 41 Tuduhan
42
Bab 42 Salah Paham
43
Bab 43 Pindah
44
Bab 44 Hidup Dalam Pelarian
45
Bab 45 Jebakan
46
Bab 46 Kantor Polisi
47
Bab 47 Jalan Buntu
48
Bab 48 Cerita Juan
49
Bab 49 Buku Harian Karina
50
Bab 50 Tertembak
51
Bab 51 Maaf
52
Bab 52 Menemui Harsa
53
Bab 53 Kisah Yang Tak Pernah Diceritakan
54
Bab 54 Tamu yang Lain
55
Bab 55 Melawan
56
Bab 56 Sadarkan Diri
57
Bab 57 Surat Dari Karina
58
Bab 58 Segera Menikah
59
Bab 59 Keluarga Asher
60
Bab 60 You Don't Have A Choice
61
Bab 61 Hari Yang Dinanti
62
Bab 62 Malam Pertama
63
Bab 63 Panggilan Sayang
64
Bab 64 After 2 years
65
Bab 65 Dari Mana Asalnya Adik Bayi?
66
Bab 66 Ketakutan Telah Hilang
67
Bab 67 Kabar Bahagia
68
Bab 68 Belajar Renang
69
Bab 69 Jaga Dirimu Baik-Baik
70
Bab 70 Baby Boy
71
Bab 71 Pria Misterius
72
Bab 72 Pergi
73
Bab 73 Rekaman
74
Bab 74 Pusara Ibu
75
Bab 75 Gadis Bertudung Merah dan Sang Serigala
76
Bab 76 Rencana Dimulai
77
Bab 77 Terbongkar
78
Bab 78 Pengejaran
79
Pengumuman
80
Bab 79 Alexa atau Kirana
81
Bab 80 Sang Perawat
82
Bab 81 Sandiwara
83
Bab 82 Rahasia (The End)
84
Bab 83 Semua mau ikut (Special Part)
85
Bab 84 Nakula dan Sadewa (Special Part)
86
Ucapan Terima Kasih
87
Novel Baru Rahasia Sang Officie Girl
88
Novel Baru Pacar Satu Milyar
89
novel Baru Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!