Bab 4 Kenangan

Mobil melaju menyalip kendaraan yang ada di depanku. Membelah jalanan yang ramai. Selama aku mengendarai mobil, benakku melayang masih memikirkan Karina yang malang. Sampai sekarang akupun masih tak percaya Karina telah meninggal.

Masih segar di ingatanku bagaimana aku dan Karina bertemu. Dia adalah teman kuliahku. Hanya bedanya dia dari keluarga kaya raya, sedangkan aku anak seorang petani.

Aku cukup beruntung mendapatkan beasiswa di Universitas bergengsi di negeri ini. Hampir rata-rata temanku berasal dari keluarga berada. Aku sering menjadi bahan perundungan hanya karena status pekerjaan orang tuaku.

Namun, aku tak pernah menghiraukan ucapan teman-temanku. Bahkan mereka membuat nama panggilan yang merendahkanku.

Sungguh, aku tidak peduli. Karena aku merasa lebih unggul dari mereka dari segi akademik. Namun, sepertinya Karina risih melihat kelakuan orang lain padaku.

Saat itu, aku sedang dihadang lima orang temanku yang paling sering mengejekku. Aku menanggapinya dengan santai. Aku mengatakan pada mereka kalau mereka seorang pengecut.

Lima lawan satu. Sebutan apa lagi yang pantas untuk mereka, kalau bukan pengecut. Tapi perkataanku itu malah menyulut amarah teman-temanku.

“Hei," kata salah satu temanku yang bernama, Jordan. Si ketua geng. Dia meremas dan menarik bagian depan kaosku. Satu tangannya terkepal siap memberikan tinju.

“Bilang apa tadi? Pengecut? Kau sendiri apa pecundang. Anak miskin*.”

Keempat teman Jordan memanasi keadaan. memerintah Jordan untuk segera mendaratkan tinjunya.

“Hajar saja, Bos. Buat dia babak belur.”

“Bener, Bos. Berani-beraninya dia ngatain kita.”

Aku lebih dulu menepis tangannya dari pakaianku, “Jangan panggil aku anak miskin, kalau kau sendiri masih minta uang ke orang tuamu," ucapku masih dengan nada santai.

Jordan menyeringai, “Setidaknya orang tuaku punya banyak uang. Daripada orang tuamu bisa membelikanmu apa? Lihat, guys, kaos yang dia pakai. Paling kaos obral. Tasnya apalagi. Beli di mana kamu? Aku tebak, pasti di toko barang bekas.”

“Bukan. Tapi mulung di tempat sampah," celetuk salah satu anak buah Jordan.

Semua bala tentara Jordan tertawa.

Hah. Tidak akan pernah selesai jika berseteru dengan Jordan. Membuang-buang waktu saja. Aku berniat berjalan meninggalkan mereka.

Tapi, Tiba-tiba Karina datang tepat di depanku. Dia berkacak pinggang di hadapan Jordan. Sontak aku tak percaya dengan penglihatanku. Entah alasan apa Karina membelaku.

“Kamu pikir, kamu yang paling hebat, Jordan.”

“Eh, Karina," sikap Jordan melunak seketika. Dia menggaruk-garukan kepala salah tingkah. “Aku hanya sedang bergurau dengan... dengan...”

Jordan terlihat sedang berpikir. Menyenggol lengan teman yang ada di samping kanannya dan berbisik. Tapi aku masih bisa mendengarnya.

“Si anak miskin itu, siapa namanya?”

“Balin, Bos.”

“Ah ya, Balin. Aku sedang bergurau dengan Balin. Kamu jangan salah paham denganku, Karina?”

“Kamu pikir aku percaya. Aku perintahkan padamu, Jordan. Jangan pernah mengganggu Balin lagi! Kamu ataupun teman-temanmu.” Tegas Karina sambil mengacungkan telunjuknya.

“Tapi kenapa? Dia itu anak miskin. Paling enak dijadikan bahan ejekan. Ups.” Jordan segera menutup mulutnya. Dia telah salah bicara di depan Karina. Lalu dia mengatup kan kedua tangan di depan dada. Memohon pada Karina.

“Karina aku mohon. Aku ini pengagum setiamu. Aku bermimpi suatu hari kita bisa menikah dan memiliki anak. Jangan coret aku dari daftar calon suamimu.”

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa. Karina memang primadona di kampus. Dia cantik, lemah lembut, pintar dan dari keluarga kaya. Pria mana yang tidak jatuh hati padanya.

Banyak teman laki-laki di kampus yang menaruh hati padanya. Termasuk aku. Sejak kejadian itu, aku dan Karina menjadi akrab.

Kami sering menghabiskan waktu bersama. Meski hal itu malah membuatku makin sering diganggu karena banyak yang iri dengan kedekatan Karina dan aku.

Suatu hari aku diajak makan malam di rumah Karina. Sebuah rumah mewah yang hanya dihuni Karina dan ayahnya. Ibu Karina telah meninggal ketika Karina masih kecil.

Aku mengagumi setiap sudut rumah Karina. Termasuk perabotan-perabotan mahal yang ada di dalam rumah.

Aku bertemu dengan ayah Karina yang seorang banker kaya raya, Indra Irawan. Salah satu orang kaya yang paling tidak sombong yang pernah aku temui.

Kami berjabat tangan dan ayah Karina menyambutku dengan ramah.

Kami makan malam bertiga. Aku, Karina, dan ayah Karina. Sebenarnya aku tidak tahu alasan Karina hanya mengundangku saja. Tidak mengundang teman Karina yang lain.

Banyak makanan enak tersaji di meja. Aku tidak mau terlihat heboh tapi lidahku tidak bisa berbohong. Aku makan cukup banyak.

“Karina, ada yang ingin aku tanyakan padamu?” Kataku selepas makan malam. Kami sedang duduk di ruang tengah. Ayah Karina sedang pergi untuk mengangkat telepon.

“Apa?”

“Kenapa hanya aku yang diundang untuk makan malam di rumahmu?”

“Karena kamu teman baikku," jawab Karina singkat.

Oh selama ini Karina hanya menganggapku seorang teman. Itu saja. Tidak lebih. Aku juga sadar diri. Aku bukan pria yang sebanding dengan Karina.

Aku putuskan untuk mengubur perasaanku pada Karina. Daripada Karina tahu kebenarannya, lalu dia menjaga jarak dariku dan merusak persahabatan kami.

Namun seiring berjalannya waktu aku tersiksa dengan perasaan yang terpendam ini. Hingga saat hari kelulusan, aku putuskan untuk menyatakan cinta pada Karina. Entah apa jawaban Karina, aku siap menerimanya.

Lagi pula aku telah mendapat tawaran pekerjaan yang lumayan bagus. Aku semakin bersemangat untuk memantaskan diri menjadi pasangan Karina.

Tepat setelah acara wisuda, aku mencari sosok Karina. Aku menemukannya sedang berbicara dengan ayahnya. Aku memanggil namanya dan dia berlari ke arahku dengan wajah berseri.

Seketika aku gugup ketika Karina telah berada di depanku.

“Aku ingin bicara... “ ucap aku dan Karina bersamaan.

Kami tertawa.

“Kamu dulu yang bicara, Balin.”

“Oh tidak. Kamu yang duluan.”

“Kamu dulu. Kamu mau bicara apa?”

“Kamu dulu yang bicara. Ladies first.”

Karina tertawa. “Oke, aku mau bilang kalau besok aku dan ayahku akan ke Paris. Aku akan menikah dengan seorang pria kenalan ayahku.”

Aku merasa ada yang menancapkan pisau tepat ke jantungku. Terasa perih dan sesak. Aku menunduk menatap rerumputan yang sedang kuinjak. Berusaha agar Karina tak melihat ekspresi kekecewaanku.

“Oh, menikah ya.” ucapku lirih.

“Iya, hari pernikahannya sih masih sebulan lagi. Tapi aku dan ayahku perlu menyiapkan segala macam keperluan untuk acara pesta.”

“Kenapa harus menikah di Paris? Apakah calon suamimu orang sana?” aku berpura-pura sekedar bertanya. Berusaha bersikap biasa saja.

“Oh tidak. Calon suamiku itu orang Amerika tapi dia memang ada keturunan dari Indonesia. Calon suamiku juga yang memilih tempat pernikahan kami, yaitu Paris.”

Aku melihat senyum merekah di bibir Karina. Bola matanya menerawang. Mungkin dia tengah membayangkan wajah calon suaminya itu.

Amarah berkobar di dalam diriku. Tanpa Karina sadari aku mengepalkan tangan hingga kuku tangan melukai diriku sendiri.

“Aku selalu memimpikan bisa menikah dan berbulan madu di Paris dan sebentar lagi hal itu menjadi kenyataan. Oh, Balin. Aku senang sekali.”

Aku mengusahakan untuk tersenyum, “Kamu pernah bertemu dengan calon suamimu sebelumnya?”

Karina mengangguk. “Kami bertemu enam bulan yang lalu, ketika acara ulang tahun ayahku. Oh tadi kamu mau bicara apa?”

Aku gelagapan mencari alasan. “Aku... Aku hanya ingin bilang kalau aku sudah diterima bekerja sebagai manajer keuangan.”

“Kamu hebat, Balin. Semoga kamu bisa menjadi orang yang sukses.”

“Ya, Terima kasih, Karina. Sepertinya aku tidak bisa datang ke pernikahanmu. Yah, Paris itu kan jauh.”

Aku meyakinkan Karina alasanku tidak akan datang ke pernikahannya. Sekalipun pernikahannya dilangsungkan di negeri ini, aku tak akan datang.

Karina mengangguk, “Aku mengerti. Cukup kamu mendoakan supaya acaranya lancar, aku dan suamiku menjadi keluarga bahagia itu saja sudah cukup bagiku.”

“Pasti. Pasti aku akan mendoakanmu untuk selalu bahagia.”

“Aku pergi dulu ya. Ayahku sudah menunggu. Bye, Balin.”

Kutatap punggung Karina yang makin menjauh dariku. Aku tidak sempat menanyakan nama calon suami Karina dan tak akan pernah ingin tahu.

Itu kali terakhir aku bertemu Karina. Hari itu juga aku mengubur perasaanku pada Karina untuk selamanya.

Terpopuler

Comments

Nf@. Conan 😎

Nf@. Conan 😎

thor nama ibu sm anak, sama ya nmanya

2022-11-27

1

tria sulistia

tria sulistia

iya kak kalo pindah dari word suka gitu

2022-06-10

0

Eni pua

Eni pua

ini harusnya miring kan eh kyk aku kadang ada bintangnya karena tdnya dah miring kok bisa berubah ya🤔

2022-06-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Cinta Lama
2 Bab 2 Kelahiran dan Kematian
3 Bab 3 Berhenti Bekerja
4 Bab 4 Kenangan
5 Bab 5 Kenangan (part 2)
6 Bab 6 Meninggalnya Indra Irawan
7 Bab 7 Belajar Menjadi Ayah
8 Bab 8 Ibu Datang
9 Bab 9 Kemarahan Ibu
10 Bab 10 Jujur
11 Bab 11 Tetangga Sok Tahu
12 Bab 12 Fakta yang Tak Terungkap
13 Bab 13 Curiga
14 Bab 14 Tentang Harsa
15 Bab 15 Belanja Bersama
16 Bab 16 Kecelakaan
17 Bab 17 Peringatan terakhir
18 Bab 18 Bertengkar
19 Bab 19 Bertolak belakang
20 Bab 20 Perkelahian
21 Bab 21 Makan Bersama
22 Bab 22 Sakit
23 Bab 23 Sarapan
24 Bab 24 Racun Cinta
25 Bab 25 Kejang Demam
26 Bab 26 Kirana Diculik!
27 Bab 27 Kabur
28 Bab 28 Panggilan Video
29 Bab 29 Kencan Pertama
30 Bab 30 Kurang Peka
31 Bab 31 Kita Impas
32 Bab 32 Rendang
33 Bab 33 Rindu dan Cemburu
34 Bab 34 Istriku
35 Bab 35 Kirana Ulang Tahun
36 Bab 36 Kue Ulang Tahun
37 Bab 37 Rama dan Shinta
38 Bab 38 Siapa Pelakunya?
39 Bab 39 Kelepasan Bicara
40 Bab 40 Berniat Melamar
41 Bab 41 Tuduhan
42 Bab 42 Salah Paham
43 Bab 43 Pindah
44 Bab 44 Hidup Dalam Pelarian
45 Bab 45 Jebakan
46 Bab 46 Kantor Polisi
47 Bab 47 Jalan Buntu
48 Bab 48 Cerita Juan
49 Bab 49 Buku Harian Karina
50 Bab 50 Tertembak
51 Bab 51 Maaf
52 Bab 52 Menemui Harsa
53 Bab 53 Kisah Yang Tak Pernah Diceritakan
54 Bab 54 Tamu yang Lain
55 Bab 55 Melawan
56 Bab 56 Sadarkan Diri
57 Bab 57 Surat Dari Karina
58 Bab 58 Segera Menikah
59 Bab 59 Keluarga Asher
60 Bab 60 You Don't Have A Choice
61 Bab 61 Hari Yang Dinanti
62 Bab 62 Malam Pertama
63 Bab 63 Panggilan Sayang
64 Bab 64 After 2 years
65 Bab 65 Dari Mana Asalnya Adik Bayi?
66 Bab 66 Ketakutan Telah Hilang
67 Bab 67 Kabar Bahagia
68 Bab 68 Belajar Renang
69 Bab 69 Jaga Dirimu Baik-Baik
70 Bab 70 Baby Boy
71 Bab 71 Pria Misterius
72 Bab 72 Pergi
73 Bab 73 Rekaman
74 Bab 74 Pusara Ibu
75 Bab 75 Gadis Bertudung Merah dan Sang Serigala
76 Bab 76 Rencana Dimulai
77 Bab 77 Terbongkar
78 Bab 78 Pengejaran
79 Pengumuman
80 Bab 79 Alexa atau Kirana
81 Bab 80 Sang Perawat
82 Bab 81 Sandiwara
83 Bab 82 Rahasia (The End)
84 Bab 83 Semua mau ikut (Special Part)
85 Bab 84 Nakula dan Sadewa (Special Part)
86 Ucapan Terima Kasih
87 Novel Baru Rahasia Sang Officie Girl
88 Novel Baru Pacar Satu Milyar
89 novel Baru Rilis
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 Cinta Lama
2
Bab 2 Kelahiran dan Kematian
3
Bab 3 Berhenti Bekerja
4
Bab 4 Kenangan
5
Bab 5 Kenangan (part 2)
6
Bab 6 Meninggalnya Indra Irawan
7
Bab 7 Belajar Menjadi Ayah
8
Bab 8 Ibu Datang
9
Bab 9 Kemarahan Ibu
10
Bab 10 Jujur
11
Bab 11 Tetangga Sok Tahu
12
Bab 12 Fakta yang Tak Terungkap
13
Bab 13 Curiga
14
Bab 14 Tentang Harsa
15
Bab 15 Belanja Bersama
16
Bab 16 Kecelakaan
17
Bab 17 Peringatan terakhir
18
Bab 18 Bertengkar
19
Bab 19 Bertolak belakang
20
Bab 20 Perkelahian
21
Bab 21 Makan Bersama
22
Bab 22 Sakit
23
Bab 23 Sarapan
24
Bab 24 Racun Cinta
25
Bab 25 Kejang Demam
26
Bab 26 Kirana Diculik!
27
Bab 27 Kabur
28
Bab 28 Panggilan Video
29
Bab 29 Kencan Pertama
30
Bab 30 Kurang Peka
31
Bab 31 Kita Impas
32
Bab 32 Rendang
33
Bab 33 Rindu dan Cemburu
34
Bab 34 Istriku
35
Bab 35 Kirana Ulang Tahun
36
Bab 36 Kue Ulang Tahun
37
Bab 37 Rama dan Shinta
38
Bab 38 Siapa Pelakunya?
39
Bab 39 Kelepasan Bicara
40
Bab 40 Berniat Melamar
41
Bab 41 Tuduhan
42
Bab 42 Salah Paham
43
Bab 43 Pindah
44
Bab 44 Hidup Dalam Pelarian
45
Bab 45 Jebakan
46
Bab 46 Kantor Polisi
47
Bab 47 Jalan Buntu
48
Bab 48 Cerita Juan
49
Bab 49 Buku Harian Karina
50
Bab 50 Tertembak
51
Bab 51 Maaf
52
Bab 52 Menemui Harsa
53
Bab 53 Kisah Yang Tak Pernah Diceritakan
54
Bab 54 Tamu yang Lain
55
Bab 55 Melawan
56
Bab 56 Sadarkan Diri
57
Bab 57 Surat Dari Karina
58
Bab 58 Segera Menikah
59
Bab 59 Keluarga Asher
60
Bab 60 You Don't Have A Choice
61
Bab 61 Hari Yang Dinanti
62
Bab 62 Malam Pertama
63
Bab 63 Panggilan Sayang
64
Bab 64 After 2 years
65
Bab 65 Dari Mana Asalnya Adik Bayi?
66
Bab 66 Ketakutan Telah Hilang
67
Bab 67 Kabar Bahagia
68
Bab 68 Belajar Renang
69
Bab 69 Jaga Dirimu Baik-Baik
70
Bab 70 Baby Boy
71
Bab 71 Pria Misterius
72
Bab 72 Pergi
73
Bab 73 Rekaman
74
Bab 74 Pusara Ibu
75
Bab 75 Gadis Bertudung Merah dan Sang Serigala
76
Bab 76 Rencana Dimulai
77
Bab 77 Terbongkar
78
Bab 78 Pengejaran
79
Pengumuman
80
Bab 79 Alexa atau Kirana
81
Bab 80 Sang Perawat
82
Bab 81 Sandiwara
83
Bab 82 Rahasia (The End)
84
Bab 83 Semua mau ikut (Special Part)
85
Bab 84 Nakula dan Sadewa (Special Part)
86
Ucapan Terima Kasih
87
Novel Baru Rahasia Sang Officie Girl
88
Novel Baru Pacar Satu Milyar
89
novel Baru Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!