JASMINE : AM I A WEREWOLF?
Musim kemarau yang cerah merupakan pilihan yang bagus untuk pergi ke pantai dan menikmati keindahannya. Begitu juga yang dilakukan oleh seorang model kenamaan Jasmine Madeline yang sedang melakukan pemotretan di pantai.
"Okay jasmine, take your break," ucap seorang fotografer.
"Thanks."
"Melelahkan bukan?" tanya seorang perempuan yang menjadi manajernya.
"Ya, but I like it."
"Ini minum dulu," ucapnya dengan menyerahkan segelas minuman yang menyegarkan.
"Thanks, Fanny."
Jasmine meminum minumannya dengan menikmati suasana pantai yang cukup terik di atas kursi pantai yang sudah disewa lengkap dengan payungnya.
"Waktu istirahatku masih lama?" tanyanya pada Fanny.
"Masih ada satu jam, kenapa?"
"Aku ingin berkeliling pantai sebentar."
"Boleh saja, nanti aku hubungi kalau bagian mu sudah dimulai."
"Jangan lupa bawa handphone mu," lanjutnya.
"Oke, aku pergi dulu," ucapnya yang dibalas anggukan oleh Fanny.
Jasmine berkeliling dengan kaki telanjang hingga dapat merasakan pasir-pasir pantai.
Jasmine mendekati ombak yang menyapu pantai. Debutan ombak mengenai kakinya menghantarkan sensasi terbawa arus baginya.
"Hey! Hati-hati," ucapnya pada seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun yang hampir terbawa ombak.
"Are you okay?"
"I'm fine," jawab anak itu dengan aksen balitanya.
"Where's your parents?" tanyanya lagi seraya mengangkat anak itu ke gendongannya.
"Emm...."
Anak-anak itu bergumam dengan tatapan polos dan jari telunjuk dibawah dagu.
Jasmine yang melihat ekspresi itu terkekeh gemas.
"I don't know," ucapnya setelah beberapa saat.
"Jadi kamu tersesat?"
Balita itu hanya tersenyum dan memukul-mukul pundak Jasmine riang.
"Gimana kalau main sama kakak?"
Lagi, balita itu terkekeh riang.
"Kita main ke sana ya?" ucap Jasmin menunjuk bagian pantai lain yang terlihat sepi.
Jasmine dengan mengendong balita itu berjalan menuju tempat yang ditunjuknya tadi.
"Kita main pasir, oke?" ucapnya dengan menurunkan balita itu.
Jasmine dan balita itu bermain dengan riang. Senyum dan tawa mereka terus terbit dibibir mereka.
*****
"Fanny!" panggil fotografer tadi.
"Iya, kenapa?"
"Jasmine dimana?"
"Dia sedang berkeliling."
"Apa sudah bagiannya?" lanjutnya bertanya.
"Ya, tolong hubungi dia."
Fotografer itu pergi dan Fanny segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Jasmine.
Tut... tut... tut...
Panggilan pertama tidak dijawab padahal terhubung.
"Mungkin dia nggak dengar, kan biasanya di mode silent."
Panggilan kedua masih sama dan Fanny belum menyerah walau rasa khawatir mulai hinggap, namun berusaha dia tepis.
Panggilan ketiga.
"Ayo angkat, Jas."
Dering ketiga mati dan berganti suara operator.
"Mungkin dia menelepon orang lain."
"Coba lagi," lanjutnya.
"Gimana Fanny? Sudah?"
"Sebentar kak, sepertinya sinyal telepon Jasmine sedang jelek."
"Oke," ucapnya lalu pergi.
"Kamu dimana Jasmine?" resahnya.
Panggilan yang saat ini masih berdering hingga suara seseorang yang dapat Fanny pastikan bukan Jasmine terdengar.
"Jasmine! Kamu dimana?" ucapnya segera ketika telepon tersambung.
"Kenapa susah sekali ku hubungi?" lanjutnya.
"She goes."
Jawaban itu membuat Fanny terkaget karena suara yang terdengar bukan suara Jasmine melainkan suara serak basah seperti laki-laki.
"Dimana Jasmine!?"
"..."
"Hey! Jawab pertanyaanku!" bentaknya karena tidak mendapat balasan.
Tut
Sambungan telepon terputus begitu saja. Fanny kembali berusaha menghubungi nomor Jasmine dengan perasaan yang benar-benar khawatir dan resah.
"Jasmine, tolong angkat telponnya."
"Gimana Fanny? Ini sudah sangat telat," tanya fotografer itu setelah memotret model yang lain.
"Kak, tadi teleponnya tersambung," jelasnya dengan nada gusar.
"Tapi bukan suara Jasmine yang aku dengar melainkan suara laki-laki."
"Dia bilang She goes, Aku nggak tau maksudnya apa," lanjutnya.
"Oke kamu tenang dulu," ucap fotografer itu berusaha menenangkan.
"Duduk dulu." Fotografer itu menuntun Fanny untuk kembali duduk di kursi pantai.
"Ini minum." Menyerahkan sebuah kelapa muda yang sudah dibuka.
"Sudah tenang?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh Fanny.
"Kamu tau dimana Jasmine pergi?"
"Dia tadi pergi kearah sana," ucapnya dengan menunjuk kearah kiri tubuhnya.
"Astaga!" jerit kaget fotografer itu.
"Kenapa kak?"
"Kamu lupa kalau daerah itu terlarang?"
"Terlarang bagaimana kak?"
"Kamu belum tau?" tanya fotografer itu yang dijawab gelengan kepala oleh Fanny.
"Mungkin kamu lupa kalau banyak orang disini berkata bahwa ditempat itu ada pintu tak kasat mata yang dapat mengarahkan orang menuju dimensi lain," jelasnya.
"Sebelum kita kesini, kita semua sudah di briefing, bukan?"
"Astaga! Aku lupa," jawab Fanny dengan menepuk jidatnya pelan.
"Lalu gimana? Apa Jasmine kemungkinan masuk ke sana?" ucapnya dengan berdiri dan berjalan ke sana-ke mari.
"Dia tadi belum ku beritahu, ah bukan tapi aku lupa tentang hal itu," lanjutnya.
"Itu kemungkinan terjadi, Fanny."
"Kita tidak bisa berharap lebih agar Jasmine bisa kembali ke sini," lanjutnya yang membuat keresahan semakin dirasakan Fanny.
"Tidak bisa berharap lebih? Berarti masih ada harapan bukan?" tanyanya dengan nada menggebu.
"Kata orang apabila orang itu masuk kedalam kemungkinannya sedikit untuk kembali karena mereka dapat kembali apabila penguasa dimensi itu mengizinkan orang itu kembali," jelas fotografer itu.
"Dan juga tidak semua orang bisa masuk dimensi itu tanpa izin penguasa didalamnya," lanjutnya.
"Berarti orang itu mengizinkan Jasmine masuk?"
"Ya itu sudah pasti."
"Bagaimana nasib dia di sana?" tanyanya entah pada siapa.
"Kita pulang dulu hari sudah sore," ajak fotografer itu.
"Jasmine gimana, kak?"
"Kita bicarakan ini dengan tim untuk mendapatkan jalan keluarnya."
"Kita berdoa semoga Jasmine baik-baik saja," lanjutnya.
Semoga kamu baik-baik saja Jasmine, batin Fanny.
*****
"Balita itu kemana?" tanya Jasmine entah pada siapa.
"Kenapa disini sepi sekali ya? Padahal tadi ramai."
"Apa balita itu telah dijemput dan pergi dengan orang tuanya tanpa memberitahuku?"
"Mungkin saja, karena sejak tadi aku sibuk melihat sekitar hingga melupakan keberadaan bayi itu."
"Bodohnya aku."
"Semoga dia memang bersama orang tuanya."
"Ini sudah sore, tapi kenapa Fanny belum menghubungiku?"
Jasmine mencari ponselnya yang tadi dirinya taruh di tas kecilnya, namun bahkan saat ini keberadaan tas itu tidak ada.
"Tasku kemana?"
"Astaga, kenapa aku ceroboh sekali!"
"Aku kembali saja ketempat pemotretan, pasti mereka mencari ku karena tidak bisa dihubungi."
Jasmine berjalan menyusuri tepi pantai menuju tempat pemotretan tadi, sesekali dirinya menendang pelan pasir atau mengambil hal-hal yang hanya dapat ditemukan ketika berada di pantai.
"Ini kenapa tidak sampai-sampai!?"
"Perasaan tadi tidak jauh kok!"
"Apa aku bermain terlalu jauh?"
"FANNY! JEMPUT AKU!" teriaknya dengan kedua tangan yang didekatkan di bibirnya.
"FANNY! AKU TERSESAT!"
"Kemana semua orang?"
"Kenapa disini sangat sepi? Ini masih sore biasanya banyak orang datang untuk menikmati sunset yang romantis dengan pasangannya," gerutunya.
"Hey kaki! Apa kau lelah?" tanyanya dengan menunduk melihat kedua kakinya yang langsung menyentuh pasir pantai.
"Kita istirahat di dekat pohon kelapa dulu, oke?"
"Selamat datang," ucap seseorang yang tidak dapat didengar siapapun.
TBC
Note :
Bantu tandain apabila ada kata yang belum sesuai ya <3
Tinggalkan jempol kalian👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nona_Sulung
aku mampir kak 😊. jgn lupa mampir di karyaku ya 😁
2022-07-31
0
WR ξκύαε
Hai kak😊
Izin baca. Aku lagi cari inspirasi untuk melanjutkan novelku. Kebetulan temanya sama, tentang werewolf.
Kalau berkenan mampir ya,
"My story of becoming a werewolf"
2022-07-20
0
Imarin
aku ikutin juga ya thur. ikutin balik biar bisa komunikasi.
2022-07-16
0