Mentari pagi telah muncul pertanda hari akan dimulai. Kini di villa tempat di mana kru fotografer Jasmine berada. Dari lantai atas Fanny berjalan menuruni tangga menuju ruang makan yang di mana sudah berkumpul kru fotografer itu.
"Kita cari Jasmine sekarang," ucap Fanny ketika baru saja sampai di ruang makan dan mengambil tempat duduknya.
"Sabar Fanny, kita sarapan dulu," sahut Kevin.
"Yah," jawab Fanny lesu.
Austin yang melihat itu mengusap pelan puncak kepala berharap agar Fanny bisa lebih tenang dan sabar.
"Kita sarapan dulu habis itu kita ke rumah juru pintu yang biasa menangani hal ini," jelas Kevin.
Mereka sarapan dengan tenang kecuali Fanny yang dihantui perasaan cemas.
Setelah selesai makan mereka segera pergi dengan berjalan kaki menuju hunian warga yang berada tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada.
Tok... tok... tok
Ceklek
"Cari siapa?" tanya perempuan yang membuka pintu.
"Mr. Thomas ada?" tanya Kevin.
"Oh, ada-ada silahkan masuk," ucap perempuan itu dengan membuka lebar pintu rumahnya.
"Daddy ada yang mencarimu," teriak perempuan itu sambil berjalan.
"Liliana, bisa tidak jangan berteriak ketika memanggil Daddy mu ini?" sahut Thomas seraya berjalan mendekati perempuan yang bernama Liliana.
"Sorry Dad, itu sudah menjadi kebiasaanku," jawab Liliana dengan diakhiri cengengesan.
"Kau ingin Daddy mu ini cepat tuli?"
"No, Dad."
"Ah, aku sampai melupakan keberadaan orang lain disini," ucap Thomas ketika melihat keberadaan Kevin, Austin dan Fanny.
"Good morning, Mr. Thomas," sapa Kevin dengan mengulurkan tangannya.
"Good morning too, Mr...?" ucap Thomas dengan membalas ukuran tangan pria yang belum ia ketahui namanya itu.
"Kevin. Kevin Bron," ucap Kevin.
"Ah, ya, Mr. Kevin."
"Silahkan duduk," lanjutnya.
Kevin, Austin dan Fanny kini telah mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia di ruang tamu itu.
"Liliana, ambilkan minum!" teriak Thomas.
"Yes, Dad. Dan tolong jangan berteriak aku masih muda untuk tuli," balas Liliana.
"Ah, maaf itu memang kebiasaan kami tolong dimaklumi," ucap Thomas.
"No problem, Mr," jawab Kevin.
"Oh ya, sebelumnya perkenalkan mereka berdua adalah Austin dan Fanny," lanjutnya dengan menunjuk orang yang dia sebut namanya.
"Salam kenal," ujar Thomas.
"Salam kenal kembali, Mr," jawab Austin sedangkan Fanny hanya mengangguk.
"Jadi, ada keperluan apa kalian kemari?" tanya Thomas membuka jalan obrolan.
"Jadi, begini...." Ucapan Kevin terpotong dengan kedatangan Liliana.
"Maaf menyela, ini minumannya. Silahkan diminum," ucap Liliana dengan menaruh setiap gelas yang berada di atas nampan yang dibawanya.
"Oh ya, Dad," panggil Liliana kepada Thomas.
"Hm?"
"Aku ijin keluar bersama pacarku, boleh?"
"Ti-"
"Kau sudah melarangku bertemu dengannya kemarin, Dad. Jadi sekarang perbolehkan aku pergi," mohon Liliana.
Thomas yang sedang malas berdebat pun langsung mengiyakan lagi pula tidak mungkin dirinya berdebat dihadapan para tamunya ini.
"Di rumah sebelum malam tiba," peringat Thomas.
"Aku usahakan. Bye, Dad," pamit Liliana dengan diakhiri ciuman singkat di salah satu pipi Thomas.
"Anak itu," geram Thomas.
"Ah, aku melupakan kalian lagi," ucapnya menyesal ketika mengingat ada orang lain di sini.
"Jadi ada apa kalian datang kemari?" tanyanya.
"Jadi begini, Mr Thomas. Kemarin kita melakukan pemotretan di kawasan pantai namun, tanpa model kami sadari dirinya berjalan pergi menuju kawasan terlarang pantai itu," jelas Kevin.
"Kami memang mengetahui kawasan itu karena kami melakukan survei sebelum menuju tempat pemotretan dan itu juga untuk mewaspadai kejadian yang tidak diinginkan. Namun, model kami yang memasuki kawasan itu tidak mengetahui tempat itu karena dia tidak ada ketika kita melakukan briefing," lanjutnya.
"Jadi, saat ini teman kalian berada di dimensi itu?" tanya Thomas yang diangguki mereka semua.
"Kami kesini ingin meminta bantuan anda untuk mengeluarkan model kami dari dimensi itu," serobot Fanny.
"Ini sudah lama tidak terjadi, terakhir kali sekitar satu tahun yang lalu," ujar Thomas.
"Proses itu juga sangat sulit untuk dilakukan selain itu apapun usaha yang sudah kita lakukan kalau penguasa dimensi itu tidak menyetujui untuk mengembalikan orang yang ada didalamnya itu percuma saja," lanjutnya.
"Proses itu juga dilakukan pada peristiwa satu tahun yang lalu dan orang itu keluar dalam keadaan linglung dengan banyak bekas luka."
"Astaga," jerit Fanny tertahan.
"Penguasa dimensi itu merupakan serigala liar yang biasa disebut Rogue," terang Thomas lagi.
"Rogue?" tanya Austin.
"Kalian tidak tahu?" tanya Thomas.
"Tahu apa?" tanya Austin lagi.
"Dimensi lain yang dimaksud adalah dunia dimana para werewolf berada dan Rogue merupakan werewolf liar yang berbahaya penghuni hutan atau gua," jelas Thomas.
"Werewolf? Jadi mereka memang benar adanya di dunia nyata?" tanya Fanny kaget mendengar penjelasan Thomas.
"Ya, mereka memang ada namun, dunia mereka tidak bisa dijangkau semudah itu."
"Lalu, bagaimana kita bisa menyelamatkan model kami?" tanya Kevin kembali ke topik awal.
"Aku harus melakukan ritual untuk dapat berbicara dengan penguasa di sana," jawab Thomas.
"Ritual apa itu?" tanya Austin.
"Itu adalah hal yang rahasia yang tidak dapat semua orang ketahui dan juga aku tidak bisa memberi kalian kepastian bahwa orang yang kalian cari bisa keluar."
"Karena banyak orang yang tidak sengaja masuk ke sana atas ijin penguasa di dalam dia bisa kembali. Seperti yang aku bilang tadi bahwa terakhir aku melakukan ritual itu orang yang masuk ke sana bisa keluar dalam keadaan linglung dan banyak bekas luka."
"Kita setuju melakukan ritual itu dan kita akan menanggung semua resiko itu. Lebih baik dia keluar dalam keadaan yang tidak baik dari pada tetap berada di sana dengan bahaya yang mengancamnya," ucap Kevin.
"Ya, kami setuju," ucap Austin menegasi dan Fanny hanya mengangguk.
"Baik lah, ritual itu dilakukan sore hari dalam keadaan pantai yang sepi dan hanya aku yang boleh berada di sana."
Kevin mengangguk dan berkata, "Kami percaya kepadamu."
"Baiklah, kalau begitu kami pamit," lanjutnya.
Mereka pergi setelah mendapat anggukan setuju dari Thomas.
*****
Pagi berbeda dirasakan oleh Jasmine yang masih terperangkap di gubuk di tengah hutan yang tidak dirinya ketahui.
"Kau sudah bangun?" tanya Permiro yang hanya diangguki oleh Jasmine dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.
"Maaf aku memelukmu semalam. Itu spontan karena kalian meninggalkanku sendirian di tempat ini," ujar Jasmine.
"Ya, tidak masalah. Aku juga minta maaf telah meninggalkanmu sendirian." Permiro ikut berujar dengan nada menyesal.
"Kamu tidur dimana?" tanya Jasmine karena dia hanya melihat satu tempat tidur yang kini ditempatinya.
"Rahasia."
Ucapan Permiro mengundang dengusan dari Jasmine.
"Oh ya, temanmu kemana?"
"Oh, dia lagi pergi mencari makanan untukmu makan."
Jasmine mengangguk paham lalu berkata diikuti dengan tangan yang terjulur, "Namamu siapa? Aku belum tahu."
"Aku Permiro," ucap Permiro dengan menggenggam tangan Jasmine. Dan hal yang tadi malam terjadi kini rasakan lagi. Tubuhnya tidak menunjukkan reaksi kesakitan.
"Aku Jasmine, kalau yang satunya lagi, siapa?"
"Oh, dia None."
TBC
Note :
Bantu tandain apabila ada kata yang belum sesuai ya <3
Tinggalkan jempol kalian👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ranran Miura
Jasmine pasti selamat, tapi untuk keluar dari dimensi itu... Entahlah. Mungkin harus jadi bagian dari werewolf dulu 🙄
2022-05-07
0
Ranran Miura
Ayah sama anak sama saja 😑
2022-05-07
0