4. MALAM BULAN PURNAMA

Hari sudah menuju tengah malam dan bulan purnama telah sempurna terbentuk. Ngauman serigala terdengar di berbagai sisi hutan.

Masih di gubuk yang sama dimana Jasmine berada, kini Jasmine sedang menghaluskan dauh peppermint yang telah dikumpulkannya tadi.

Sedangkan kedua laki-laki yaitu None dan Permiro yang kini sudah mendingan beranjak untuk segera pergi ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam.

"Kau sudah baik-baik saja?" tanya None setelah berusaha menyembuhkannya.

"Lebih baik," jawab Permiro.

"Malam ini bulan purnama, lebih baik kita segera pergi dari gubuk ini," lanjut Permiro.

"Lalu bagaimana dengan perempuan itu?" tanya None.

"Biarkan saja. Nanti kita kembali ke sini lagi."

"Baiklah, mari kita pergi," ajak None.

Mereka pergi meninggalkan Jasmine seorang diri. Sebelum mereka pergi mereka merubah wujud asli mereka yaitu serigala dan berlari masuk ke dalam hutan.

Jasmine telah kembali dengan membawa hasil tumbukannya di dalam sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat.

"Loh, mereka kemana?"

"Kenapa tiba-tiba pergi tanpa pamit?"

"Apa ini jebakan?"

Kini didalam gubuk yang hanya diterangi oleh cahaya dari obor yang ditempel di dinding yang juga digunakan oleh Jasmine untuk mencari daun peppermint tadi.

"Saat ini aku sendirian, di dalam hutan yang gelap," ucap Jasmine seraya menduduk dirinya di kasur kayu yang digunakan oleh orang tadi.

"Oh ya, nama mereka siapa ya?"

"Ini sudah sangat malam bahkan suara hewan mulai bermunculan."

"Ini seperti uji nyali bahkan lebih buruk."

"Aku tidak akan dimakan binatang buas, bukan? Semoga tidak." Bayangan buruk mulai bermunculan di otak Jasmine.

"Bagaimana nanti ketika tubuhku tercabik-cabik dalam keadaan aku sadar, uh... mengerikan." Bayangan itu semakin tergambar jelas di otak Jasmine.

"Mataku sangat mengantuk," ucapnya dengan mengusap matanya yang mulai berair.

"Tapi bagaimana aku tidur di keadaan yang sangat mengancam ini."

Jasmine kini mendudukkan dirinya di kasur kayu tersebut dengan posisi kaki yang di tekuk dengan kepala diantara lututnya.

Ngaum

Ngaum

Ngaum

Tiba-tiba terdengar suara ngauman serigala yang menambah kesan horor bagi Jasmine. Menyeramkan.

"Itu serigala siapa, astaga?"

"Serigala kalau kamu mengerti dengan apa yang aku ucapkan, tolong pergi," usirnya. Gila.

"Dagingku terasa hambar," lanjutnya.

Mungkin Jasmine mulai gila.

"Kau tahu tentang werewolf?" tanya Fanny ketika mereka sedang ada di ruang make up tempat Jasmine pemotretan.

"Tahu, itu sebuah mitos dari Eropa kuno, kan?" jawab dan tanya Jasmine.

"Menurutku itu bukan sekedar mitos," sangkal Fanny.

"Mengapa bukan*?"

"Aku pernah ketika malam bulan purnama pada saat itu ketika aku di desa di rumah nenekku yang dekat dengan bukit aku mendengar suara ngauman serigala," jelas Fanny dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah dan nada suara yang di buat seserius mungkin.

"Kau terlalu banyak membaca cerita tentang werewolf," ucap Jasmine tetap berusaha menyangkal.

"Bukan, Jasmine. Kau tidak mendengarkan ceritaku dengan baik!" kesal Fanny.

"Di ceritaku tadi aku mengatakan bahwa aku mendengarnya ketika aku di rumah nenekku sekali lagi di rumah nenekku," jelasnya lagi dengan menekan beberapa kalimatnya.

"Mungkin kau berhalusinasi atau kau terbayang-bayang dengan cerita yang kau baca itu," ucap Jasmine.

"Aku sangat sadar, Jasmine," ucap Fanny mulai geregetan.

"Aku mungkin bisa percaya ketika aku ada di sampingmu waktu itu atau kau punya saksi atau bisa juga bukti?"

"Ah, sudahlah," putus Fanny merasa lelah.

Tiba-tiba ingatan Jasmine berputar ketika dirinya dengan Fanny mendebatkan perihal werewolf itu.

"Apa yang diceritakan Fanny itu ada benarnya?"

"Sekarang bulan apa?" tanyanya dengan menengokkan kepalanya ke jendela yabg hanya ditutupi selembar kain.

"Bulan purnama! Lalu... jangan bilang ngauman tadi ngauman werewolf. Matilah aku," ucapnya dengan semakin menekan kepalanya diantara kedua lututnya.

*****

Berbeda dengan Jasmine yang tengah dilanda rasa takut, kini disebuah bukit dengan beratap bulan purnama yang terang telah berkumpul banyak serigala atau yang dapat disebut werewolf.

Alpha tertinggi di dimensi itu berdiri di atas bukit dengan tubuhnya yang gagah. Ngauman terus menerus terdengar dari serigala di sana hingga suara dari langit menghentikan mereka.

"Kalian para werewolf,"

Ngaum...

"Luna kalian telah datang, Luna sang Alpha telah datang."

"Tunggu dan sambut Luna dengan baik ketika dia sampai di kastil sang Alpha."

Ngaum...

"Luna kalian sangat istimewa butuh banyak perjuangan untuk menemukan keberadaannya."

"Tidak ada yang bisa menyentuhnya selain sang Alpha."

"Mate mu telah datang Alpha, siapkan dirimu untuk mendapatkan mate-mu yang sangat berharga dan istimewa itu."

Suara itu telah hilang diikuti dengan ngauman yang bersahut-sahutan lalu kumpulan itu berangsur bubar.

"Mate-ku telah datang, Orlan. Indera penciumanku benar, kita hampir menemukannya tadi, Orlan," ucap Maks girang.

"Ya, mate kita telah datang."

"Kita harus segera menemukannya."

"Dia sangat istimewa bukan berarti sangat susah untuk melacak keberadaannya," lanjutnya dengan lesu.

"Tidak apa, seberapa lama pun kita menemukannya dia tetap milik kita," ucap Orlan menenangkan.

"Sekarang kita kembali ke kastil."

*****

Di perjalanan None dan Permiro yang akan kembali ke gubuk dimana mereka meninggalkan seorang perempuan yakni Jasmine sendirian.

Mereka juga mengembalikan wujud mereka ke wujud manusia.

"Pemberitahuan tadi cukup mengejutkan, bukan?" tanya None.

"Ya, menurutmu siapa Luna itu?" tanya Permiro.

"Aku mungkin sedikit beranggapan bahwa Luna itu adalah perempuan yang berniat kita mangsa tadi," ucap None.

"Mengapa...? Maksudnya kenapa kamu berpikiran seperti itu?"

"Ketika aku mendengar pemberitahuan itu, pikiranku langsung tertuju pada kejadian tadi ketika kau diserang oleh kekuatan tak terlihat ketika akan memangsa manusia itu," jelas None.

"Kau tidak berpikir seperti itu? Tidak mungkin bukan manusia biasa memiliki kekuatan seperti itu," lanjutnya.

"Ya, itu bisa saja. Namun, bukankah dia dari tempat yang berbeda dan juga aku sedikit berpikir bahwa bisa saja manusia itu memiliki suatu kekuatan ghaib yang dia dapat dari dukun, mungkin," sangkal Permiro.

"Kau masih percaya dukun?" tanya None dengan terbahak.

"Itu bisa saja!" tandas Permiro.

"Ah, ini membuatku pusing. Di satu sisi bisa saja manusia itu Luna kita, tapi ada hal yang membuatku ragu," frustasi None.

"Sudahlah, tidak usah memikirkan hal itu. Lagi pula kita bukan bagian dari kastil itu. Kita hanyalah Rogue."

"Baiklah."

Kini mereka sudah berada di depan gubuk tadi.

"Kau kenapa?" tanya Permiro ketika melihat Jasmine.

Jasmine mendongak dan tiba-tiba memeluk Permiro. Permiro tersentak kaget, ingin menghindar namun, Jasmine memeluk erat tubuhnya. Yang membuatnya terheran kenapa tubuhnya baik-baik saja? Tidak seperti tadi yang terpental bahkan sebelum berhasil menyentuhnya.

Tidak hanya Permiro yang kaget None pun seperti itu.

"Hiks... hiks... kenapa kalian meninggalkanku sendirian disini?" tanya Jasmine sesenggukan dalam pelukan Permiro.

Tangisan Jasmine mengundang rasa bersalah di hati mereka.

TBC

Note :

Bantu tandain apabila ada kata yang belum sesuai ya <3

Tinggalkan jempol kalian👍

Oh ya ini updatenya jam 11 malam lebih, jadi mungkin selesai review hari besok♥️

Terpopuler

Comments

Bpearlpul

Bpearlpul

salam dari My Arrogant Princess kak

2022-05-05

0

Ranran Miura

Ranran Miura

werewolf kenal dukun juga rupanya 😁

2022-05-05

0

Ranran Miura

Ranran Miura

Serigala kamu mungkin 😆

2022-05-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!