The Realm Of Cultivation

The Realm Of Cultivation

TERLEMPAR KE DUNIA LAIN

Malam terasa telah larut meski jarum jam baru menunjukan pukul 21.00 dan ini saatnya bagi Ryana untuk kembali mengulik novel baru yang dia unggah di sebuah platform terkeren di kancah literasi. Sebuah pergelutan di dunia baru bagi Ryana.

"Novel bagus dengan gaya penulisan sekeren ini, tentunya harus diunggah di platform yang terbaik pula," bisik Ryana sambil tersenyum. Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu menekan tuts-tuts keyboard laptop miliknya untuk masuk ke platform di mana novelnya diunggah.

Gadis cantik berwajah oriental dan masih belum menikah itu masuk ke akun miliknya yang tercantum dengan namanya sendiri, yaitu Ryana Zhang. Mata bulat khas orang China-nya, langsung menemukan novel pertama hasil karya Ryana yang baru diunggah belum lama ini. 

"The Realm Of Cultivation ... kita bertemu lagi." Matanya berbinar saat melihat jumlah angka popularitas, suka dan favourite yang telah meningkat dalam beberapa hari ini. Tentu saja itu semua berkat ketelatenannya dalam menulis dan promosi di berbagai media serta menyarankan novel hasil karyanya kepada rekan-rekan kerja, saudara dan siapa saja yang dia kenal.

Derita seorang author pemula yang masih jauh dari kata famous, pemes yang biasa menjadi julukan untuk author terkenal dengan akun beratribut lencana bronze, silver, gold, platinum, diamond apalagi super star dan lain sebagainya. Semua istilah untuk seorang author yang telah banyak menghiasi opening, beranda, rekomendasi dan head banner. Tentu saja sebagai seorang author pemula, adalah hal yang wajar jika belum memiliki semua gelar kehormatan dari platform tersebut. Tetapi bagi Ryana Zhang, meski tanpa lencana menghiasi akun miliknya, itu tak jadi halangan untuk meniti pijakan karir dalam dunia literasi yang tengah dia geluti saat ini.

"Popularitas dengan simbol huruf K di belakang angka saja sudah membuatku bahagia, meskipun belum ada level karya yang menghiasi sudut kanan atas novelku. Aaahh sedih memang," gumam Ryana Zhang sambil meneguk secangkir teh hangat keemasan, bagai warna harapan gadis itu untuk menjadi novelis bintang seperti JK. Rowling, J.R.R Tolkien, Tang Jia San Shao, Zhou Munan, Mo Xiang Tong Xiu idolanya.

"Aahh, semoga saja suatu saat nanti aku bisa bertemu dengan sutradara Chen Jialin, Zou Ji Cheng atau Bai Yun Mo." Ryana Zhang tersenyum sendiri saat membayangkan para sutradara hebat yang telah menangani banyak drama silat kolosal terkenal seperti Chen Qing Ling dan Handsome Siblings.

"Huh, ngimpi mulu sih gue! Lebih baik liat-liat komentar fans gue yang udah bejubelan gini." Author pemula itu kemudian menekan tombol gulir untuk melihat komentar-komentar dari para pembaca setianya. Komentar pertama yang dibacanya sukses membuat gadis itu tersenyum senang.

Reader A - Keren Thor, tulisannya rapi dan alurnya mudah dipahami ... smangat ya Thor!

Author - Thanks, Kakak yang udah bersedia mampir ke karyaku ini. Thanks juga atas semangatnya.

Reader B - Bagus Thor, kalau bisa buatlah MC-nya kuat dan bisa bales dendam.

Author - Siap sayang ... thanks atas masukannya yaaa (Dengan bubuhan emoji hati tentunya)

Dua komentar baik membuat hatinya berbunga-bunga sampai dia meneteskan air mata haru, karena merasa mendapatkan dukungan mental yang luar biasa. Tentu saja bagi seorang author kecil, hal semacam itu adalah sebuah moodbooster yang rasa kebahagiaannya seperti baru saja mendapatkan jutaan uang kaget.

Puas dengan komentar pada chapter awal, sekarang Ryana beralih ke chapter berikutnya dan dia masih mendapati komentar yang membuat dia sangat baik-baik saja. Senyum manis tak henti-henti terkembang di bibir yang berpoleskan lipstik warna mate kesukaannya.

Ryana Zhang beralih ke chapter terakhir dan kali ini matanya dibuat terbelalak dengan jantung yang bagai disentak secara tiba-tiba. Matanya tertumpu pada beberapa komentar yang cukup membuatnya terkejut.

*R**eader X - Novel apaan ini? Isinya ampas doang*!

Author - Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca karya saya ini.

Ryana masih berusaha dengan sabar membalas komentar dari sang pembaca yang seperti tidak menyukai novel miliknya.

Reader Y - Tega amat sih lu Thor! Masa iya bocil abg gitu harus ngalamin digituin sama lima belas orang, jangan-jangan elu-nya yang emang s4ng3 Thor!

Reader S - Novel jelek aja ngarep dapet banyak like, huh! Kalo kepengin melejit lu ikutin selera pasar dong. Liat tuh karya mereka bagus-bagus gilak. Gak kek kayak novel modelan sampah gini!

Reader M - Thor, lu tega banget sih matiin jenderal segagah Luo Mian. Gue baru aja lagi dapet feel ma dia ... mending lu aja yang mati deh Thor daripada mas ayang jenderal gue yang lu matiin!

Reader S - Geregeten deh sama MC-nya! Kenapa sih lu setting dia sesampah itu? Bikinlah si MC itu kuat dan hebat. Bukannya malah jadi bocil yang dianuin banyak terong gitu!

Reader G - Nyesel rasanya aku ngabisin kuota cuma buat baca novel gak mutu kek gini! Bikin gue bangkrut tanpa dapet kepuasan sama sekali! Gue sumpahin, lu melarat juga Thor biar ngerti rasanya susah beli kuota buat baca novel kek gue!

Semua komentar hujatan yang dibacanya sungguh membuatnya bagai disambar petir di siang bolong. Semua sangat menyakitkan, mereka semua menghujatnya dengan berbagai cacian dan makian serta umpatan yang sudah melampaui batas.

"Jadi ... begini rasanya terkena cyberbullying?" Ryana mulai menangis sambil memegang dada. Dihempaskannya mouse laptop yang tengah dia pegang dengan perasaan hancur.

Ryana Zhang merasa frustrasi dan pusing, hingga tubuhnya terasa panas dingin dengan perasaan yang sudah melayang-layang tak menentu. Sakit di kepalanya sudah tak tertahankan lagi, meski dia sudah mencengkeram tangan kursi yang empuk seraya menjambaki rambutnya sendiri kuat-kuat. Namun, semua itu masih belum cukup untuk bisa menahan kesakitan yang menyerang kepala belakang. Pandangannya mulai kabur dan tampak gelap di mana-mana, hingga membuat tubuhnya terasa lemas, limbung dan terkulai.

Pada keesokan harinya, kedua orang tua Ryana sangat terkejut saat mendapati tubuh anak gadis mereka terkulai dengan wajah pucat pasi dan tak sadarkan diri. Mereka bergegas membawa Ryana Zhang ke sebuah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

PERALIHAN

Matahari terasa membakar kulit wajah seorang gadis belia yang tergeletak di tepi jalanan berdebu. Bau udara kotor terhirup, hingga paru-paru terasa sesak dan membuatnya bagai kehabisan napas. Rasa pusing yang baru saja menyerang, benar-benar membuat dia tak berdaya. Gadis itu masih berada dalam ambang kesadaran yang belum juga bisa dibangunkan secara total. Namun, telinganya sudah bisa menangkap suara keributan yang berselentingan di sekitarnya

"Nona! Nona! Bangunlah!" Terdengar panggilan seorang lelaki sangat mirip dengan suara paman tukang kebun yang biasa memanggil saat ada hal baik untuknya.

"Nona, cepatlah bangun! Pasukan Jenderal Luo Mian akan segera melewati jalan ini!" Suara lain terdengar lebih keras disertai kepanikan dalam nadanya.

"Pasukan jenderal? Apa-apaan ini?" Gadis itu bertanya dalam hati. Kesadaran Ryana mulai penuh, dia mulai bisa membuka matanya secara perlahan. Silau sinar surya berhasil membuat sepasang mata bulat itu mengerjap kesakitan hingga beberapa kali, akibat penglihatannya yang secara langsung tertimpa bias cahaya panas menyengat di siang itu.

"Haaa ... di mana aku? Dan siapa mereka?"

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

tubuh asli ryana blm mati kah?

2023-01-20

1

kena sopiler

2023-01-20

1

seperti teringat seseorang yang pernah bilang gini juga 🤔

2023-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!