KILAS BALIK

Pada malam harinya, Ryana Zhang terlihat sibuk menghadapi isi peti kayu berukir yang baru saja dia dapatkan. Gadis itu memegang sebuah gulungan kain kertas berwarna cokelat yang terlihat usang sambil mengingat-ingat sesuatu. Berbekal nyala lentera minyak sebagai penerangan, dia mulai membaca gulungan kertas usang tersebut. Sebuah kitab panduan ilmu kultivasi dan secarik kisah tentang asal-usulnya.

"Aku sekarang sadar di mana aku saat ini. Semua benda-benda ini memang aku tulis di novelku ... hmm. Baiklah, mari ingat-ingat lagi alurnya!" Gadis itu kemudian meraih sebuah pena dari bulu ayam yang harus dicelupkan terlebih dahulu ke dalam tinta cair. Dia berpikir untuk menulis ulang kembali alur novelnya yang baru mencapai sepuluh chapter saja.

"Untungnya aku belum memiliki terlalu banyak chapter, jadi aku tidak begitu kesulitan untuk menulis ulang di duniaku yang sekarang ini. Hanya saja ... mengapa aku justru masuk ke dalam tubuh tokoh bernasib sial ini?" Ryana mendengus kesal. "Zhang Rui ini bukan tokoh utama meskipun dia adalah seorang putri raja. Bahkan, aku telah membuat nasib yang sangat buruk untuknya di usia enam belas tahun!"

"Aaahh, aku harus menulis ulang untuk mengingat nasib sial apa saja yang dialami oleh si gadis pengemis ini. Lalu, aku harus bisa dan akan berusaha mengubahnya!" Ryana Zhang mengepalkan tinjunya.

Ryana Zhang terus menulis hingga larut malam dan tertidur di atas kertas-kertas usangnya karena kelelahan. Hingga ada keesokan harinya, gadis itu mendapati dirinya masih berada di tempat semula. Ryana menguap dan menggeliatkan tubuh guna meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

"Aku masih di sini rupanya! Padahal aku berharap saat bangun dari tidurku, aku sudah berada di kamarku." Gadis itu bersungut-sungut dengan perasaan kesal sambil membereskan semua kertas-kertas yang masih berserakan.

Mata Ryana tertumpu pada tulisannya sendiri sambil membaca setengah bergumam, "Pada usia enam belas tahun, Zhang Rui berangkat mengemis seperti hari-hari sebelumnya. Di tengah jalan saat pulang, Zhang Rui dihadang oleh sekelompok bandit hutan berjumlah lima belas orang dan ...."

Mata Ryana Zhang membelalak lebar. "Aaaaaahh! Tidaaaaak! Mengapa aku bisa membuat cerita seperti ini di novelku?"

"Dan itu terjadi pada Zhang Rui di usia enam belas tahun! Lalu, berapa usiaku saat ini?" Ryana Zhang menjadi penasaran dan ketakutan. Dia kembali mengingat-ingat scene saat pertama melihat Jenderal Luo Mian. "Lima belas tahun! Ya, saat ini aku berusia lima belas tahun. Dan aku masih punya waktu untuk mengubahnya!"

Gadis itu berdiri dan berjalan mondar-mandir sambil terus berpikir. "Jadi, orang tua itu memang benar. Aku harus membangkitkan kekuatan milik tubuh ini. Setidaknya kalau scene itu datang, aku bisa melawan dan memusnahkan para bandit itu!"

"Yah, itu catatan pertama yang harus kuingat-ingat!" Ryana merasa bergidik sendiri saat membayangkan dirinya digagahi oleh lima belas bandit hutan. "Pantas saja para readers-ku menghujatku. Aku baru mengerti sekarang. Dan sialnya, aku seperti sedang terkena karma buruk dari kisah yang aku buat sendiriiiii!"

Gadis itu menutup wajahnya, betapa menyesalnya dia karena telah menuliskan kisah seorang main character yang bernasib sial seperti Zhang Rui. Ryana Zhang masih terus membaca chapter berikutnya "Zhang Rui ini sangat mengagumi Jenderal Luo Mian, tapi putri menteri kiri yang bernama Zhou Yunyang juga menyukai Jenderal Luo Mian dan dalam chapter itu Jenderal Luo Mian bahkan tak menyukai wanita ... aaaahhh! Jadi mungkin ini juga yang membuat hujatan readers? Aku hampir saja membuat scene jeruk makan jeruk antara Jenderal Luo dan asisten pribadinya!"

"Ruiiii! Keluarlah segera, Naaak! Kita akan bersiap-siap ke Hutan Mistis untuk memulai latihanmu!" Terdengar suara Zhang He memanggilnya.

"Ya, sebentar lagi! Aku akan bersiap-siap, Ayah Angkaaaat!" sahut Ryana Zhang sambil membereskan semua peralatan tulisnya. Sepertinya, dia memang berencana untuk membawanya serta ke Hutan Mistis. "Mengubah takdirku sendiri di alur novel ciptaanku, agar aku bisa secepatnya bisa kembali ke duniaku dan me-revisi novelku!" 

"Semoga setelah berkultivasi di hutan itu, aku bisa menjadi kuat agar aku mampu melawan para pemberontak yang menyerang istana dan menahan kaisar dan terutama para bandit liar menjijikan itu!" Ryana Zhang terus bepikir.

Bagaimanapun juga, dia tahu sekali akan kemalangan kaisar dan permaisuri juga putri mereka yang tubuhnya kini ditempati olehnya. "Zhang Rui adalah Zhu Ziya. Dan putri mahkota ini harus menyamar jadi pengemis agar tidak diketahui identitasnya oleh para pemburu yang merupakan suruhan dari Menteri Kiri Zhou Weiyang dan Selir Li."

"Ya Tuhaaaaan! Mengapa aku buat kisah rumit seperti ini? Perebutan tahta dan perebutan lelaki juga, sedangkan si protagonis tak memiliki keinginan pada perempuan. Jadi ... bagaimana caranya agar Jenderal Luo menjadi menyukai Zhang Rui?" Pikiran gadis itu semakin tak menentu. "Aaahh, pikirkan saja nanti! Sekarang aku harus segera bersiap-siap untuk keberangkatanku dan ayah angkat ke Hutan Mistis!" 

Ryana Zhang sang author yang tersesat dalam kisah novelnya sendiri itu segera menyambar tas rajut benang rami yang dibuatnya sendiri tanpa meggunakan jarum kait. Ya, dia dan Zhang He saat ini terlalu miskin. Meskipun hanya untuk membeli sebatang jarum yang paling murah pun, mereka masih tidak mampu. Sungguh Keadaaan yang sangat tidak layak untuk seorang putri mahkota seperti Putri Zhu Ziya.

Ryana Zhang keluar dari kamarnya dan masih berpakaian kumal seperti hari kemarin. Hanya ada dua stel pakaian yang dia miliki, itu pun juga sudah penuh dengan tambalan di sana sini. Lagi-lagi gadis itu harus bertemu dengan sebongkah roti tepung beras yang kasar dan terasa tawar untuk sarapan paginya beserta seguci air putih. Tak ada hidangan lezat seperti saat dirinya masih di dunia moderen yang sudah sangat dia rindukan. Kekasihnya, keluarganya, teman-teman dan pekerjaannya. Ryana hanya bisa menghela napas sembari menahan rasa tidak enak pada roti tepung yang sedikit bantat dan keras. Baginya, mungkin ini masih lebih baik daripada pergi dalam keadaan perut kosong. 

"Ayah, ibu ... aku rindu kalian semua!" bisik hati Ryana Zhang sambil menitikan air mata, saat kembali terbayang wajah orang-orang yang sangat dirindukannya.

"Selamat pagi, Ayah Angkat!" sapa Ryana atau Zheng Rui saat melihat Zhang He telah berdiri di depan pintu.

"Selamat pagi, Rui." Pria tua itu mendatanginya dengan bertatihkan tongkat dari bilah bambu gading yang merupakan lambang dari kelompok Pengemis Bambu Kuning. "Kita akan segera berangkat setelah kau selesaikan sarapanmu. Maafkan ayah yang tak bisa memberimu makanan yang lebih baik dari ini." 

 "Tidak mengapa, Ayah. ini sudah cukup enak." Ryana terpaksa berbohong agar lelaki itu tak menjadi sedih. "Apakah Ayah sudah sarapan?"

"Sudah, Rui." Zhang He terbatuk beberapa kali setelah menjawab pertanyaan dari anak angkatnya itu.

"Apakah Ayah baik-baik saja?" tanya Zhang Rui tampak khawatir pada keadaan pria tua yang telah mengasuhnya sejak dia ditinggal sang ibunda permaisuri. "Kalau keadaan Ayah sedang tidak begitu baik, mungkin ada bagusnya jika kita tunda dulu kepegian kita. Tunggulah hingga Ayah benar-benar sehat." 

"Tidak apa-apa, Rui. Ini penyakit lama yang sulit untuk disembuhkan," jawab Zhang He. "Kita tetap akan berangkat ke Hutan Mistis itu hari ini." 

"Tapi, Ayah!" 

"Tidak ada tetapi, Rui!"

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sangga Buana

Sangga Buana

Biar hati2 kalo buat cerita

2022-08-23

2

Gembelnya NT

Gembelnya NT

Kalau isekainya di antara tuan muda Zijin keknya betah dan ogah pulang, lah ini ma orang2 buluk semua 😬😬

2022-07-12

1

_zainwushi

_zainwushi

jangan harap kembali semudah itu jie hahahha

2022-07-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!