Stalkerku Seorang Konglomerat
Riana Rosalina adalah seorang gadis cantik berusia 16 tahun. Ia memiliki rambut panjang yang sangat halus, kulit berwarna putih yang halus dan bola matanya berwarna coklat keemasan sehingga tidak heran jika banyak pria yang tertarik padanya.
Di pagi hari yang cerah ini, gadis itu pergi kesekolah dengan berjalan kaki. Ia bersekolah di sebuah sekolah menengah atas yang bernama SMA Harapan Jaya.
"Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, aku harus segera bergegas agar tidak terlambat." Mempercepat langkah kakinya.
Ia hidup sebatangkara, kedua orang tuanya meninggal disaat usia nya masih 7 tahun. Kematian kedua orang tuanya lah yang membuatnya harus tinggal di sebuah panti asuhan.
Setelah umurnya genap 16 tahun, gadis malang itu Memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan bertahan hidup sendirian di dunia yang kejam dan tidak mengenal belas kasih.
Wusshhh...wushh....
Suara berbagai macam kendaraan beroda melintas di jalan raya. Gadis malang itu sedang menunggu lampu rambu lalu lintas berubah menjadi warna hijau.
"Di hari pertama masuk sekolah aku harus bersikap baik agar memiliki teman." Bergumam sembari melamun hingga tidak sadar bahwa rambu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau.
Menyadari lampu rambu lalu lintas telah berubah menjadi warna hijau, ia segera berlari menyebrang jalan karena khawatir jika lampu rambu lalu lintasnya kembali menjadi warna merah sebelum ia menyebrang.
Duaakkkk
Gadis itu menabrak seorang wanita cantik bermata sipit yang seumuran dengannya. Wanita itu sedang bersama dengan dua temannya dan mereka berseragam yang sama dengan seragam yang ia kenakan.
"Aduhh... kurang ajar!" Wanita bermata sipit itu marah dan membentaknya.
Menyadari akan kesalahannya, ia segera meminta maaf kepada wanita yang telah ia tabrak.
"Astaga! Maaf... saya tidak sengaja menabrak kamu.” Menundukkan kepalanya.
“Lain kali kalau jalan matanya dipakai!"
"Sekali lagi saya minta maaf! Saya tidak sengaja menabrak kamu." Ucapnya dengan nada suara yang ketakutan.
Perselisihan tersebut menarik perhatian setiap orang yang melintas sehingga wanita bermata sipit tersebut memutuskan untuk membiarkannya pergi karena tidak mau menarik perhatian lebih banyak.
"Ya sudah! Cepat pergi sana! Gue jijik liat muka lo."
Gadis malang itu berlari sekuat tenaga dengan napas yang terengah-engah. Semenjak kecil ia sering mendapatkan hinaan dari orang lain sehingga ia tidak terlalu sakit hati disaat dirinya dihina.
Hahahahaha
Ketiga wanita itu tertawa melihat Riana yang segera berlari setelah dihina dan di usir oleh teman mereka.
"Apa kalian tadi melihat ekspresi wajahnya? Sangat lucu sekali, hahaha."
"Haha.. sepertinya dia takut kepadamu, Risma."
Rupanya wanita sipit yang menghina gadis malang itu bernama Risma.
"Itu sudah pasti. Gue kan anak orang kaya, orang tua gue punya bisnis butik!" Menyombongkan diri dihadapan kedua temannya.
"Teman kami memang hebat! Benarkan, ruthfi?" Menepuk pundah Risma beberapa kali.
"Tentu saja, Anggi. Risma adalah teman kita yang paling hebat.”
Hahahaha…
Mereka tertawa terbahak-bahak hingga terjadi lah peristiwa aneh yang terjadi kepada Risma si wanita bermata sipit itu.
Wuushhhhh
Suara hembusan anging, ia pun berhenti tertawa dan menoleh kebelakang.
Terdapat sosok seorang pria memakai hoodie dan masker berwarna hitam sedang mengamatinya dari seberang jalan.
Bulu kuduknya berdiri seketika.
"Si.. siapa itu?”
Muncul segerombolan orang-orang melintas didepan pria berhoodie itu secara tiba-tiba sehingga menghalangi penglihatannya.
Kyakkk
Ia berteriak karena pria berhoodie tersebut menghilang setelah segerombolan orang-orang melewatinya.
Kedua temannya terkejut karena ia berteriak secara tiba-tiba.
“Kenapa kamu tiba-tiba berteriak, Risma?” Memasang wajah kebingungan
“Iya, kenapa kamu berteriak secara tiba-tiba? Kami kan jadi terkejut.”
“Tadi aku kaget karena di bajuku ada serangga, hahaha.” Berbohong kepada dua temannya karena tidak ingin dianggap aneh.
Hmm...
Teman-temannya masih memandang dirinya dengan wajah kebingungan.
"Sudahlah, ayo kita pergi! Nanti kita bisa terlambat masuk sekolah." Menarik lengan kedua temannya dengan wajah yang masih ketakutan.
Mereka pun bergegas pergi kesekolah karena tidak mau terlambat dihari pertama masuk sekolah.
Sementara itu, Riana sudah sampai di sekolah dan sedang mencari lokasi kelasnya berada.
"Wah.. sekolah ini sangat besar dan mewah. Aku tidak mengira aku bisa mendapatkan beasiswa di sekolah ini.” Berjalan sembari melihat sekeliling lorong yang ia lewati.
Kecantikan gadis itu menarik perhatian banyak pria di sekolahnya sehingga membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Wah... cantik bangat tuh cewe."
"Cantik sekali, Apa aku coba mendekatinya, ya?"
"Ha..ha..ha.. dia tidak mungkin mau sama kamu."
Gadis malang itu mendengar pembicaraan para pria tersebut dan ia merasa tidak nyaman sehingga mempercepat langkah kakinya.
Drap.. Drap..
Tiba-tiba muncul seorang pria di dapannya, pria itu memiliki banyak jerawat dimukanya
"Hai cantik! Boleh kenalan?" Berbicara dengan santai sambil membenarkan posisi rambutnya.
"Maaf... saya harus segera pergi!" Mengabaikan pria berjerawat itu dan pergi meninggalkannya.
Kyaakkkk
Pria itu mengejar Riana dan menarik tangannya dengan paksa. Kegaduhan pun terjadi seketika dan menjadi tontonan murid-murid lainnya.
"Berani-beraninya lu mengabaikan gua!" Berbicara kasar.
"Ma..maaf! Saya tidak bermaksuk mengabaikan kamu." Menahan sakit karena tangannya ditarik dengan paksa.
"Halah... jangan banyak alasan lu!"
Murid-murid saling berbisik-bisik sembari menonton kejadian tersebut.
"Gila... kasar bangat tuh cowo! Siapa sih dia?"
"Kamu tidak tahu? Dia adalah anak kelas dua jurusan IPS, namanya Doni Anggara."
"Tunggu... maksudmu dia adalah orang yang dirumorkan itu? Salah satu Pemimpin kelompok berandalan dari kelas dua?"
"Iya! Dia orangnya."
"Kasihan sekali ya wanita itu."
"Iya.. tetapi wanita itu memang cantik, wajar saja jika si berandalan itu tertarik padanya."
Tidak ada satupun marid yang berani menolong gadis malang itu karena tidak mau terlibat masalah di hari pertama masuk sekolah.
Ditengah kegaduhan yang terjadi, datanglah seorang pria tampan berbadan kekar dari kelas dua bernama Vinter. pria itu memiliki wajah yang tampan, tubuh yang tinggi, dan rambut berwarna putih seperti salju.
"Wah...wah... aku tahu kamu salah seorang pemimpin kelompok berandalan di sekolah ini tetapi aku tidak menyangka kamu akan mengganggu adik kelas pagi-pagi begini. Terlebih dia adalah seorang wanita." Ucap pria bernama Vinter sembari berjalan menghampiri gadis malang itu.
"Vinter? apa yang sedang lu lakuin di sini?"
"Seperti biasa, gaya bicaramu sangat kasar, Doni."
"Tidak usah banyak bicara! Apa yang lu mau hingga datang ke sini?" Memandang tajam dengan penuh kebencian.
"Lepaskan tanganmu dari gadis itu dan serahkan dia kepadaku!" Menunjuk Riana yang sedang merintih kesakitan dengan jari telunjuknya.
"Tunggu... jangan bilang lu juga tertarik dengannya?"
"Kamu tidak perlu tahu alasannya, yang jelas aku sudah menyuruhmu untuk lepaskan tangannya!"
Vinter mengeluarkan tangan kanannya dari dalam saku celana kemudian mencengkram tangan Doni yang memegang tangan gadis itu.
"Ma..mau apa lu?" Gemetar ketakutan.
"Entahlah.... coba tebak apa yang akan ku lakukan!" Tersenyum sembari meremas pergelangan tangan Doni sekuat tenaga.
"Ahhh... sa..sakit!" Merintih kesakitan.
Beberapa saat setelah tangannya dicengkram oleh Vinter, akhirnya ia melepaskan tangannya dari gadis malang itu.
"Awas saja lu..... gua akan membalas semua penghinaan ini!" Berlari menjauh dari Vinter dan Riana.
pria berjerawat yang bernama Doni itu pergi sambil memegang pergelangan tangannya yang sakit karena dicengkram sekuat tenaga oleh Vinter.
Setelah itu suana menjadi aman dan damai. Seluruh murid yang menyaksikan sudah pergi meninggalkan tempat itu satu per satu dan hanya menyisakan Riana dengan Pria berambut putih.
"Terimakasih sudah membantu saya."
"Tidak perlu berterimakasih. Perkenalkan, namaku vinter Soyala. Panggil saja Vinter!" Tersenyum sembari menjulurkan tangannya ke arahnya untuk mengajaknya bersalaman
"Ah.. iya, salam kenal! Namaku Riana!"
Mereka berjabat tangan dengan sedikit rasa canggung anatara satu sama lain.
"Omong-omong, kamu mau pergi ke kelas ya?"
"Iya! Saya ingin pergi ke kelas tetapi saya tidak tahu dimana kelasnya berada.”
"Kalau begitu, bagaimana jika aku mengantarkanmu ke kelas? Kamu kelas berapa?" Tersenyum ramah.
"Saya kelas 1-2! Apa tidak masalah kalau Kak Vinter mengantarkan saya sampai ke kelas?" Merasa tidak enak hati karena takut merepotkan orang yang baru ia kenal.
"Iya.. aku tidak masalah. Sekarang mari kita pergi ke kelasmu!"
“Baiklah kalau begitu.”
Vinter pun mengantarkan gadis itu ke kelasnya sambil berbincang-bincang di tengah perjalanan menuju kelas.
"Anu.... apakah saya boleh menanyakan beberapa hal kepada Kak Vinter?"
"Tentu saja boleh! Apa yang mau kamu tanyakan?"
"Siapa pria yang menarik paksa tanganku tadi?”
"Ohh... jadi itu yang ingin kamu tanyakan! Namanya adalah Doni, dia ketua dari kelompok berandal yang bernama White Tiger."
drrttt…
Gemetar ketakutan ketika mengetahui bahwa pria berjerawat itu adalah ketua kelompok berandalan di sekolahnya.
"Ke.. ketua kelompok berandalan? Apa tidak masalah jika kakak mencari masalah dengannya?” Menatap Vinter dengan penuh kekhawatiran.
"Kenapa aku harus takut? Kakak ku adalah ketua kelompok berandal nomor satu di sekolah ini, nama kelompoknya adalah The Power Of Money. Setelah kakakku lulus dari sekolah ini aku adalah kandidat penerus pemimpin kelompok itu." Membalas tatapan gadis itu dengan penuh rasa percaya diri.
"Kelompok berandal nomor satu?"
"Iya! Kelompokku adalah kelompok paling kuat di sekolah ini! Kamu tenang saja, Doni tidak akan berani macam-macam terhadapku."
"Tetapi bagaimana jika ia berbuat jahat padamu nanti?"
"Yah... aku hanya perlu menghacurkan dia dan kelomponya. Sudah kubilang bukan? Kelompokku paling kuat di sekolah ini dan sesuai namanya, kelompokku bekerja dengan baik sesuai uang yang diterima." Vinter tersenyum ke arah gadis itu.
karena tidak mengerti dengan penjelesalan Vinter, gadis itu kembali bertanya kepadanya dengan ekspresi wajah yang kebingungan.
"Sesuai dengan uang yang diterima? Apa yang kamu maksud, Kak Vinter?"
"Kamu tidak perlu memperdulikan perkataanku barusan, aku hanya asal bicara." Tersenyum ramah sambil memalingkan wajahnya seolah-olah tidak ingin meneruskan pembicaraan.
Tidak terasa mereka telah sampai di depan pintu ruang kelas 1-2.
"Terimakasih sudah mengantarkan saya, Kak Vinter!"
"Sama-sama! Jika kamu perlu bantuan, jangan sungkan meminta bantuan padaku!" Ucap vinter sembari berjalan meninggalkan Riana.
Teng...teng...teng...
Bel masuk pun berbunyi beberapa saat setelah Vinter pergi meninggalkan gadis itu dan seluruh murid termasuk Riana memasuki ruang kelasnya masing-masing untuk mengikuti pembelajaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
MEMEY
salam kenal kak dari terbayang kenangan mantan dan wanita simpanan 😁
2022-06-20
1
Sri Wahyuni
sepertinya seru, coba mampir dulu, 🤓🤓🤓🤓🤓🤓
2022-06-16
2
Fitri Yani
aq bca komen nya dlu kta seru2 dan coba mmpir🤔🤔🤔
2022-05-30
2