Vinter Soyala

Klekkk..

Suara pintu kelas dibuka.

"Wahhh.. aku tidak mengira kalian sampai secepat ini." Berjalan masuk ke dalam ruang kelas.

"Kamu saja yang terlalu lama membeli makanannya." Kharisma menjawab dengan ketus.

Mereka bertiga duduk berdekatan dan saling berbincang antara satu sama lain sambil memakan jajanan yang mereka beli di kantin.

"hmm... aku masih penasaran denganmu."

"Apa yang membuat kamu penasaran terhadapku, Kharisma?” Menjawab sembari membuka plastik ice cream.

"Siapa kamu sebenarnya dan dari mana kamu? Ceritakan kepadaku tentang latar belakang hidupmu!" Memegang tangan gadis itu dengan lembut.

Ia merasa ragu ketika ingin menceritakan masa lalunya karena takut kedua teman yang baru saja ia kenal pergi meninggalkannya setelah mengetahui latar belakang hidupnya.

"Apakah aku harus menceritakan latar belakang hidupku?" Bertanya dengan wajah yang penuh keraguan.

"Kamu boleh menolak jika tidak mau menceritakannya.”

"Ti.. tidak.. bukan seperti itu.”

Gadis itu merasa kebingungan, ia tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi tersebut.

"Lalu kenapa?" Tanya Reynold sambili memakan kebab yang ia beli di kantin.

"Aku hanya takut kalian akan pergi meninggalkanku jika mengetahui latar belakang hidupku." Memasang wajah yang penuh dengan kesedihan.

"Bagaimana bisa aku dan Reynold pergi meninggalkanmu? Sementara nasib keluarga kami berada di genggaman tangan ‘pria itu’." Kharisma bergumam dengan ekspresi wajah yang datar.

Reynold yang sedang memakan kebab seketika tersedak hingga mengeluarkan batuk.

Uhukkk.. uhukk..

“Kamu kenapa, Reynold?”

“Aku hanya tersedak, kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku, Riana!” Tersenyum ramah setelah tidak tersedak lagi.

Pria bermata ungu itu menoleh ke arah Kharisma dan menatapnya dengan tatapan yang tajam.

"Apa yang kamu katakan tadi, Kharisma? Suara mu sangat kecil sehingga aku tidak mendengarnya" Gadis itu bertanya sambil memakan ice cream.

"Tidak.. aku tidak mengatakan apa pun. Mungkin tadi kamu salah dengar." Tersenyum ramah.

"Baiklah, kamu benar! Mungkin tadi aku salah dengar.”

Gadis itu sangat baik dan polos sehingga ia mudah mempercayai perkataan orang lain. Terlebih Kharisma adalah teman yang dianggap berharga olehnya.

“Aku ingin pergi ke toilet sebentar.”

Ia beranjak dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Kharisma dan Reynold.

Haaaa…

Suara Reynold menghela nafas dengan wajah yang terlihat lelah.

"Apa yang baru saja kamu lakukan? Bagaimana jika dia mendengar perkataanmu tadi?" Memarahi Kharisma.

"Aku tahu! aku tidak sengaja melakukannya. Jadi jangan memarahiku seperti itu karena aku tidak menyukainya."

Haaa…

Kembali menghela napas.

"Lain kali berhati-hatilah! Riwayat hidup kita akan tamat jika membuat pria itu marah."

Pria bermata biru itu seketika berhenti memarahi Kharisma dan kembali memakan kebab yang ia beli di kantin.

"Mau aku pikirkan beberapa kali pun ini memang sangat aneh. Bagaimana bisa gadis yang polos dan sebaik dia bisa berurusan dengan 'pria' yang menyeramkan itu." Ucap Kharisma sambil memakan ice creamnya.

"Aku juga merasa sangat penasaran tetapi kita turuti saja kemauannya agar kehidupan keluarga kita menjadi lebih aman dan sejahtera."

Wanita bermata biru itu menganggukkan kepalanya yang menandakan bahwa dia setuju dengan perkataan Reynold.

Sepuluh menit pun telah berlalu, Riana sedang dalam perjalanan menuju ke kelas setelah dari toilet.

"Wahh.. aku masih tidak menyangka bisa sekolah di sini. Mendapatkan beasiswa di sekolah ini merupakan keberuntungan terbesar dalam hidupku.” Berjalan sambil melihat sekeliling.

Brakkkk

Gadis itu menabrak punggung seorang pria yang sedang berdiri di depannya.

"Ma.. maaf! Saya tidak sengaja." Segera meminta maaf kepada orang yang telah ditabraknya

"Kalau jalan hati-ha..." Pria tersebut menoleh kebelakang lalu berhenti berbicara karena terkejut setelah mengetahui siapa orang yang telah menabraknya.

"Ka.. Kak Vinter?"

"Riana? Sedang apa kamu disini?"

Mereka berdua sama-sama terkejut sehingga tidak tahu harus berbicara apa antara satu sama lain.

"Hei, kamu! Kalau jalan lihat-lihat dong!”

Seorang pria berkulit hitam yang merupakan teman Vinter membentak gadis malang itu sehingga membuatnya ketakutan.

“Sa.. saya benar-benar minta maaf.” Gemetar ketakutan.

“Teman gua jadi kesakitan karena lo tabrak. Pokoknya lo harus bayar sebesar 1 juta rupiah sebagai uang ganti rugi”

Pria berkulit hitam itu mencoba memeras Riana dengan alasan sebagai uang ganti rugi karena sudah menabrak temannya.

"Saya benar-benar tidak sengaja menabrak Kak Vinter dan saya juga tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membayar ganti rugi." Menahan diri agar tidak menangis.

"Apa? Lo tidak mempunyai uang? Pokoknya lo harus ganti rugi! Lo tidak lihat teman gua kesakitan karena lo tab..." Pria tersebut berhenti berbicara setelah melihat Vinter yang menatapnya dengan wajah yang penuh dengan kemarahan.

Hikss.. hiks..

Gadis itu tidak kuat menahan air matanya lalu menangis tersedu-sedu.

Melihatnya menangis, Vinter segera mengusap air mata gadis itu menggunakan kedua tangannya.

"Tidak apa-apa! Kamu tidak perlu membayar uang ganti rugi karena aku baik-baik saja." Mencoba menenangkan Riana yang sedang menangis.

"Apakah benar Kak Vinter baik-baik saja?"

ia berhenti menangis lalu bertanya kepada pria berambut putih tersebut dengan tatapan yang bersungguh-sungguh.

Vinter menoleh ke arah temannya yang sedang kebingungan dengan situasi yang terjadi.

"Aku sangat baik-baik saja. Bukankah begitu, Diki?" Menatap pria berkulit hitam dengan wajah yang penuh dengan kemarahan.

Pria itu gemetar ketakutan sehingga hanya bisa menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kamu lihat sendiri kan? Temanku menganggukkan kepalanya." Kembali menoleh ke arah Riana dengan senyum yang ramah.

"Baiklah.. kalau begitu apakah saya boleh pergi? Saya harus segera menemui teman-teman saya di kelas." Mengusap kedua matanya yang basah karena menangis.

"Tentu saja boleh." Memberikan jalan kepada Riana untuk pergi.

“Terimakasih, Kak Vinter.”

Gadis itu segera pergi ke kelasnya sehingga hanya tersisa Vinter dan pria berkulit hitam di tempat itu.

"Apa yang baru saja kamu lakukan?" Vinter menarik kerah baju milik temannya.

"Ke.. kenapa kamu semarah ini? Aku hanya mencoba memeras gadis itu seperti kita memeras anak-anak lain untuk mendapatkan uang." Gemetar ketakutan menghadapi Vinter yang sedang marah.

Brakkk

Ia mendorong temannya tersebut hingga jatuh tersungkur di lantai.

"Lain kali jangan mencari masalah dengan gadis itu karena ia adalah target 'permintaan nomor satu' yang harus kita lindungi." Mencoba meredakan amarahnya karena pria tersebut merupakan rekan satu kelompok dengannya.

"Pe... permintaan nomor satu? Maksudmu permintaan yang menggemparkan kelompok kita?"

"Iya! Maka dari itu kamu jangan mencari masalah dengannya! Jika dia berada dalam kesulitan kita harus menolongnya karena keselamatan dan kenyamanannya selama bersekolah disini merupakan tugas kita."

"Ba.. baik! Akan aku ingat perkataanmu." Pria tersebut menjawab perkataan Vinter sembari mencoba untuk berdiri.

"Nama anak itu adalah Riana Rosalina dan dia berasal dari kelas 1-2. Segera beri tahu kakakku dan seluruh anggota kelompok kita tentang wanita itu agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi!"

Pria tersebut menganggukkan kepalanya dan segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Ahh... tunggu sebentar, Diki!"

Ia berhenti berjalan dan memalingkan wajahnya ke arah Vinter.

"Katakan juga kepada mereka untuk membantu gadis tersebut jika ia sedang berada dalam kesulitan"

Pria berkulit hitam tersebut menganggukkan kepalanya lagi lalu kembali bergegas untuk menyampaikan perintah Vinter kepada kakaknya dan seluruh anggota kelompok. Tidak lama setelah Diki pergi, Vinter juga pergi ke suatu tempat sendirian dengan wajah yang masih menahan amarah.

Episodes
1 Hari Pertama Masuk Sekolah
2 Dua Teman Baru
3 Vinter Soyala
4 Rutinitas Yang Melelahkan.
5 Pria Berhoodie
6 Awal Dari Kehancuran Risma
7 Pria Berambut Pirang
8 Hilangnya Pria Berhoodie
9 Handphone Baru Pemberian Teman
10 Tiga Teman Pria Baru
11 Kehancuran Risma Yang Semakin Dekat
12 Ketua Osis Dan Wakilnya
13 Menghabiskan Waktu Bersama Daniel
14 Perkumpulan Ekskul Wartawan
15 Berita
16 Berita 2
17 Berita 3
18 Berita 4
19 Vinter dan Yongi
20 Vinter dan Yongi 2
21 Vinter Dan Yongi 3
22 Vinter Dan Yongi 4
23 Vinter Dan Yongi 5
24 Vinter Dan Yongi 6
25 Siuman
26 Monica Arumi
27 Sebungkus kue
28 Permintaan Maaf
29 Permintaan Maaf 2
30 Kharisma
31 Kharisma 2
32 Kharisma 3
33 Kharisma 4
34 Kharisma 5
35 Kharisma 6
36 Kembalinya Pria Berhoodie
37 Kembalinya Pria Berhoodie 2
38 Pedestrian Area
39 Pedestrian Area 2
40 Pedestrian Area 3
41 Kehilangan Jejak
42 Amarah
43 Amarah 2
44 Menjenguk
45 Menjenguk 2
46 Pekerjaan Baru
47 Pekerjaan Baru 2
48 Memulai Pekerjaan Baru
49 Pencuri
50 Hantu?
51 Bos Baru Riana
52 Raka Arnanto
53 Osis
54 Rapat Osis
55 Wawancara Osis
56 Pengajaran Feng Ying
57 Penguntit?
58 Reynold
59 Reynold 2
60 Reynold 3
61 Reynold 4
62 Daniel Hendak Dipecat
63 Mentraktir Teman
64 Perselisihan Empat Pria Kekanakkan
65 Bos Datang Berkunjung
66 Jalan-Jalan Di Mall Bersama Bos
67 Monica Mulai Bertindak
68 Rencana Pengusiran Monica
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Hari Pertama Masuk Sekolah
2
Dua Teman Baru
3
Vinter Soyala
4
Rutinitas Yang Melelahkan.
5
Pria Berhoodie
6
Awal Dari Kehancuran Risma
7
Pria Berambut Pirang
8
Hilangnya Pria Berhoodie
9
Handphone Baru Pemberian Teman
10
Tiga Teman Pria Baru
11
Kehancuran Risma Yang Semakin Dekat
12
Ketua Osis Dan Wakilnya
13
Menghabiskan Waktu Bersama Daniel
14
Perkumpulan Ekskul Wartawan
15
Berita
16
Berita 2
17
Berita 3
18
Berita 4
19
Vinter dan Yongi
20
Vinter dan Yongi 2
21
Vinter Dan Yongi 3
22
Vinter Dan Yongi 4
23
Vinter Dan Yongi 5
24
Vinter Dan Yongi 6
25
Siuman
26
Monica Arumi
27
Sebungkus kue
28
Permintaan Maaf
29
Permintaan Maaf 2
30
Kharisma
31
Kharisma 2
32
Kharisma 3
33
Kharisma 4
34
Kharisma 5
35
Kharisma 6
36
Kembalinya Pria Berhoodie
37
Kembalinya Pria Berhoodie 2
38
Pedestrian Area
39
Pedestrian Area 2
40
Pedestrian Area 3
41
Kehilangan Jejak
42
Amarah
43
Amarah 2
44
Menjenguk
45
Menjenguk 2
46
Pekerjaan Baru
47
Pekerjaan Baru 2
48
Memulai Pekerjaan Baru
49
Pencuri
50
Hantu?
51
Bos Baru Riana
52
Raka Arnanto
53
Osis
54
Rapat Osis
55
Wawancara Osis
56
Pengajaran Feng Ying
57
Penguntit?
58
Reynold
59
Reynold 2
60
Reynold 3
61
Reynold 4
62
Daniel Hendak Dipecat
63
Mentraktir Teman
64
Perselisihan Empat Pria Kekanakkan
65
Bos Datang Berkunjung
66
Jalan-Jalan Di Mall Bersama Bos
67
Monica Mulai Bertindak
68
Rencana Pengusiran Monica

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!