Klekk
Riana membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kelasnya.
Ia berbegas menghampiri kedua teman barunya yang sedang duduk di meja bagian belakang kelas.
“Aku terlalu lama pergi ke toilet, ya?” Duduk di kursinya.
“Tidak kok!” Ucap Reynold dengan ramah.
Mereka berdua menatap gadis itu dengan wajah yang keheranan. Kedua matanya terlihat bengkak seperti mata orang yang baru saja menangis.
“Mata mu agak bengkak. Apa yang terjadi denganmu?”
“Apakah kamu menangis di toilet?”
“Ahh.. mataku kelilipan, makanya jadi seperti ini.”
Ia memutuskan untuk berbohong karena tidak ingin membuat kedua temannya merasa khawatir.
“Hmm.. baiklah! Kami percaya dengan perkataanmu.” Ucap Kharisma sambil mengambil pulpen dan sebuah buku catatan harian dari dalam tas nya.
Gadis itu dan Reynold saling berbincang-bincang sementara Kharisma sedang fokus menulis di buku catatan harian.
Teng.. teng.. teng..
Bel masuk istirahat pun berbunyi dan seluruh murid masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
Suasana kelas menjadi sangat gaduh karena mereka saling berbincang-bincang dengan suara yang lantang antara satu sama lain karena mencoba mengakrabkan diri dengan teman sekelasnya di hari pertama masuk sekolah.
“Hei, jangan berisik! Sebentar lagi guru akan datang.”
Ketua kelas mencoba menenangkan suasana kelas, akan tetapi tidak ada satupun murid yang mendengar perintahnya dan tetap saling berbincang-bincang dengan suara yang lantang.
Riana merupakan gadis yang penakut, ia merasa tidak terlalu nyaman dengan suasana kelas yang berisik.
Kharisma yang menyadari akan hal itu segera menatap Reynold.
"Buat suasana kelas menjadi tenang!" Berbicara tanpa suara dan hanya menggerakkan bibirnya saja.
Haaa...
Reynold menghela napas kemudian berdiri dari tempat duduknya.
“Kecilkan suara kalian!” Berbicara dengan suara yang sangat keras sehingga membuat kelas menjadi hening seketika.
Semua mata tertuju ke arah pria bermata ungu tersebut sehingga membuatnya melipat kedua tangannya di dada dengan wajah yang kebingungan.
“Hmm.. aku hanya menyuruh kalian untuk mengecilkan suara, bukan berhenti berbicara.”
Mereka melanjutkan perbincangannya dengan suara yang lebih kecil sehingga tidak membuat suasana kelas menjadi gaduh.
“Terimakasih atas pengertiannya.” Kembali duduk di kursinya dengan membusungkan dadanya karena merasa bangga bisa menenangkan suasana kelas dengan sangat mudah.
Disisi lain, terlihat Risma dan kelompoknya sedang menatap Riana dengan penuh rasa kebencian. Gadis itu menyadari tatapan tersebut tetapi ia berpura-pura tidak mengetahuinya.
Kharisma merupakan wanita yang sangat pintar, ia menguasai banyak kemampuan termasuk kemampuan psikologi yaitu kemampuan membaca ekspresi orang lain. Ia membaca ekspresi wajah Riana dan melihat ada sedikit ketakutan di dalamnya.
“Apakah kamu baik-baik saja?” Mencoba membaca ekspresi wajah gadis itu lebih dalam .
“A.. aku baik-baik saja.” Menjawab pertanyaan Kharisma dengan ragu-ragu.
Wanita bermata biru itu tahu jika Riana sedang berbohong. Ia melihat sekeliling ruangan untuk mencari perkara yang membuat gadis itu merasa tidak nyaman.
Disaat sedang melihat sekeliling ruangan, ia melihat Risma dan kelompoknya sedang menatap Riana dengan penuh kebencian.
Haaaa
Kharisma menghela napas lalu menatap Riana yang sedang merasa sedikit ketakutan.
“Tidak perlu memikirkan mereka! Sebentar lagi mereka akan segera mendapatkan ganjarannya.” Berbicara dengan lembut dan tersenyum kepada gadis malang tersebut.
Klek
Suara pintu dibuka dan masuklah seorang guru wanita ke dalam kelas.
Pembelajaran hari itu pun kembali dimulai hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.
Teng.. teng.. teng..
Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas lalu pulang ke rumahnya masing-masing.
“Hei! Kamu pulang menggunakan apa?” Reynold menghampiri meja gadis itu.
“Aku pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki.”
“Bagaimana jika kamu pulang bersama kami? Kami akan mengantarkan sampai ke rumah!” Kharisma datang menghampiri dan menimbrung pembicaraan mereka.
Ia melamun selama beberapa saat karena bingung harus menerima tawaran kedua teman barunya atau tidak.
Setelah melamun beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk menerima tawaran tersebut.
“Baiklah, Mari kita pulang bersama-sama!”
Mereka pun keluar dari gerbang sekolah dan menghampiri sebuah mobil hitam mewah yang terparkir di pinggir jalanan dengan seorang pria tua yang merupakan seorang sopir sedang menunggu disebelahnya.
Klekk
“Selamat datang tuan dan nona muda.” Sopir mobil tersebut memberikan salam kepada mereka sembari membuka pintu mobil.
“Tunggu dulu! Kita pulang dengan menggunakan mobil? Bukan jalan kaki?”Memegang tangan kanan Kharisma.
“Tentu saja menggunakan mobil, Jalan kaki itu melelahkan.”
“Tidak perlu malu, cepat masuk ke dalam mobil dan beri tahu supirnya dimana alamat rumahmu!”
Ia menganggukkan kepalanya dan duduk di kursi bagian tengah bersama Kharisma, sedangkan Reynold duduk di kursi depan bersama supir.
Brummm
Supir menginjak gas dan mereka melanjutkan perjalan pulang.
“Dimana alamat rumahnya, non?” bertanya sembari mengemudikan mobil.
“Saya ngekos di sekitar sini, pak. Setelah perempatan belok kiri lalu belok kiri lagi di belokan jalan berikutnya!” Gadis itu memberitahukan supir jalan menuju tempat kos nya.
Supir mengikuti arahannya dengan baik hingga sampailah mereka di sebuah tempat kos-kosan yang kumuh dan terlihat kotor.
Klekkk
Gadis itu membuka pintu dan keluar dari dalam mobil sambil tersenyum karena merasa senang. Ini adalah kali pertama baginya diantar pulang oleh temannya.
Reynold dan Kharisma saling bertatapan mata karena merasa keheranan.
“Tunggu, Raina! Jangan bilang kamu tinggal disini?”
Ia menganggukkan kepala kepada Kharisma sambil tersenyum.
“Iya! Aku tinggal disini. Kamarku di no.26. Kapan-kapan main lah kesini!” berbicara dengan nada suara yang riang lalu berlari ke arah tempat kos-kosannya.
Kedua temannya terpaku keheranan setelah melihat hal yang benar-benar aneh menurut mereka.
“Ini benar-benar gila! Bagaimana bisa dia tinggal di tempat seperti ini? Bahkan tempat ini jauh dari kata layak untuk ditinggali.” Gerutu Reynold sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Sudahlah! Kita tidak perlu memikirkan hal itu. Tugas kita hanya menemani dan melindunginya dari orang-orang yang berniat jahat padanya.” Menutup pintu mobil.
Setelah mengantarkan Riana pulang ke kos-kosannya, mereka pun melanjutkan perjalanan pulang.
Setengah jam telah berlalu, sekarang gadis itu sudah selesai mandi dan berjalan menuju tempat tidurnya.
Brukkk
Membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil dan sedikit kotor karena kasur tersebut merupakan kasur bekas yang ia beli dengan harga yang sangat murah.
“Hari ini sangat menyenangkan.” Tersenyum bahagia.
“Aku benar-benar tidak menyangka aku bisa memiliki teman yang sangat keren seperti mereka di hari pertama masuk sekolah” memeluk gulingnya dengan erat.
“Tetapi hari ini benar-benar hari yang sangat melelahkan. Aku ingin tidur sebentar sebelum berangkat kerja sambilan.”
Ia mengambil handphonenya yang ketinggalan Zaman di atas meja lalu memasang alarm dan tertidur lelap setelahnya karena kelelahan.
Kringg.. kringg.. kringg..
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan alarm yang dipasang oleh gadis itu pun berbunyi.
Hoaammm...
Riana terbangun dari tidurnya dan mengusap-usap kedua matanya menggunakan tangannya.
“Padahal aku sangat mengantuk dan kelelahan” Bergumam dengan kondisi setengah sadar karena baru saja bangun tidur.
Ia hanya tertidur selama 3 jam dalam sehari karena ia harus bersekolah dan kerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Plak.. plak..
Gadis itu menampar pipinya sendiri agar tidak mengantuk.
“Semangat, Riana! Kamu tidak boleh malas!” Menyemangati dirinya sendiri sambil mematikan Alarm di handphonenya.
Setelah itu, ia beranjak dari atas kasur dan bersiap-siap untuk pergi ke tempat kerja sambilan. Perjalanan dari kos-kosan ke tempat kerja sambilannya memakan waktu sekitar setengah jam sehingga ia bergegas pergi setelah selesai bersiap-siap agar tidak terlambat.
Gadis malang itu bekerja di sebuah minimarket dan ia terpaksa mengambil shift malam dari pukul 10 sampai pukul 4 pagi karena harus bersekolah di siang hari.
Kringg..
“Akhirnya sampai juga di minimarketnya” Membuka pintu dan masuk ke dalam minimarket.
“Akhirnya datang juga kamu!” Ucap Bapak Firman si pemilik toko.
“Selamat malam, Pak Firman.”
“Selamat malam juga, karena kamu sudah datang bapak akan pergi. Jaga baik-baik toko bapak!”
“Siap, pak! Saya akan menjaga toko ini dengan baik.” Tersenyum ramah kepada bosnya.
Kringg...
Membuka pintu dan meninggalkan gadis itu sendirian.
“Baiklah! Mari kita mulai bekerja!” Kembali menyemangati dirinya sendiri.
Gadis itu memakai baju seragam penjaga minimarket dan berdiri di tempat kasir sambil menunggu pembeli yang akan datang.
Kringg...
Suara lonceng kecil yang dipasang di pintu masuk berbunyi, lonceng itu menandakan bahwa ada pembeli yang masuk ke dalam minimarket.
“Selamat datang.” Menyambut pembeli yang datang dengan ramah.
Ternyata pembelinya adalah seorang pria yang memakai hoodie dan masker hitam, pria tersebut merupakan pelanggan tetap yang selalu datang berkunjung setiap hari ke minimarket.
Dari hari pertama Riana kerja sambilan di minimarket, tidak pernah seharipun pria berhoodie itu tidak datang mengunjungi toko. Ia memakan mie instan sambil duduk di meja yang sudah disediakan untuk pembeli yang datang.
“Hari ini makan mie instan lagi, pak?” Bertanya dengan ramah kepada pembeli.
Pria itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Setelah membeli mie instan, pria itu duduk di meja pembeli sambil memakan mie instan yang telah ia beli dengan tenang.
“Apakah mie instannya enak?” Mencoba mengajak pria itu untuk berbincang.
Pria berhoodie tersebut menjawab pertanyaannya dengan menganggukkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Riana kembali tersenyum ramah kepada pria itu sambil berdiri di tempat kasir untuk menyambut pembeli yang akan datang berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments