PERJALANAN CINTA QONITA
...Bab 1 Pertemuan...
Medan, Sumatera Utara
Sabtu sore Qonita, Vivi, dan 2 anak ganteng Qonita sedang berada di tempat permainan anak, di salah satu mall kecil di Medan.
Salah satu permainan yang tidak pernah dilewati anak-anak adalah mandi bola. Demikian pula halnya dengan Fuad dan Nabil. Dua anak laki-laki yang berusia masing-masing 5 dan 3 tahun.
Qonita selalu mengusahakan membawa anak-anaknya berjalan-jalan, setidaknya sebulan sekali untuk menggantikan kesibukannya sebagai seorang guru.
Janda dengan 2 anak itu berusia 30 tahun, Qonita Yasmin Siregar namanya.
Qonita dan Vivi hanya duduk memperhatikan Fuad dan Nabil. Vivi adalah mantan murid Qonita yang sebenarnya sangat pintar, namun sayang tidak dapat melanjutkan kuliahnya.
Ayah Vivi sudah meninggal dan Ibunya sedang menjadi TKW. Adiknya ada 3 dan ada yang masih SD . Begitu tamat SMA, Vivi bekerja dan tinggal di rumah Qonita membantu menjaga anak-anak Qonita dan membantu mengurus rumah. Adik-adik Vivi tinggal bersama nenek mereka.
Tidak terlalu ramai yang bermain mandi bola, mungkin karena bukan hari minggu. Namun ada satu anak perempuan yang terlihat asik bermain bersama Fuad dan Nabil. Anak perempuan tersebut adalah Ichy.
Ichy terlihat dijaga oleh seorang perempuan seusia Qonita, mba Ayu namanya.
Tidak banyak pembicaraan antara Qonita dan mba Ayu yang ternyata adalah ART di tempat tinggal Ichy, hanya saja sempat mba Ayu berkata kalau baru kali ini melihat Ichy bisa bermain lepas dan bahagia.
Biasa Ichy cenderung pendiam dan menyendiri. Qonita sedikit mengernyit, bukankah anak kecil cenderung selalu ceria?
“Bunda,” ucap Fuad dan Nabil, yang memang sesekali menghampiri Qonita di sela permainannya.
“Saya, Nak,” jawab Qonita sambil tersenyum penuh cinta dan menarik anak-anaknya dalam pelukannya.
“Hai, Sayang, Kakak cantik siapa namanya?” Qonita mengalihkan perhatiannya pada Ichy yang terdiam melihat interaksinya dengan kedua anaknya.
Ichy terlihat sedikit ragu entah memendam apa. “Ichy.” Ia memandang datar pada Qonita.
“Makasih ya, udah mau main sama Fuad dan Nabil. Bunda senang deh, mereka jadi ada temennya.” Menarik Qonita dan memeluknya. Wajah datar Ichy seketika sumringah.
“Kakak haus, gak? Minum dulu, Sayang. Bawa minum, kan?” tanya Qonita.
“Bawa Bun, eh... Tante,” ucap Ichy sambil telapak tangannya menutup mulutnya.
“Gapapa, Sayang, panggil Bunda aja.” Qonita mengelus sayang rambut Ichy penuh kelembutan. Qonita memang sering memanggil dirinya bunda sesuai panggilan Fuad dan Nabil padanya.
Selang 1 jam waktu bermain habis. Qonita pamit pada Ichy dan mba Ayu.
"Kak Ichy, Fuad dan Nabil pulang duluan ya. Sampai ketemu lain waktu ya, Nak. Duh kakak cantik banget seh." Qonita tersenyum sambil mengelus sayang wajah Ichy.
Menarik tangannya dari wajah Ichy dan bermaksud pergi, tangan Qonita dipegang dan ditahan oleh Ichy, Ichy menatapnya dalam.
Qonita bingung, sambil tersenyum dia pun berkata, "Kenapa, Sayang? Mau salam sama Bunda?"
Ichy mengangguk dan menyalam Qonita lalu segera memeluk Qonita. Qonita dan mba Ayu sama-sama terkejut, tak menyangka reaksi yang diberikan Ichy.
Apalagi tadi penjelasan mba Ayu, mengatakan kalau Ichy jarang mau membuka diri dengan orang baru.
Qonita membalas pelukan Ichy, lalu berjongkok dan mencium kening Ichy.
"Bunda dan adek pulang ya, Kakak cantik. Semoga ada rezki kita jumpa lagi ya, Sayang,” tulus Qonita.
"Iya, Bunda." Ichy pun tersenyum bahagia.
❤️❤️❤
Di bawah terik mentari Qonita memakai sarung tangannya, tak lupa masker dan helm lalu ia menyalakan sepeda motornya. Ia baru selesai mengajar di SMA Negeri yang ada di Medan.
Cuaca panas membuat sepeda motornya melaju dengan kecepatan 50 km/jam. Tidak kencang, bahkan cenderung pelan bagi sebagian besar orang, namun tidak baginya yang terbiasa melaju dengan kecepatan 40 km/jam.
Di tengah perjalanan menuju rumahnya ia terpaksa me-rem mendadak akibat ada anak SD yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan.
Spontan mobil Avanza di belakangnya juga ikut berhenti yang disusul oleh kendaraan lain dibelakang mobil tersebut.
Gdebum!!!
Terdengar suara tabrakan tak jauh dari posisinya.
Ia meminggirkan sepeda motornya, lalu menoleh ke belakang. Seorang lelaki paruh baya dengan wajah sangar, keluar dari mobil Avanza Silver. Laki-laki tersebut berjalan ke arah belakang mobilnya.
Ia sendiri berjalan mendekati anak SD yang menyeberang tadi. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Qonita.
"Gapapa, Bu," jawab anak SD tersebut dan segera berlari menjauh dr TKP dan akhirnya menghilang.
“Lho!” Qonita berguman pelan. Ia terbengong setelah ditinggal anak SD tadi.
Terdengar suara ribut di belakang mobil. Tak lama muncul bapak paruh baya berwajah sangar dihadapannya.
"Ikut Saya, gara-gara Kamu mobil Saya jadi rusak!" Dengan kasar bapak paruh baya berbicara pada Qonita.
Mereka berjalan ke arah belakang mobil Avanza, dan wouw... ia terkejut melihat sebuah mobil Alphard hitam dengan bagian kap depan mobil yang sedikit peyot.
Oh no...
Adu argumen terjadi. Qonita tentu saja menjelaskan alasan dia memberhentikan sepeda motornya.
Laki-laki paruh baya lainnya yang merupakan supir mobil Alphard tadi cenderung biasa saja. Suara didominasi oleh laki-laki paruh baya berwajah sangar yang cenderung kasar dan terlihat marah-marah.
Hingga akhirnya seorang perempuan paruh baya bergaya elegan keluar dari mobil Alphard bersama seorang anak perempuan cantik.
"Bunda", teriak anak perempuan berusia 6 tahun itu dengan mata berbinar dan senyum sempurna.
"Eh... Kakak. Apa kabar, Sayang?" jawab Qonita dengan wajah terkejut.
5 menit kemudian...
Mobil Avanza Silver telah pergi setelah pemiliknya mendapatkan uang 2 juta dari perempuan paruh baya.
"Saya Herni, oma nya Ichy, kenal dimana sama cucu Saya?" tanya perempuan paruh baya.
Qonita pun menceritakan pertemuannya dengan Ichy pada oma Herni.
❤️❤️❤
Disini seorang anak perempuan, terlihat tak melepas senyum dari wajahnya walau hanya 1 detik. Kebahagiaan jelas tergambar dari wajahnya.
Tangannya masih setia menggenggam tangan seorang perempuan yang ia panggil dengan 'Bunda'.
Ya, oma Herni mengajak Qonita untuk berbicara di sebuah cafe yang tak jauh dari tempat tabrakan tadi.
Oma Herni mengamati dengan intens sikap ceria cucunya. Kebahagiaan ini terakhir kali ia lihat hari Sabtu minggu lalu sejak cucunya pulang dari Mall bersama salah satu ARTnya.
Ia terlihat mengingat kejadian Sabtu minggu lalu. Menjelang magrib itu cucunya pulang dengan hati gembira. Menebar senyum indah dalam waktu yang lama.
Oma Herni heran. Yang ia ingat siang itu salah satu ART nya izin pergi ke Mall setelah menyelesaikan tugasnya. Mba Ayu mendapat izin dari oma Herni.
Namun Ichy bertanya pada Oma nya apakah boleh ikut dengan mba Ayu. Mba Ayu langsung mengatakan kalau ia akan pergi ke Mall kecil, namun Ichy tetap ingin ikut juga.
Akhirnya oma Herni mengizinkan dengan syarat mereka diantar supir.
"Maaf, Bu, sebelumnya Saya mohon maaf atas kejadian tadi, sehingga menyebabkan mobil Ibu rusak, dan malah harus memberikan uang pada bapak yang tadi." Lamunan Oma Herni terhenti oleh perkataan Qonita.
Oma Herni tersenyum. "Tidak apa-apa. Belum Rezki."
"Jadi berapa yang harus Saya ganti, Bu?" tanya Qonita.
Oma Herni terlihat lama berfikir. Lalu bertanya, "Apa boleh diganti dengan selain uang?" Qonita mengernyit.
Oma Herni mengerti keheranan Qonita. "Saya punya 3 permintaan. Boleh diterima boleh tidak. Terserah Kamu, Saya tidak memaksa."
"Permintaan pertama, Saya ingin silaturahmi kita berlanjut, saling mengunjungi. Bagaimana? Apa bisa diterima?” tanya oma Herni.
"Sesimple itu?" Spontan Qonita terkejut.
"Eh, maaf, Bu." Qonita menyengir.
Oma Herni tertawa pelan. "Iya sesederhana itu. Tapi masih ada 2 permintaan lagi lho. Masih Saya tunda. Mau lihat realisasi dari permintaan pertama dulu," lanjut Oma Herni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Ha Ra
tetap semangat kak
2023-06-26
2
Rooo
Semangat kak 😘
2023-06-26
0
Genta Babaw
Saya mampir kak..
2023-06-19
0