Qonita terlihat sedang melakukan Video Call dengan seseorang. Ya, beberapa hari ini ia rutin menerima video call dari oma Herni dan tentu saja selalu ada Ichy disana.
Ujung dari VC tersebut adalah Qonita sekeluarga diundang ke rumah oma Herni.
Minggu menjelang siang di kediaman oma Herni, telah terhidang berbagai jenis makanan dan minuman untuk menjamu Qonita dan keluarganya.
Hanya dalam hitungan menit, 3 anak sudah asyik bermain bersama. Mereka adalah Ichy, Fuad dan Nabil.
Kebersamaan sewaktu pertama kali bertemu juga tercipta di pertemuan kedua ini. Anak-anak itu bergembira bermain satu sama lain. Terlihat sangat akrab, saling menyenangi, saling ceria, seolah-olah mereka sudah berteman lama.
Oma Herni mengambil kesempatan itu untuk bertanya pada Qonita. "Kenapa cuma datang berempat, Qonita? Ayahnya anak-anak tidak ikut?"
Sejenak Qonita terdiam. "Kami sudah pisah Bu, 8 bulan yang lalu. Saya hanya tinggal bersama kedua putra saya dan Vivi, Bu. Makanya cuma datang berempat saja."
"Maaf, Nak. Ibu tidak tahu. Qonita apa kamu tersinggung jika Ibu bertanya tentang privasi kamu? Ibu ingin mengenal kamu dengan dekat," ucap oma Herni.
"Maaf sebelumnya, tapi sepertinya Ichy cucu Saya menyukai Kamu dan anak-anak Kamu. Mungkin Kamu perlu tahu, kami sudah lama tidak melihat kebahagiaan Ichy," sambung oma Herni.
"Sudah hilang hampir 2 tahun lamanya. Sejak Maminya meninggal, tidak ada keceriaan didirinya, dia jadi pendiam dan penyendiri. Tidak suka orang baru. Dia sulit bergabung dengan yang lain," ucap oma Herni sendu.
"Sampai akhirnya kami melihat Ichy penuh senyum setelah ikut Ayu, ART kami, pulang jalan-jalan." Dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihan oma Herni menceritakan tentang Ichy.
"Tidak apa-apa, Bu. Tanyakan saja apa yang ingin Ibu tanyakan. Tinggal jawab kan gak susah, Bu. Kecuali Ibu bertanya tentang soal UN, mungkin Saya butuh waktu menjawabnya... Heheh," ceringis Qonita.
"Hahha... Kamu bisa saja. Boleh Saya tau alasan kalian berpisah, Nak? Karena pasti sulit membesarkan 2 buah hati sendirian, bukan?" oma Herni menatap Qonita penuh arti.
Qonita menarik nafas. "Mmm.. diselingkuhi untuk yang kedua kalinya, Bu. Kapal kami oleng di tahun ke 3 pernikahan," ucap Qonita datar.
"Kejadian pertama, Saya sedang hamil anak ke-2. Pertimbangan anak menjadi alasan utama Saya memaafkan ayah mereka," lanjut Qonita.
"Dua tahun kemudian terulang lagi. Rumah tangga kami berasa rumah duka bagi Saya, cuma ada kesedihan didalamnya. Saya sudah capek, sangat lelah. Akhirnya Saya memutuskan bercerai." Kali ini Qonita menunjukkan wajah muramnya.
"Syukurnya Saya bekerja, Bu. Gaji PNS mungkin tidak besar, tapi cukup untuk kami. Setidaknya setiap bulan Saya pasti menerima gaji." Qonita berucap lirih.
Oma Herni mengangguk-angguk. "Tidak ada niat menikah lagi, Nak? Kamu kan masih muda. Anak-anak juga memerlukan sosok seorang ayah."
Qonita menggeleng. "Saya gak akan menikah lagi, Bu. Cukup bagi Saya membesarkan kedua anak Saya."
"Menikah cuma akan menjaga perasaan orang lain. Menjaga perasaan suami dan keluarga besarnya." Mendengar jawaban Qonita ini, oma Herni sedikit mengernyitkan dahinya.
"Namun takkan ada yang menjaga perasaan kita. Jadi untuk apa menikah lagi? Hanya menambah beban," sambung Qonita.
Oma Herni tersenyum kecil. "Ibu melihat pada Ichy, Qonita. Ichy seperti kehilangan semangat hidupnya."
"Papinya Ichy sampai sekarang belum mau menikah lagi. Kami sudah capek mengenalkan banyak perempuan pada papinya. Tapi semua ditolak. Ichy cenderung berbeda dari anak kebanyakan. Dia kehilangan sosok Ibunya," ujar Oma Herni.
"Maaf Bu, apa Papinya Ichy terlalu mencintai Mami Ichy? Sehingga tidak bisa menggantikan dengan yang lain?" tanya Qonita.
"Bukannya apa-apa. Biasa laki-laki bisa banget langsung menikah lagi. Berbeda dengan kita perempuan, banyak yang difikirkan, banyak yang jadi bahan pertimbangan. Terus, apa Ichy tidak dekat dengan papinya?" telisik Qonita.
Kali ini Oma Herni yang menarik nafas dalam. "Papi dan Mami Ichy menikah karena kami jodohkan, Nak. Dulu Iman, papinya Ichy mencintai perempuan lain. Namanya Mayang. Mereka berpacaran dan berencana menikah."
Sejenak oma Herni menarik nafas dalam mengingat kisah cinta putranya dulu.
"Kami tidak ada yang tau kalau pacar Iman itu anak dari musuh keluarga kami. Cerita dari masa lalu, Nak. Pertikaian antara Papi Iman dan Papi Mayang."
"Kedua keluarga tidak ada yang merestui. Sama-sama menentang hubungan mereka," sambung oma Herni.
"Cukup lama Iman menutup diri dari kami. Hingga akhirnya dia setuju menikah dengan perempuan pilihan kami, Maminya Ichy, Jihan namanya."
Sambil mengingat Jihan, Oma Herni meneteskan air matanya.
"Jihan perempuan yang baik. Kami bukannya tak tau kalau Iman cuek pada Jihan. Iman memang melaksanakan kewajibannya sebagai seorang suami. Tapi tidak ada perhatian dan rasa cinta. Jihan cukup sabar menghadapi Iman. Tanpa keluhan hingga akhir hayatnya."
Tangisan Oma Herni semakin kuat. Qonita hanya mampu menepuk-nepuk tangan Oma Herni untuk menenangkannnya.
"Mungkin rasa bersalah Iman yang membuat dia tak mau menikah lagi. Entahlah... kami hanya mampu menduga-duga. Karena Iman tidak mau bercerita pada kami."
"Iman sangat sayang pada Ichy. Mereka sangat dekat, Nak. Hanya saja pekerjaan Iman juga terkadang menyita banyak waktunya. Sehingga tidak terlalu banyak Ichy menghabiskan waktu bersama Iman."
"Belum lagi kalau sedang ada pekerjaan keluar kota. Makanya Ichy sering menginap disini." Oma Herni berusaha menjelaskan.
Qonita mengernyit. " Jadi Ichy dan papinya tidak tinggal disini, Bu?"
"Tidak, Nak, mereka tinggal di rumah yang ditempati Jihan dan Iman setelah menikah. Hingga sekarang tetap disitu. Menginap disini hanya beberapa hari tergantung pekerjaan Iman." Qonita mengangguk mengerti.
Cukup lama berada di kediaman Oma Herni, Qonita dan kedua anaknya semakin dekat dengan Ichy.
Ichy pun tak segan bermanja-manja pada Qonita. Qonita yang pembawaannya memang keibuan dan penyayang pun menyambut hangat Ichy.
Mata Oma Herni tak luput beberapa kali melihat Ichy berada dalam dekapan Qonita. Menyalurkan rasa sayang seorang Ibu pada anaknya.
Menjelang sore Qonita pamit pulang. Oma Herni tak mengizinkan Qonita menggunakan taxi online. Supir yang akan mengantarkan mereka sampai ke rumah.
"Terima kasih banyak atas undangan dan jamuannya, Bu," ungkap Qonita pada oma Herni.
"Sama-sama, Sayang, sering-sering main kesini ya," jawab oma Herni.
"Fuad, Nabil salam oma dan kakak, Nak," ucap Qonita pada anak-anaknya.
"Oma dan kak Ichy tunggu lagi ya kedatangannya," sahut oma Herni.
"Bunda pulang ya, Nak. Jadi anak baik ya, Sayang. Nurut sama Oma." Qonita memeluk Ichy.
"Iya, Bunda." Ichy tersenyum cerah.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikum salam, Bunda." Masih dengan seyum lebar sambil melambaikan tangan pada Qonita, Vivi dan anak-anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Rohaini Ani
lanjut masa depan
2024-01-14
0
Read 1
yuk lanjut pdkt nya.. 🥰
2023-01-24
0
Read 1
mengsad 😭
2023-01-24
1