Di kediaman Iman
"Hari ini Ichy seneng banget, Pi." Ichy tersenyum merekah mengutarakannya. "Ichy senang tadi main sama bunda, dek Fuad, dek Nabil dan kak Vivi, Pi. Mereka baik sama Ichy. Sayang sama Ichy."
"Wah... papa, oma, opa, tante Nana dan om Gagah kan juga sayang banget sama Ichy? Apa Ichy gak senang?" tuntut Iman.
"Beda Pi, kalo bunda kan orang lain, tapi sayang sama Ichy, beda kayak orang lain, Pi."
"Memangnya orang lain kenapa, Sayang?" tanya Iman.
"Orang lain sayangnya kalo ada papi dan oma aja," jawab Ichy.
Iman mengernyit. "Maksud kamu orang lain sayangnya gak tulus?"
"Iya Pi, gak tulus. Tapi kalo bunda sayangnya tulus. Dari main bola udah tulus, Pi."
Iman semakin bingung dengan pernyataan putrinya. Apa mungkin anak sekecil ini bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang tidak.
❤️❤️❤️
Keesokan harinya di kediaman Oma Herni...
Sore hari sepulang kerja, Iman singgah ke rumah orang tuanya. Sudah ada oma Herni dan opa Pras, Papanya Iman di ruang keluarga. Ichy tak ada disana karena saat ini Ichy sedang di rumahnya.
Setelah menyalam Papa dan Mamanya Iman duduk dihadapan orang tuanya. "Ada apa Mama memanggil Iman kesini?"
"Apa Ichy ada cerita sama kamu, Man?" tanya oma Herni.
"Tentang?" tanya Iman.
"Qonita," jawab Oma Herni.
Iman mengernyit. Langsung dijelaskan oleh Oma Herni. "Perempuan yang dipanggil bunda oleh Ichy. Semalam Ichy dan anaknya kesini, mama yang undang."
"Ohh..."
"Ck." Oma Herni mendesah. "Jangan 'ohh' aja, Man. Gimana pendapat Kamu?"
Iman semakin bingung. "Pendapat apanya, Ma? Maksudnya gimana seh? Iman mana bisa kasih pendapat, kan Ichy dan Mama yang jumpa. Iman dan Papa kan sedang keluar, kerja. Jadi mau kasih pendapat apa?"
Opa pras menengahi. "Gini Man, semalam Mamamu udah cerita sama Papa. Mamamu dan cucu Papa menyukai Qonita dan anak-anaknya. Jadi Mamamu berniat mengenalkan Kamu pada Qonita. Bukan begitu, Ma?"
"Mengenalkan?" tanya Iman.
Oma Herni mengangguk.
"Ok, nanti atur aja jadwalnya," ucap Iman yakin.
"Kamu bersedia?" tanya Oma Herni Ragu.
"Tentu aja. Emang kenapa seh, Ma? Suaminya bukan saingan bisnis Iman, kan?" tanya Iman curiga.
"Hahahah..." Terdengar tawa keras dari Opa Pras. "Mengenalkan dalam tatap kutip, Man." Sambil mengangkat kedua tangannya, jari tengah dan telunjuk di lekukkan membentuk tanda kutip.
"Mengenalkan untuk bisa lebih dekat. Mana tau kedepannya bisa membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Kan cocok, Kamu duda, Qonita janda." Sambil menekankan kata janda, mengerling padanya.
S!al
Iman mengerutkan dahinya. Ia mengumpat dalam hati mendengar kata terakhir dari papanya.
Akhinya ia memahami situasinya sekarang. Ia kembali hendak dijodohkan. Setelah 3 bulan orang tuanya tak lagi sibuk menjodohkannya.
Bedanya kali ini ia dijodohkan dengan seorang janda.
Ohh.. apa yang terjadi?
Apa sefrustasi itu mamanya sehingga menjodohkannya dengan seorang janda. Bukan dia malu, bukan.
Hanya saja selama ini kedua orang tuanya sibuk menawarkan 'gadis' terbaik. Terbaik dari segi wajah, penampilan, pendidikan dan keluarga. Bobot, bibit dan bebetnya sempurna.
Dan semuanya ia tolak. Bukannya menaikkan kriteria ini malah...
Kali ini, orang tuanya menjatuhkan kriterianya. Jauh, sepertinya sangat jauh...
Hingga ia merasa penasaran, siapa perempuan itu? Kenapa sampai membuat anak dan Mamanya jatuh hati?
"Udah berapa kali Mama ketemu dia?" tanya Iman.
"Mama baru ketemu dua kali. Kalau Ichy udah tiga kali. Yang pertama di Mall waktu mandi bola."
Iman mengernyitkan keningnya. "Ma... are you ok? Mama dikasih apa sama janda itu? Makanan yang dia bawa Mama makan? Sampe mama berubah kayak gini?"
"Hahah..." Opa Pras kembali terkekeh-kekeh. "Papa juga penasaran, Man. Pengen jumpa sama Qonita. Lebih cepat lebih baik kayaknya. Penasaran banget Papa. Sumpah."
"Jadi gimana, Man, kita atur jadwalnya? Papa pengen lihat, jangan-jangan kali ini Kamu gak bakal nolak. Hahaha...," lanjut opa Pras.
"Apa? Mana mungkin," umpat Iman dalam hati.
"Kamu bersedia kan Man, berjumpa sama Qonita?" tanya Oma Herni ulang untuk menegaskan.
"Ok. Nanti Iman yang kabari waktunya." Memijit keningnya yang entah kenapa kepalanya mendadak terasa pusing.
❤️❤️❤️
Di perusahaan tempat Iman bekerja, sudah duduk dihadapan Iman, Jamal asisten pribadi Iman yang sangat setia padanya.
"Kusut banget muka, Bro?" tanya Jamal. Ya... ia kadang bertutur tak formal. Karena ia sejatinya adalah sahabat karib Iman.
"Huufft. Pusing dibuat Mama."
"Dijodohkan lagi?" tebak Jamal.
"Kali ini beda," ungkap Iman.
"Beda dimananya?"
"Semuanya." Jamal semakin mengernyit mendengar penuturan singkat Iman yang jelas tak memberikan gambaran apapun atas pertanyaan-pertanyaannya.
"Ya, semuanya beda. TERMASUK KAMU," ucap Jamal tegas. Pusing melihat temannya itu.
Iman menghela nafas panjang. "Janda." Hanya itu yang diucapkan Iman. Namun jelas membuat Jamal mengerti.
"Weiisss.. what happen, Bro? Hahhaha."
"S!al," bentak Iman.
"Anak siapa? Yang mana? Kog bisa?" Beruntun pertanyaan Jamal.
"I don't know. Mama aja baru jumpa sekali. Mama kali ini aneh. Tanpa diselidiki dulu langsung panggil Aku aja. Gak kayak biasa. Bener-bener aneh. Gak takut salah pilih apa?"
"Kog bisa seh, anaknya teman tante Herni?" tanya Jamal bingung.
"Bukan. Aku juga gak tau kali ceritanya gimana. Yang Aku tau Ichy awalnya jumpa sama Janda itu. Waktu mandi bola pergi bareng ART."
"Pulang- pulang Ichy bahagia banget kata Mama. Ichy main sama dua anak laki-lakinya."
"Gak tau gimana ceritanya, semalam mama ngundang dia ke rumah. Cuma jumpa disitu doank Mama udah suka aja. Aneh gak tuh langsung main jodohin aja."
"Trus, duda ini gak bersedia?" Sambil mengerling pada Iman.
"S!al. Apa maksud Lo?" ketus Iman.
"Benerkan, Lo emang duda. Kenapa marah gue panggil 'Duda'." Menekankan kata duda.
"Gue punya nama." Bentak Iman
"Hahhha.. emang janda itu gak punya nama? Lo tadi manggil dia Janda kali, Bro." Jamal terkekeh. "Siapa namanya?"
"Qonita."
"MasyaAllah. Gak perlu ketemu orangnya. Denger namanya aja Aku udah suka. Hahaha..." Iman melempar pulpen pada Jamal mendengar tawa sahabatnya itu.
"Diam!" bentak Iman.
"Santai Bro... santai. Aku saranin coba aja dulu kenal dia. Liat gimana orangnya kog bisa sampe buat mama dan anak Kamu suka." Kali ini Jamal berbicara memakai aku kamu setelah suasana tak memanas.
"Dan gak mungkin Kamu nolak terus-terusan. Sampe kapanpun ortu Kamu pasti gak akan berhenti berusaha, SAMPE KAMU NIKAH LAGI." Jamal mengucapkan kalimat terakhirnya dengan lambat dan tegas.
Iman cuma menjawab dengan anggukan atas pernyataan panjang asprinya itu.
❤️❤️❤️
"Hallo, Sayang," ucap oma Herni setelah menggeser tanda panggilan hijau dari Hp-nya.
"Halo, Ma. Aku bersedia jumpa sama dia."
"Dia siapa, Sayang?" Goda Oma Herni pada anaknya yang jelas-jelas mengerti siapa yang dimaksud anaknya itu.
"Ck." Gerutu Iman. "Janda itu."
"Duda, gak boleh gitu, Sayang." Balas Oma Herni.
"Ma, please." Ucap Iman tegas.
"Qonita, Sayang. Namanya Qonita," ucap oma Herni sambil tersenyum penuh arti.
"Ya. Ok. Aku udah atur jadwal. Besok sore pulang kerja. Mama bilang sama Ja-." Kalimat Iman terpotong saat dia ingin mengucapkan kata janda. "Mama bilang sama Qonita, Aku mau jumpa dia di 'Petualang Cafe'.
"Wah... buru-buru amat, Sayang. Jangan besok. Mama butuh waktu buat nyampein ini ke dia. Minggu depan, ok?"
"What?" teriak Iman.
"Hahahha... Mama belum bilang ke dia tentang Kamu, Sayang."
"Apa?" Kembali terdengar teriakan Iman.
"Sabar ya, Sayang."
Oh no..
S!al.
"Mama yang akan kabari kamu kapan bisa jumpa sama dia. Mana berani mama ngomong sama dia kalau kamu nya belom pasti mau. Hehe..."
"S!al," ucap Iman pelan.
"Jadi kali ini Aku yang nunggu?" tanya Iman tak percaya.
"Heheh... Sabar ya, Sayang. Kali ini mama prospek cepat deh."
Prospek?
Oh no..
What the hell..
"Ma?"
"Iya iya, Sayang. Anak Mama udah gak sabar berpetualang ya? Hahah. Sampe mau ketemu aja harus di Petualang Cafe. Heheh... Ok, Mama gercep ini. Kamu tinggal tunggu kabar, ok? Bye Sayang, Mama mau langsung action neh."
Tuut..
Iman terkejut dan terkaget. Kaget dan terkejut. Ehh.. gimana ini maksudnya. Kaget? Iya. Terkejut? Jelas. Bingung? Apalagi.
"Hahaha.. S!al." Iman tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya akan apa yang telah terjadi.
Kalau saja Jamal ada disini dan mendengar semua, entah akan jadi apa dirinya. Apa masih bisa hidup atau tidak. Hahah...
Malu?
Bukan
Malu sekali?
Bukan juga.
Sangat Malu sekali?
Hampir.
Sangat malu sekali pake banget?
Ya seperti itu.
Hahahah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Read 1
ngakak guling2 oma..
2023-01-24
0
Read 1
pusing ya.. 🤣😂
2023-01-24
0
Read 1
tanda kutip ya.. catat
2023-01-24
0