Bab 4. Permintaan Kedua

"Kenapa lagi, Bro? Gara-gara mau ketemuan hari ini, sampe kusut gitu?" tanya Jamal.

"Ditunda," balas Iman singkat.

"Kenapa? Dia gak bisa?"

"Gak urus!" jawab Iman.

"Weisss... ini taktik apa gimana, Bro? Sengaja nolak ketemuan di awal. Wah, boleh juga. Siasat yang baik. Buat penasaran. Hmm... hmmm." Jamal menunjukkan wajah berfikirnya.

"Ck. Apaan. Siasat? Cih!"

"Hahaha... boleh juga dia, Bro. Ah, saia syuka... saia syuka..." Jamal mengerling padanya.

"Lanjut kerja. Talk less do more."

"Asshiiiaaaap." Kelakar Jamal.

❤️❤️❤️

"Assalamu'alaikum. Ibu, udah lama?" Qonita menyalam Oma Herni. "Maaf Bu, Qonita tadi masih ngurusin siswa bermasalah. Orang tuanya telat banget datangnya. Disuruh datang pagi, eh malah datang siang."

"Gak apa-apa, Sayang. Kita pesan dulu, ya. Kamu udah makan?"

"Udah Bu, Qonita bawa bontot ke sekolah."

"Wah, bagus itu, lebih sehat. Jadi kita pesan minum aja neh?" Qonita pun mengangguk sambil tersenyum.

Setelah selesai memesan makanan. Oma Herni langsung memulai pembicaraan.

"Qonita. Sebelumnya Saya sudah pernah cerita sedikitkan, tentang Sulaiman?"

"Sulaiman?" Qonita menunjukkan raut bingungnya.

"Anak Saya, papanya Ichy, namanya Sulaiman. Dipanggil Iman."

"Ohh, iya. Kenapa dengan Papanya Ichy, Bu?"

"Hmm, gini Qonita. Iman itu paling susah kalau Saya kenalkan dengan perempuan, alasannya ada aja. Kadang Saya kasih lihat dulu foto dan biodata mereka, tapi ada aja kurangnya."

"Jadi semalam Saya cerita tentang Kamu. Ichy juga cerita lho ke papanya, kalau Ichy suka sama Kamu. Trus saya menawarkan agar kalian bisa ketemuan. Bisa saling kenal." Qonita masih menjadi pendengar budiman.

"Boleh Saya mengajukan permintaan ke 2? Saya gak memaksa kalian harus menikah."

Deg

Deg

Deg

Qonita membulatkan matanya mendengar pertanyaan dan pernyataan Oma Herni.

"Saya cuma ingin agar kalian saling mengenal. Saling membuka diri." Oma Herni sengaja diam menunggu reaksi Qonita.

"Maaf Bu, seperti yang Saya sampaikan sebelumnya. Saya tidak ada niat sama sekali untuk menikah lagi. Termasuk menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis."

"Saya ingin fokus membesarkan anak-anak Saya. Lagi pula ini terlalu dekat, dengan waktu perceraian Saya. Baru 8 bulan, Bu," ujar Qonita.

"Iya, Saya mengerti, Qonita. Kita tidak ada yang tau kedepannya akan seperti apa. Manusia hanya berencana. Allah lah yang menentukan segalanya."

"Sekali lagi Saya tegaskan, disini Saya tidak memaksa kalian harus bersama. Saya hanya ingin membuat kalian saling mengenal, memahami satu sama lain."

"Mau dilanjut Alhamdulillah. Kalau tidak juga tidak apa-apa. Tidak ada perjodohan. Hanya perkenalan." Qonita menarik nafas panjang mendengar penuturan Oma Herni.

"Apa anak Ibu setuju?" tanya Qonita

Oma Herni tersenyum cerah. "Ya, seharusnya hari ini kalian bertemu. Dia sudah mengatur jadwalnya. Tapi Saya tunda karena Saya belum cerita ke Kamu."

"Apa Ibu akan kecewa kalau pada akhirnya kami tidak bisa ke tahap yang lebih lanjut?" tanya Qonita.

Oma Herni tersenyum sambil menepuk tangan Qonita. "Gak, Sayang. Gak apa-apa. Yang penting prosesnya." Ucapan Oma Herni membuat pikiran liar muncul di kepala Qonita. Dalam sekejap ia malah mengingat materi yang pernah dipelajarinya. Input > process > output.

Nge-blank...

Ia benar-benar tak bisa fokus saat ini.

"Astagfirullah." Batinnya.

❤️❤️❤️

Malam hari di kamarnya ia tetap memikirkan permintaan kedua Oma Herni. Kedua anaknya tentu saja sudah tidur. Ini sudah pukul 11 malam. Tapi ia tak kunjung bisa tidur.

"Perkenalan? Jelas ini langkah awal menjalin sebuah hubungan. Walau tak bisa dipastikan akan berakhir seperti apa. Tapi bukankah harapan dari sebuah perkenalan adalah sebuah ikatan? Astagfirullah. Hamba gak siap, Ya Allah," gumannya dalam hati.

"Sulaiman." Ia mendesis tak percaya.

Ketika mendengar nama Sulaiman ada sekelebat yang muncul di fikiran Qonita. Sulaiman. Seorang Raja. Penguasa. Apakah dia seorang yang harus ditakuti?

Ohh... entah kenapa Qonita lebih menyukai panggilan lelaki itu. Iman. Tak ada rasa kekhawatiran ketika mendengar 4 huruf itu.

"Astagfirullah," gumannya dalam hati. "Sulaiman itu kan Nama Nabi. Tapi aku kog mikirnya jauh, ya. Kog malah ada rasa takut, takut melakukan kesalahan lalu akan dihukum. Apa karna "The King of Sulaiman?"

❤️❤️❤️

2 hari kemudian

Selesai Qonita kerja ia langsung melajukan sepeda motornya menuju Petualang Cafe. Ya, ia akan bertemu The King of Sulaiman hari ini. Ehh...

Sampai disana ia disambut oleh salah satu pekerja cafe tersebut. Ia diarahkan ke sebuah meja yg sudah dipesan sebelumnya atas nama Iman. Ya Iman, bukan Sulaiman.

❤️❤️❤️

Iman POV

Mama menelponku. Menyampaikan jadwal pertemuanku dengan Jan, eh maksudku perempuan itu. Qonita. Ya dia.

S!al. Bukannya mengikuti jadwal pulang kerjaku, malah ketemuannya mengikuti jadwal pulang perempuan itu. Jadwal dia pulang tapi aku belum.

Mama beralasan kalau perempuan itu gak bisa keluar lagi kalau udah sampai rumah. Nanti anak-anaknya pada minta ikut. Beda kalau kerja, anaknya sepertinya mengerti.

Lagi dan lagi...

What the hell!

Enak aja. Aku harus kasih pelajaran perempuan itu. Haha... Sebuah ide muncul di kepalaku.

❤️❤️❤️

Author POV

Qonita sudah duduk. Belum ada siapa-siapa disini. Hanya dia. Ya, Sepertinya Iman belum datang. Sambil menunggu, dia memesan jus.

Sesaat setelah jus pesanannya datang, seorang pria menghampirinya. Berwajah tampan dan karismatik, tinggi dan bentuk badan yang ideal serta menggunakan kacamata berbingkai hitam.

"Assalamualaikum, Qonita," ucap pria tersebut.

"Wa'alaikum salam, Bang. Abang apa kabar?" Qonita berdiri lalu menerima jabatan tangan pria tersebut.

"Sehat. Alhamdulillah. Sendirian aja?" tanya pria tersebut.

"Lagi nunggu temen, Bang. Bang Andri sama siapa?" tanya Qonita pada pria yang bernama Andri tersebut.

"Sama temen kerja. Itu." Sambil menunjuk meja yg berisi 3 pria. "Abang temani disini, boleh?" Qonita hanya mengangguk.

25 menit sudah Qonita dan Andri bercerita. Teman-teman Andri terlihat sudah pada berdiri dan beranjak hendak pergi dari sana. Akhirnya mereka pamit duluan pada Andri sambil mengangguk permisi pada Qonita, yang dibalas senyuman oleh Qonita.

"Luan aja, nanti Aku nyusul," ucap Andri pada teman-temannya.

"Coba ditanyak temennya jadi datang, gak?" ucap Andri pada Qonita.

Qonita bingung. Mau menghubungi Sulaiman ia tak tau nomor HP laki-laki itu.

"Gapapa kog, Abang luan aja."

"Qonita, ada yang Abang pengen bilang. Maaf, untuk waktu itu."

Deg

"Abang menyesal gak pilih Kamu. Mungkin ini karma untuk Abang. Abang lebih pilih teman sekolah Abang dulu. Tapi hubungan kami gak baik. Sikapnya berubah gak sebaik waktu sekolah dulu. Kami akhirnya berpisah gak sampai satu tahun pernikahan. Dan Abang-" Omongan Andri terhenti karena selaan Qonita.

"Maaf, Bang. Gak usah diterusin. Gapapa. Cuma masa lalu. Dan gak ada yang perlu dimaafiin. Semua berhak memilih yang terbaik. Kita udah punya kehidupan masing-masing," ucap Qonita.

"Ehem..."

Deheman kuat terdengar dari seorang pria gagah nan tampan. Qonita dan Andri sama-sama memandang ke arah pria tersebut.

"Saya Iman. Saya sudah membuat janji dengan Qonita. Apa itu Anda?" tanya Iman tegas.

"Ya, Saya," ucap Qonita sambil berdiri.

"Baik, saya permisi dulu, harus kembali ke kantor," ucap Andri.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikum salam."

Terpopuler

Comments

Read 1

Read 1

mulai masuk ke initi

2023-01-24

0

Read 1

Read 1

ngakak 🤣😂

2023-01-24

0

Read 1

Read 1

raja hutan kali 😂🤣

2023-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan
2 Bab 2. Realisasi Janji 1
3 Bab 3. Perjodohan Lagi?
4 Bab 4. Permintaan Kedua
5 Bab 5. Bertemu Sulaiman
6 Bab 6. Evaluasi Pertemuan
7 Bab 7 Usaha Untuk Mendatangkan Qonita
8 Bab 8. Di Rumah Nana
9 Bab 9. Cara Mendapatkan Anak Laki-Laki
10 Bab 10. Ada Se Tan
11 Bab 11. Penjajakan Pada Keluarga Qonita
12 Bab 12. Ajak Kencan Anak-Anak
13 Bab 13 Kencan
14 Bab 14 Semakin Dekat
15 Bab 15 Reuni
16 Bab 16 Lembur
17 Bab 17 Permintaan Ketiga
18 Bab 18 Takut Terbakar
19 Bab19 Bertemu Keluarga Besar Qonita
20 Bab 20 Bertemu Keluarga Besar Qonita 2
21 Bab 21 Berdua Dengan Iman
22 Bab 22 Berdua Dengan Iman 2
23 Bab 23 Satu Aja Gak Habis-Habis
24 Bab 24 Rembuk Keluarga
25 Bab 25 Mengunjungi Rumah Udak
26 Bab 26 Berdua Lagi
27 Bab 27 Hantaran
28 Bab 28 Sesuatu Pasca Hantaran
29 Bab 29 Menjelang Pernikahan
30 Bab 30 Sah Euy
31 Bab 31 Di Gedung
32 Bab 32 Pernikahan Suamiku
33 Bab 33 Di Rumah Suami
34 Bab 34 Janda 2 Anak
35 Bab 35 Malam Ber-sastra
36 Bab 36 Malam Pertama
37 Bab 37 Malam dan Pagi Yang Indah
38 Bab 38 Pagi Pertama Bersama Istri
39 Bab 39 Kebersamaan Bersama Anak dan Istri
40 Bab 40 Kesedihan Mayang
41 Bab 41 TK Ichy
42 Bab 42 Ke Rumah Oma
43 Bab 43 Buat Kamar di Kantor
44 Bab 44 Ziarah
45 Bab 45 Rumah Oma Wina
46 Bab 46 Rumah Nenek Tari
47 Bab 47 Foto Pernikahan
48 Bab 48 Kantor Suami
49 Bab 49 Sesuatu di Kantor Iman
50 Bab 50 Sisa Cuti
51 Bab 51 Bekerja Lagi
52 Bab 52 Pulang Ke Binjai
53 Bab 53 Ribut
54 Bab 54 Penyesalan
55 Bab 55 Manfaat Mandi Bersama
56 Bab 56 Tamatnya Kisah Kejam Ibu Tiri
57 Bab 57 Syukur VS Istigfar
58 Bab 58 Waterboom
59 Bab 59 Happy-happy
60 Bab 60 Suami Keluar Kota
61 Bab 61 Rindu
62 Bab 62 Pulang
63 Bab 63 Bersaing Merebut Perhatian
64 Bab 64 Bertemu Mantan Kakak Ipar
65 Bab 65 Fuad dan Opa
66 Bab 66 Kota Dingin, Brastagi
67 Bab 67 Brastagi
68 Bab 68 Mayang dan Qonita bersedih
69 Bab 69 Lebih Sayang Qonita
70 Bab 70 Bekal untuk 3 Hari di Luar Kota
71 Bab 71 Terbongkar
72 Bab 72 Kesedihan Qonita
73 Bab 73 Yang Terbaik Untuk Semua
74 Bab 74 Menghindar
75 Bab 75 Memendam Rasa
76 Bab 76 Mimpi
77 Bab 77 Sakit
78 Bab 78 Karena Aku Punyamu
79 Bab 79 Bersama Siapa?
80 Bab 80 Menemani Istri
81 Bab 81 Menjenguk Mantu
82 Bab 82 Menjenguk Mantu 2
83 Bab 83 Melupakan
84 Bab 84 Mari Ulangi Lagi
85 Bab 85 Berlaku Adil
86 Bab 86 Izin Keluar Kota
87 Bab 87 Mendoakannya Bahagia
88 Bab 88 Tidak Semanis Dulu
89 Bab 89 Anak-anak Rindu
90 Bab 90 Menghubungi Mayang
91 Bab 91 Lipstik dan Parfum Siapa?
92 Bab 92 Terapi Ala Qonita
93 Bab 93 Beraksi Dalam Diam
94 Bab 94 Percaya Dari Hati
95 Bab 95 Anting Siapa Ini?
96 Bab 96 Kemarahan Iman
97 Bab 97 Damai itu Indah
98 Bab 98 Hamil
99 Bab 99 Ultah Opa Pras
100 Bab 100 Terungkap
101 Bab 101 Ceraikan Dia!
102 Bab 102 Tamparan Untuk Jamal
103 Bab 103 Pingsan
104 Bab 104 Mama
105 Bab 105 Superior room
106 Bab 106 Kuizinkan Kau Pergi
107 Bab 107 Tidak Ada Restu
108 Bab 108 Buat Pilihan
109 Bab 109 Temui Keluargamu
110 Bab 110 Agil dan Rangga
111 Bab 111 Qonita Bertemu Mayang
112 Bab 112 Qonita dan Mayang
113 Bab 113 Santai Ajah
114 Bab 114 Mayang ke Kantor Iman
115 Bab 115 Kalah dari Qonita
116 Bab 116 Benarkah Pergi Ke Binjai?
117 Bab 117 Apa, Bercerai Dengan Qonita?
118 Bab 118 Tak Bisa Lagi Bersama
119 Bab 119 Jihan dan Iman
120 Bab 120 Terlambat Sudah
121 Bab 121 Tersenyumlah Karena Kamu Mampu
122 Bab 122 Nafkah 10 M?
123 Bab123 Utang 3 M, donk
124 Bab 124 Perpisahan
125 Bab 125 Jangan Ambil Qonita Dariku
126 Bab 126 Bukan Suami Bersama Lagi
127 Bab 127 Rindu Bermain
128 Bab 128 Hamil Anak Kembar
129 Bab 129 Ketakutan Qonita
130 Bab 130 Dukungan Keluarga
131 Bab 131 Undangan Ultah Yuna
132 Bab 132 Ultah Yuna
133 Bab 133 Mayang VS Qonita
134 Bab 134 Mayang dan Agil
135 Bab 135 Fokus Pada Kebahagiaan Aja
136 Bab 136 Mayang Apa Yang Kamu Lakukan
137 Bab 137 Pulang
138 Bab 138 Kehilangan
139 Bab 139 Mayang Kembali Menemui Qonita
140 Bab 140 Permohonan Maaf
141 Bab 141 Agil Pun Rindu
142 Bab 142 Mantan Suami Qonita
143 Bab 143 Berbaikan Kembali
144 Bab 144 Surga Dunia
145 Bab 145
146 Bab 146 Kedatangan Ayah Lutfi
147 Bab 147 Anak-anak Bertemu Ayah Lutfi
148 Bab 148 Ke Rumah Agil
149 Bab 149 Tidur Bersama?
150 Bab 150 Surat Yusuf dan Maryam
151 Bab 151 Jenis Kelaminnya Rahasia
152 Bab 152 Orang Tua Agil
153 Bab 153 Tidur Bersama lagi
154 Bab 154 Mayang VS Tante Sarah
155 Bab 155 Mayang dan Tante Sarah
156 Bab 156 Layaknya Anak Kandung
157 Bab 157 Mantan Berulah Lagi
158 Bab 158 Pesona Agil
159 Bab 159 Serangga Betina
160 Bab 160 Ke Jalur Hukum Yuk
161 Bab 161 Agil Terganggu
162 Bab 162 Asi Eksklusif
163 Bab 163 Edukasi Ibu Hamil dan Menyusui
164 Bab 164 Tidak Sesuai Harapan
165 Bab 165 Memohon Restu
166 Bab 166 Galau Menuju Sah
167 Bab 167 Mayang dan Agil Sah
168 Bab 168 Kembar Sepasang
169 Bab 169 Yamin dan Yumna
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan
2
Bab 2. Realisasi Janji 1
3
Bab 3. Perjodohan Lagi?
4
Bab 4. Permintaan Kedua
5
Bab 5. Bertemu Sulaiman
6
Bab 6. Evaluasi Pertemuan
7
Bab 7 Usaha Untuk Mendatangkan Qonita
8
Bab 8. Di Rumah Nana
9
Bab 9. Cara Mendapatkan Anak Laki-Laki
10
Bab 10. Ada Se Tan
11
Bab 11. Penjajakan Pada Keluarga Qonita
12
Bab 12. Ajak Kencan Anak-Anak
13
Bab 13 Kencan
14
Bab 14 Semakin Dekat
15
Bab 15 Reuni
16
Bab 16 Lembur
17
Bab 17 Permintaan Ketiga
18
Bab 18 Takut Terbakar
19
Bab19 Bertemu Keluarga Besar Qonita
20
Bab 20 Bertemu Keluarga Besar Qonita 2
21
Bab 21 Berdua Dengan Iman
22
Bab 22 Berdua Dengan Iman 2
23
Bab 23 Satu Aja Gak Habis-Habis
24
Bab 24 Rembuk Keluarga
25
Bab 25 Mengunjungi Rumah Udak
26
Bab 26 Berdua Lagi
27
Bab 27 Hantaran
28
Bab 28 Sesuatu Pasca Hantaran
29
Bab 29 Menjelang Pernikahan
30
Bab 30 Sah Euy
31
Bab 31 Di Gedung
32
Bab 32 Pernikahan Suamiku
33
Bab 33 Di Rumah Suami
34
Bab 34 Janda 2 Anak
35
Bab 35 Malam Ber-sastra
36
Bab 36 Malam Pertama
37
Bab 37 Malam dan Pagi Yang Indah
38
Bab 38 Pagi Pertama Bersama Istri
39
Bab 39 Kebersamaan Bersama Anak dan Istri
40
Bab 40 Kesedihan Mayang
41
Bab 41 TK Ichy
42
Bab 42 Ke Rumah Oma
43
Bab 43 Buat Kamar di Kantor
44
Bab 44 Ziarah
45
Bab 45 Rumah Oma Wina
46
Bab 46 Rumah Nenek Tari
47
Bab 47 Foto Pernikahan
48
Bab 48 Kantor Suami
49
Bab 49 Sesuatu di Kantor Iman
50
Bab 50 Sisa Cuti
51
Bab 51 Bekerja Lagi
52
Bab 52 Pulang Ke Binjai
53
Bab 53 Ribut
54
Bab 54 Penyesalan
55
Bab 55 Manfaat Mandi Bersama
56
Bab 56 Tamatnya Kisah Kejam Ibu Tiri
57
Bab 57 Syukur VS Istigfar
58
Bab 58 Waterboom
59
Bab 59 Happy-happy
60
Bab 60 Suami Keluar Kota
61
Bab 61 Rindu
62
Bab 62 Pulang
63
Bab 63 Bersaing Merebut Perhatian
64
Bab 64 Bertemu Mantan Kakak Ipar
65
Bab 65 Fuad dan Opa
66
Bab 66 Kota Dingin, Brastagi
67
Bab 67 Brastagi
68
Bab 68 Mayang dan Qonita bersedih
69
Bab 69 Lebih Sayang Qonita
70
Bab 70 Bekal untuk 3 Hari di Luar Kota
71
Bab 71 Terbongkar
72
Bab 72 Kesedihan Qonita
73
Bab 73 Yang Terbaik Untuk Semua
74
Bab 74 Menghindar
75
Bab 75 Memendam Rasa
76
Bab 76 Mimpi
77
Bab 77 Sakit
78
Bab 78 Karena Aku Punyamu
79
Bab 79 Bersama Siapa?
80
Bab 80 Menemani Istri
81
Bab 81 Menjenguk Mantu
82
Bab 82 Menjenguk Mantu 2
83
Bab 83 Melupakan
84
Bab 84 Mari Ulangi Lagi
85
Bab 85 Berlaku Adil
86
Bab 86 Izin Keluar Kota
87
Bab 87 Mendoakannya Bahagia
88
Bab 88 Tidak Semanis Dulu
89
Bab 89 Anak-anak Rindu
90
Bab 90 Menghubungi Mayang
91
Bab 91 Lipstik dan Parfum Siapa?
92
Bab 92 Terapi Ala Qonita
93
Bab 93 Beraksi Dalam Diam
94
Bab 94 Percaya Dari Hati
95
Bab 95 Anting Siapa Ini?
96
Bab 96 Kemarahan Iman
97
Bab 97 Damai itu Indah
98
Bab 98 Hamil
99
Bab 99 Ultah Opa Pras
100
Bab 100 Terungkap
101
Bab 101 Ceraikan Dia!
102
Bab 102 Tamparan Untuk Jamal
103
Bab 103 Pingsan
104
Bab 104 Mama
105
Bab 105 Superior room
106
Bab 106 Kuizinkan Kau Pergi
107
Bab 107 Tidak Ada Restu
108
Bab 108 Buat Pilihan
109
Bab 109 Temui Keluargamu
110
Bab 110 Agil dan Rangga
111
Bab 111 Qonita Bertemu Mayang
112
Bab 112 Qonita dan Mayang
113
Bab 113 Santai Ajah
114
Bab 114 Mayang ke Kantor Iman
115
Bab 115 Kalah dari Qonita
116
Bab 116 Benarkah Pergi Ke Binjai?
117
Bab 117 Apa, Bercerai Dengan Qonita?
118
Bab 118 Tak Bisa Lagi Bersama
119
Bab 119 Jihan dan Iman
120
Bab 120 Terlambat Sudah
121
Bab 121 Tersenyumlah Karena Kamu Mampu
122
Bab 122 Nafkah 10 M?
123
Bab123 Utang 3 M, donk
124
Bab 124 Perpisahan
125
Bab 125 Jangan Ambil Qonita Dariku
126
Bab 126 Bukan Suami Bersama Lagi
127
Bab 127 Rindu Bermain
128
Bab 128 Hamil Anak Kembar
129
Bab 129 Ketakutan Qonita
130
Bab 130 Dukungan Keluarga
131
Bab 131 Undangan Ultah Yuna
132
Bab 132 Ultah Yuna
133
Bab 133 Mayang VS Qonita
134
Bab 134 Mayang dan Agil
135
Bab 135 Fokus Pada Kebahagiaan Aja
136
Bab 136 Mayang Apa Yang Kamu Lakukan
137
Bab 137 Pulang
138
Bab 138 Kehilangan
139
Bab 139 Mayang Kembali Menemui Qonita
140
Bab 140 Permohonan Maaf
141
Bab 141 Agil Pun Rindu
142
Bab 142 Mantan Suami Qonita
143
Bab 143 Berbaikan Kembali
144
Bab 144 Surga Dunia
145
Bab 145
146
Bab 146 Kedatangan Ayah Lutfi
147
Bab 147 Anak-anak Bertemu Ayah Lutfi
148
Bab 148 Ke Rumah Agil
149
Bab 149 Tidur Bersama?
150
Bab 150 Surat Yusuf dan Maryam
151
Bab 151 Jenis Kelaminnya Rahasia
152
Bab 152 Orang Tua Agil
153
Bab 153 Tidur Bersama lagi
154
Bab 154 Mayang VS Tante Sarah
155
Bab 155 Mayang dan Tante Sarah
156
Bab 156 Layaknya Anak Kandung
157
Bab 157 Mantan Berulah Lagi
158
Bab 158 Pesona Agil
159
Bab 159 Serangga Betina
160
Bab 160 Ke Jalur Hukum Yuk
161
Bab 161 Agil Terganggu
162
Bab 162 Asi Eksklusif
163
Bab 163 Edukasi Ibu Hamil dan Menyusui
164
Bab 164 Tidak Sesuai Harapan
165
Bab 165 Memohon Restu
166
Bab 166 Galau Menuju Sah
167
Bab 167 Mayang dan Agil Sah
168
Bab 168 Kembar Sepasang
169
Bab 169 Yamin dan Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!