101 Avatars
Lima tahun yang lalu di malam itu, tidak ada satu pun orang-orang yang akan menduga bahwa peristiwa tersebut akan terjadi.
Berkisar sekitar 7 tahun yang lalu, dua ilmuwan jenius menciptakan suatu game fenomenal yang banyak diberitakan di berbagai di media massa sebagai suatu game yang membawa peradaban manusia ke era yang baru.
Suatu era yang dinamakan era virtual di mana orang-orang benar-benar bisa masuk dan merasakan sensasi langsung dari game melalui kelima indera mereka dan bukannya melalui tombol keyboard layar komputer. Hero of Hope game atau disingkat sebagai Hoho Game, itulah nama game tersebut.
Suatu game yang awalnya diciptakan di Korea oleh seorang ilmuwan jenius asal Indonesia dan seorang ilmuwan jenius asal Korea. Tidak butuh sampai dua bulan sejak penciptaannya, game itu pun berhasil masuk di pasaran Indonesia.
Game tersebut terbilang menarik karena kita bisa merasakan pengalaman bertarung secara nyata di dunia virtual melalui 99 Avatar yang dapat kita pilih secara bebas sebagai karakter game kita. Kita pun dapat dengan bebas mengganti avatar kita dengan avatar lain kapan saja. Namun, semakin sering salah satu avatar dimainkan, maka kekuatan bertempur avatar itu pun akan semakin berevolusi menjadi lebih hebat.
Kemudian muncullah gelar kehormatan kepada orang-orang yang berhasil membuat salah satu avatar berevolusi menjadi paling hebat di antara avatar sejenis lainnya yang dimiliki oleh pemain lain. Gelar kehormatan itu disebut sebagai Ranker.
Dan sebagai pemilik Avatar Nomor 1, Freeze, yang terhebat di antara para pemain lainnya, kakak pertamaku, Faridh, menyandang gelar Ranker. Semakin kecil nomor suatu avatar, maka semakin hebat kemampuannya. Namun, hal itu dibarengi dengan semakin sulitnya avatar tersebut dikendalikan.
Ketika tubuh pemain memilih avatar yang di luar kemampuannya untuk dimainkan, maka secara otomatis sistem akan menolaknya. Namun, terkadang banyak pemain nakal yang menggunakan jasa hacker agar mampu menipu sistem tersebut agar dapat memainkan avatar bernomor lebih kecil dari yang seharusnya bisa mereka mainkan. Alhasil, mereka justru mengalami cedera dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Oleh karena itu, bukan bermaksud sombong, tetapi sebagai pemilik gelar Ranker untuk avatar terhebat sekaligus yang paling sulit dikendalikan, bukankah itu berarti kakakku Faridh adalah pemain terhebat di Hoho game?
Setidaknya itulah yang kubangga-banggakan dari kakak pertamaku sampai malam bencana lima tahun yang lalu itu pun tiba.
Malam itu, aku dengan polosnya meminta kakakku untuk bertarung dengan Ranker Avatar Nomor 8, Healer, karena kesal dengan teman-temanku di sekolah yang terlalu memuji-muji kehebatan Ranker Avatar Nomor 8 itu. Apanya yang hebat, jelas kakakku-lah yang terhebat, pikirku.
Namun, bahkan belum sempat kedua Ranker tersebut dipertemukan, tiba-tiba listrik di ruangan kami berada di mana kakakku, Faridh, berada di dalam kapsul game-nya untuk terhubung ke sistem game, tiba-tiba menjadi tidak stabil dan terjadi percikan-percikan kecil api listrik di mana-mana.
Dalam sekejap, ruangan menjadi gelap. Dan di saat itulah dengan mata kepalaku sendiri, aku menyaksikan kejadian itu. Avatar Freeze tiba-tiba keluar dari layar komputer dan menjadi nyata. Lalu avatar terkutuk itu membunuh kakakku, Faridh, dengan sangat sadis.
Jika saja di hari itu, aku tidak terprovokasi oleh perkataan teman-temanku yang terlalu memuji-muji Ranker Avatar Nomor 8 itu, pastinya malam itu Kak Faridh tidak perlu bemain Hoho Game, apalagi Kak Faridh tengah sibuk dalam mempersiapkan ujian masuk universitasnya. Dan kami pun tidak perlu terlibat dalam malam bencana Hoho Game tersebut.
Malam bencana di mana ke-99 avatar Hoho Game tiba-tiba keluar dari game dan menyebar di seluruh pelosok Ibukota Jakarta serta membunuh masing-masing pemain yang kebetulan mengaktifkan avatar masing-masing tersebut di malam itu beserta dengan orang-orang di sekitar mereka.
Jika demikian, Kak Faridh pastinya masih akan hidup sampai saat ini.
Akan tetapi, sehari setelah kejadian tersebut, tiba-tiba muncul sesosok pahlawan berkostum merah yang menghabisi para avatar tersebut. Dalam sekejap, keadaan Kota Jakarta kembali aman tenteram seperti sedia kala.
Namun, bahkan setelah lima tahun berlalu, aku masih belum dapat melupakan kejadian tersebut. Aku bertekad untuk mengungkap misteri di balik malam bencana Hoho Game yang terjadi di kota kami itu. Itulah sebabnya, kini aku memasuki jurusan Fisika Virtual di universitas terbaik di Kota Jakarta ini.
“Adrian, waktunya sarapan. Jangan sibuk dengan layar komputer melulu.” Teriakan Kak Syifa, lantas membuyarkan lamunanku. Aku pun segera menuruti perkataannya untuk segera keluar dari kamarku lalu turun ke bawah untuk sarapan.
Dialah Kak Syifa, kakak keduaku. Dengan kematian Kak Adrian, kini hanya tinggal kami berdua yang saling bahu-membahu untuk bertahan hidup. Kedua orang tua kami bercerai lantas meninggalkan kami demi mencapai cita-cita masing-masing. Hanya kiriman uang dari mereka yang terkadang datang tiap bulannya demi memenuhi kebutuhan hidup kami.
Ayahku adalah seorang ilmuwan fisika virtual yang saat ini sedang melakukan penelitiannya di Kanada. Sementara ibuku adalah seorang arkeolog yang saat ini sedang sibuk dengan artifak-artifak kuno di Afrika bagian utara.
Akupun tersenyum ramah di hadapan kakak perempuanku itu.
“Duh, Adrian, kenapa kamu menatap Kakak sambil nyengar-nyengir begitu? Jika kamu mau uang jajanmu ditambah, maka Kakak tidak dapat mengabulkannya.” Ujar kakak perempuanku itu dengan ketus.
Yah, walaupun saat ini, keluargaku tidak lagi lengkap, tetapi aku masih bisa merasakan kebahagiaan selama kakakku, Syifa, baik-baik saja.
“Hari ini patroli pertama Kakak kan? Semangat ya Kak. Kalau itu Kakak, pasti para penajahat akan ketakutan. Hehehehe.” Candaku kepada kakakku itu yang tampak telah siap dengan seragam polwannya.
“Duh, Adrian. Lagi-lagi kamu meledek Kakak ya. Aku sendiri juga tahu kalau pembawaan Kakak itu tomboi dan tidak ada feminim-feminimnya, makanya sampai sekarang Kakak belum bisa juga dapat pacar. Itu aku tahu, tapi mendengarkannya langsung dari mulutmu, membuat Kakak sedikit terluka.” Tiba-tiba wajah kakak perempuanku itu berubah menjadi sendu begitu mendengar candaanku.
Aku pun lantas merasa bersalah karena memang bukan seperti apa yang dipikirkan oleh Kak Syifa tujuan perkataanku. Karena bagiku, kakakku Syifa tidak kalah kerennya dibandingkan dengan kakakku Faridh. Dia adalah seorang wanita yang berjiwa tegar dan memiliki rasa keadilan yang tinggi. Dan dengan usahanya sendiri pula, dia dapat mewujudkan cita-citanya itu menjadi seorang polwan yang dia idam-idamkan.
“Tidak, Kak Syifa. Bukan seperti itu maksudku. Begini, anu, seorang wanita yang tegar dan kuat juga punya pesonanya sendiri di hadapan laki-laki. Bagiku, justru tipe wanita seperti Kak Syifa-lah yang jauh lebih menarik ketimbang tipe-tipe wanita sok manja yang selalu ingin menarik perhatian lelaki itu.” Bantahku dengan cepat atas kesalahpahaman Kak Syifa terhadap perkataanku barusan.
“Hehehehe. Adikku Adrian memang adik yang baik.” Ujar Kak Syifa disertai dengan tawanya yang tulus sembari mengusap rambutku.
Aku pun ikut tersenyum kepada kakakku itu. Aku berharap suasana bahagia ini mampu bertahan selamanya.
Kami pun selesai sarapan. Karena hari ini, kuliahku dimulai pukul 3 sore, aku pun hanya mengantar kepergian Kak Syifa di depan pintu lantas kembali menyibukkan diri di depan layar komputerku.
Bahkan, tidak ada satu pun firasatku hari itu, bahwa Kak Syifa pun akan turut menjadi korban dari avatar Hoho Game yang selama ini tak pernah lagi menunjukkan aktivitasnya selama lima tahun terakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
pensi
semangat 💪🏻
2022-07-26
2
Eni pua
aku mampir bawa bunga aja ya kak takut nggak kebaca nanti performa kakak turun 🙏🤭
2022-06-15
1
Cip_13
Eh namaku ada disini hihihi🤭🤭🤭
2022-06-11
1