“Tenang, Kak Syifa. Kak Bomber bukan orang yang mencurigakan. Dia orang yang baik yang telah menyelamatkan kita berdua dari Avatar Mantis itu.” Ujarku seraya menampik tangan Kak Syifa yang berupaya menarikku.
“Bagaimana kamu bisa percaya pada orang yang bahkan tidak menunjukkan wajah aslinya.” Ujar Kak Syifa seraya menunjuk Kak Bomber dengan tidak sopan.
“Hmmm.” Kak Bomber pun terlihat menyeringai setelah mendengarkan ucapan Kak Syifa.
“Bagaimana kalau kalian menanyakan detailnya secara langsung kepada Profesor Indro dan Profesor Melisa di lab kami besok?” Ujar Kak Bomber kepada kami.
Seketika aku terkesiap. Jangan-jangan yang dimaksud Kak Bomber dengan Profesor Indro itu…
“Kak Bomber, jangan-jangan Profesor Indro yang Kakak maksud itu…” Tanyaku sembari harap-harap penasaran kepada kak Bomber.
“Mungkin memang benar seperti apa yang kamu pikirkan. Dialah Profesor Indro Nuryono, salah satu ilmuwan perintis Hoho Game.” Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku itu, Kak Bomber tampaknya langsung paham dan menjawabnya.
“Tapi Kak, bukankah Prof. Indro telah tewas dalam kecelakaan lima tahun silam?” Tanyaku sekali lagi dengan penasaran atas ucapan Kak Bomber yang terdengar tidak masuk akal itu.
Profesor Indro Nuryono, seorang ilmuwan asal Indonesia yang awalnya memang sudah cukup terkenal secara global berkat berbagai risetnya di bidang fisika virtual, tetapi suatu hari penelitiannya ditolak di negeri sendiri.
Namun suatu hari, salah seorang professor terkenal lain asal Korea menghubunginya dan menawarkan kerjasama padanya untuk menggunakan hasil penelitiannya itu sebagai dasar penciptaan dunia virtual di dalam game. Suatu kerjasama penelitian yang akhirnya menjadi cikal-bakal lahirnya Hoho Game.
Namun, tepat sehari sebelum terjadinya bencana Hoho Game di Kota Jakarta lima tahun silam, Prof. Indro ditemukan meninggal di laboratorium pribadinya karena serangan jantung. Mana mungkin Kak Bomber mampu mempertemukan kami dengan arwah?
Tiba-tiba Kak Bomber menepuk pundakku.
“Tidak usah terlalu dipikirkan rumit begitu. Kamu akan tahu semuanya setelah melihatnya langsung. Jadi jangan lupa datang ya.” Ujar Kak Bomber seraya mengambil kertas dan pulpen dari saku celananya yang tampak ketat itu sehingga aku sendiri heran bagaimana bisa dia menyelipkan kertas dan pulpen di sana, lantas menyerahkan kertasnya padaku setelah dia tampak mencatat sesuatu di atasnya.
“30 meter ke arah tenggara dari pertigaan jalan raya kedua di Jalan Jeruk Kecamatan Bogolan Kota Jakarta Utara,” begitulah yang tertulis di catatan tersebut.
“Tunggu, kau di sana!” Teriak Kak Syifa kepada Kak Bomber sekali lagi dengan tidak sopan.
“Duh, Kak Syifa. Kenapa tidak sopan begitu kepada Kak Bomber. Kak Bomber-lah yang telah menyelamatkan nyawa Kakak lho.” Ujarku dengan panik begitu melihat tingkah tak sopan Kak Syifa itu.
“Yah, soal itu, terima kasih, Tuan Bomber.” Ujar Kak Syifa kembali kepada Kak Bomber, tetapi dengan nada bicara yang telah tampak lebih kalem.
Namun, kekaleman Kak Syifa itu tidak berlangsung lama sebab Kak Syifa langsung menatap kembali Kak Bomber dengan tatapan mengintimidasi yang tak sopan.
“Kamu, kenapa sampai petugas polisi mencapmu sebagai kriminal dan berupaya menangkapmu? Ada laporan resmi dari pihak kepolisian bahwa penyebab bencana Hoho Game lima tahun silam ada kaitannya denganmu.” Tanya Kak Syifa tegas kepada Kak Bomber.
Pertanyaan itu pula lantas membuatku shok. Padahal jelas-jelas lima tahun silam, semua media memberitakan bahwa Kak Bomber adalah pahlawan yang telah menyelamatkan Kota Jakarta dari keadaan krisis akibat bencana Hoho Game. Lantas, kenapa semuanya jadi terbalik seperti ini dan malah menjadikan Kak Bomber sebagai tersangka?
Aku pun akhirnya turut menunggu dengan harap-harap cemas terhadap jawaban yang akan diberikan oleh Kak Bomber.
“Lima tahun silam, demi menghentikan jatuhnya lebih banyak korban, aku mengaktifkan skill jarak jauh yang mampu menghentikan sementara kemampuan virus yang bersemayam di dalam tubuh para avatar.”
Kak Bomber terdiam sejenak, tampak ragu melanjutkan kalimatnya. Namun, akhirnya dia utarakan.
“Tetapi di luar bayanganku, ternyata para avatar tersebut berevolusi dan melahirkan kemampuan yang mengerikan. Kemampuan untuk memimik manusia yang dibunuhnya.”
“Memimik? Itu berarti…” Ucapku dengan penasaran.
“Ya, mereka menyamar menjadi manusia selama lima tahun ini. Dan tanpa virus di tubuh mereka teraktifkan, mereka hanya akan terlihat seperti manusia biasa kecuali kekurangan mereka dalam mengontrol emosi mereka.”
“Apa?”
“Itu mana mungkin terjadi?”
Baik aku dan Kak Syifa sama-sama terkaget atas pernyataan Kak Bomber tersebut.
“Jelas-jelas bahwa tubuh mereka hanya tumpukan data. Tetapi sistem di tubuh mereka mampu menipu segala macam alat pendeteksian. Baik dengan X-ray, CT-scan, MRI, maupun berbagai alat pendeteksi canggih lainnya. Mereka hanya akan memberikan hasil layaknya manusia biasa. Bukankah ini aneh? Padahal tubuh mereka jelas-jelas kosong.”
Kak Bomber pun tampak mulai lebih intens dengan intonasi suara yang lebih tinggi dalam menjelaskan.
“Mereka bisa makan, minum, buang air, padahal tidak ada apa-apa di dalam tubuh mereka. Ini jelas-jelas aneh, bahkan berapa kali pun aku melakukan penelitian, aku tetap tak dapat menemukan jawabannya.”
Tampak tatapan Kak Bomber menjadi lebih tajam ke arah kami.
“Kini setelah lima tahun, kekuatanku yang mengekang virus di tubuh mereka akhirnya mulai lepas satu-persatu yang membuat mereka kembali agresif. Oleh karena itulah, aku membutuhkan teman perjuangan. Aku tidak dapat mengatasi ini seorang diri.”
“Aku pasti akan membantu Kak Bomber.”
“Adrian!”
Mendengar ucapan Kak Bomber yang membutuhkan rekan perjuangan, membuatku secara insting untuk mengucapkan kalimat itu. Namun, Kak Syifa segera menunjukkan ketidaksetujuannya dengan membentakku dan menatapku sinis.
“Di malam bencana itu, aku berhasil menyingkirkan 29 dari mereka. Kemudian 37 lagi setelahnya, tidak, 38 termasuk yang dikalahkan oleh Anak Muda.”
“Panggil aku Adrian saja Kak.” Mendengar Kak Bomber yang terus-terusan memanggilku dengan sebutan Anak Muda, aku pun dengan senyum ramah memperkenalkan namaku kepadanya.
“Oh, maaf, Adrian. Jadi intinya, masih ada sekitar 32 dari mereka yang belum terkalahkan yang bagai bom waktu tidak lama lagi akan meledak. Oleh karena itu bagaimana pun, aku membutuhkan bantuan Adrian.”
Kak Bomber pun lantas menatap Kak Syifa dengan tatapan yang serius.
“Jadi aku mohon, kakaknya Adrian, tolong bersedialah meminjamkan Adrian pada kami sementara untuk menyelamatkan kota ini.” Ucap Kak Bomber seraya menundukkan kepalanya.
“Syifa. Panggil saja aku dengan Syifa.” Kata-kata Kak Syifa seketika menjadi lebih lembut kepada Kak Bomber.
“Oh, maafkan aku, Syifa.” Balas ucap tulus Kak Bomber kepada Kak Syifa.
“Tapi, kamu belum menjawab pertanyaanku soal mengapa kamu sampai menjadi buronan polisi?” Tanya sekali lagi Kak Syifa sambil menelisik ke dalam ekspresi Kak Bomber.
“Itu kemungkinan karena salah satu dari avatar telah menyusup ke tempat-tempat penting, menyamar sebagai manusia biasa dengan pangkat dan jabatan yang tinggi. Dengan begitu, mereka bisa memiliki kekuasaan untuk memutar-balikkan informasi demi keuntungan mereka, termasuk untuk menyingkirkan segala hal yang menjadi penghalang mereka.” Kak Bomber pun menjawab.
Jawaban dari Kak Bomber tersebut lantas membuat baik aku maupun Kak Syifa menjadi shok. Jelas hal ini menjadi masalah yang lebih besar dari yang kami harapkan. Aku dan Kak Bomber tidak hanya harus menghadapi para avatar secara frontal, tetapi mesti mengungkap muslihat mereka yang bersembunyi di balik layar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Rusdie
shock
( ☉д⊙)
2022-06-10
1
Senajudifa
thor aku mampir y
2022-05-18
1
Sebutir Debu
Hadir kakak
2022-05-08
1