Pagi itu, tepat sehari setelah kejadian dengan Avatar Mantis, aku melangkahkan kakiku menuju ke tempat sarapan. Pikiranku masih kacau dengan obrolan yang kami lakukan dengan Kak Bomber kemarin.
“Pastinya banyak hal yang membuat kalian penasaran tentang darimana asal para avatar, bagaimana para avatar setelah malam bencana Hoho game, dan sebagainya. Kalian bisa tanyakan sendiri pada Profesor Indro dan Profesor Melisa besok sore,” setidaknya itu yang dikatakan oleh Kak Bomber pada kami.
Aku pun duduk di meja makan. Rupanya, telah menantiku di meja makan Kak Syifa sambil menatapku dengan sinis.
“Adrian, ingat, status Bomber saat ini adalah buronan yang sedang dicari polisi. Tidak ada orang yang boleh tahu kalau kita terlibat dengannya. Walaupun ada desas-desus yang beredar soal keterlibatan seorang polwan dan adiknya dengan Bomber di media sosial, untungnya, pada saat kejadian kemarin, tidak ada yang benar-benar mengingat wajah Kakak maupun kamu di TKP. Jadi pastikan untuk menyimpan rahasia kemarin rapat-rapat. Mengerti?!”
Kak Syifa benar-benar menekankan padaku agar menutup rapat-rapat soal kejadian kemarin. Dan tentu saja termasuk kebenaran bahwa aku adalah Avatar Arjuna, harus benar-benar dirahasiakan dari publik.
“Aku mengerti Kak. Sesuai janji dengan Kak Bomber kemarin, aku akan menjemput Kakak di tempat kerja sekitar pukul empat sore untuk sama-sama ke alamat yang diberikan olehnya.” Jawabku kepada Kak Syifa.
Jujur, aku sedikit kecewa dengan hal itu. Bahkan setelah peristiwa heroik yang kami lakukan dengan mengalahkan Avatar Mantis tersebut, jangankan pujian sebagai pahlawan, aku dan Kak Bomber malah diperlakukan sebagai kriminal. Namun, aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya karena yang terpenting bagiku adalah keamanan kakakku serta suasana damai di mana kami tinggal.
Pagi itu, aku pun berangkat ke kampus lebih awal karena hari itu aku memiliki tiga mata kuliah di mana mata kuliah pertama dimulai pada pukul 7.30. Aku berangkat ke kampus seperti di hari-hari biasa. Akan tetapi, sesampainya aku di gedung fakultasku, apa yang kulihat justru pemandangan yang membuat hatiku semakin sesak.
Nafisah sedang berduaan bersama dengan seorang pria dengan tampak asyiknya bersenda-gurau diiringi canda tawa. Seorang pria tinggi dengan postur tubuh ideal serta dengan rupa yang menawan pula. Benar-benar sosok pacar ideal buat wanita secantik Nafisah. Namun, aku tidak bisa terima ini. Aku tidak ingin menyerah dengan cintaku itu bahkan sebelum aku sempat berjuang. Aku benar-benar benci dengan sosok pria yang bersama dengan Nafisah itu.
“Eeeeh? Ada apa dengan murid terjenius di angkatan kita ini? Apa yang kamu lihat sampai seserius itu?” Tiba-tiba, salah seorang teman seangkatanku di jurusan mengagetkanku dari arah belakang. Dialah Bobi.
“Ah, Nafisah ya? Adrian benar-benar suka padanya ya soalnya dia sangat cantik.” Tampak salah seorang teman angkatanku lainnya ikut menyahut dari belakang. Dialah Zenri.
“Ah, ternyata orang itu ya. Kurasa kamu tidak perlu khawatir lho, Adrian. Soalnya hubungan mereka tidak seperti yang kamu kira. Mereka mungkin hanya sedang membahas proyek penelitian mereka saja.”
“Proyek penelitian?” Tanyaku dengan penasaran terhadap perkataan Bobi tersebut.
“Kamu tidak tahu? Nafisah saat ini sedang menjalankan proyek penelitian bersama dengan Profesor Melisa, dosen dari jurusan Kimia Android. Sementara, pria di sampingnya itu adalah Kaiser Dewantara, mahasiswa S2 tahun pertama di jurusan kita, Fisika Virtual, yang ikut membantu proyek penelitian mereka.”
Bobi tampak menekan-nekan dagunya, kebiasaan yang selalu dia lakukan ketika sedang memikirkan sesuatu, sebelum dia melanjutkan ucapannya.
“Kalau tidak salah, mereka beranggotakan 9 orang di bawah Profesor Melisa, dua orang masing-masing dari angkatan kedua, ketiga, dan keempat jurusan Kimia Android, plus 1 orang dari angkatan pertama yakni Nafisah, serta 2 orang dari mahasiswa S2 jurusan Fisika Virtual.” Lanjut Bobi.
Bobi Kasandro. Salah satu temanku yang paling akrab denganku di jurusan Fisika Virtual. Seseorang yang sangat berbakat dalam mengumpulkan informasi. Segala informasi aktual dari segala penjuru kampus selalu tak luput dari perhatiannya. Benar-benar seorang pencari informasi yang ulung. Dia juga adalah tipe orang yang selalu membuat keputusan secara logis.
“Benarkah seperti itu, Bobi? Walaupun mereka satu projek penelitian, bukankah mereka terlihat terlalu dekat? Ada yang bilang lho kalau salah satu penyebab seseorang bisa jatuh cinta adalah karena keseringan bertemu. Tidak menutup kemungkinan untuk terjadi cinlok selama mereka melakukan penelitian bersama. Lagipula anggota mereka ada 9 orang kan? Lalu mengapa hanya Nafisah dan Kak Kaiser yang tampak berduaan di sana?”
“Menurutmu, juga seperti itu, Zenri?” Ujarku kepada Zenri dengan sangat sedih begitu mendengar perkataannya.
“Tapi tunggu. Hmmm. Berdasarkan analisaku dari cara mereka berinteraksi, kemungkinan mereka untuk saling suka hampir tidak ada. Kamu masih punya peluang ya, Adrian.” Tambah Zenri padaku sambil tersenyum.
Zenri Adesastra. Salah seorang temanku lainnya yang paling dekat denganku di jurusan. Dia terbilang tipe cerewet yang selalu vokal di setiap waktu kumpul-kumpul kami bersama. Keberadaannya di suatu perkumpulan senantiasa membuat perkumpulan tersebut terasa lebih hidup dengan celotehannya yang tiada henti.
Namun begitu, dia tipe orang yang sangat baik dalam mengontrol diri. Dia selalu tahu apa yang pantas diucapkan dan mana yang tidak. Singkatnya, dia sangat pandai menyaring perkataannya dan tidak pernah sekalipun kelepasan bicara walaupun dia adalah orang yang sangat cerewet. Meski dengan karakternya yang cerewet itu, Zenri terbilang orang yang amanah dalam menyimpan rahasia.
“Zenri, menurutmu juga begitu ya? Pria itu sama sekali tidak cocok dengan Nafisah kan? Aku yang lebih cocok dengan Nafisah daripada pria di sana itu kan?” Ujarku kepada mereka berdua dengan tampak menyedihkan.
Kulihat mereka berdua terdiam setelah mendengar ucapanku itu dengan ekspresi tampak jijik.
“Aku tidak bilang begitu sih, tapi benar kamu punya peluang, Adrian. Semangat!” Ujar Zenri padaku dengan tampak ragu-ragu.
“Selama kamu menerapkan trik yang tepat dalam pendekatanmu dengannya tapinya ya, Adrian.” Tambah Bobi padaku.
“Tapi tunggu dulu, Kaiser Dewantara? Nama itu terdengar tidak asing di telingaku.” Tanyaku lagi kepada mereka berdua.
“Tentu saja nama itu tidak asing bagimu pula karena dia orang yang sangat terkenal di jurusan Fisika Virtual. Soalnya di zaman-zaman keemasan Hoho game sebelum bencana itu terjadi, dia dijuluki sebagai ranker terhebat di Hoho Game dengan menggunakan Avatar Healer.”
Kenapa aku bisa sampai melupakan nama itu? Kaiser Dewantara. Penyandang gelar Ranker bagi Avatar Seri Nomor 8 di Hoho Game, Avatar Healer. Avatar yang dijuluki sebagai avatar pecundang walau dengan nomor seri yang kecil dikarenakan kemampuannya yang prominen hanya di bidang penyembuhan, tetapi avatar itu sendiri hanya memiliki jenis serangan berupa ulir-ulir cabang pohon dan tembakan daun.
Singkatnya, avatar pecundang. Avatar tersebut sangat lemah dalam kemampuan penyerangan sehingga hampir semua orang yang menggunakan avatar itu selalu kalah dalam pertarungan, terkecuali satu orang, Kaiser Dewantara.
Sekitar 6 tahun lalu, kurang lebih setahun sebelum bencana Hoho game, dia tiba-tiba mengajukan surat tantangan kepada 7 Ranker dengan avatar bernomor seri lebih kecil dari Avatar Healer-nya.
Akan tetapi, hanya 4 Ranker yang memenuhi surat tantangan tersebut, yakni ranker untuk Avatar Nomor 2, Raging Fire, Avatar Nomor 3, Poison Merchant, Avatar Nomor 5, Volt, serta Avatar Nomor 6, Mecha.
Tiada yang menduga, dengan menggunakan Avatar Nomor 8, Avatar Healer, yang dinilai lemah oleh semua orang tersebut, Kaiser Dewantara mampu meraih kemenangan berturut-turut, mengalahkan keempat Ranker yang menerima tantangannya itu.
Setelah kejadian itu, keempat ranker tersebut berkali-kali balik mengajukan surat tantangan padanya. Kaiser Dewantara selalu menerima tantangan tersebut dan selalu berhasil mengalahkan mereka. Dia juga terkadang menerima surat tantangan dari ranker dengan nomor seri avatar lebih besar darinya dan bahkan dari para pemain non-ranker, tetapi sesuai dugaan, tak ada satu pun yang dapat mengalahkannya.
Sampai terjadinya bencana Hoho game itu, dia berhasil mempertahankan rekornya tak pernah terkalahkan pada setiap pertandingan resminya hingga jadilah dia seorang legenda di Hoho game tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
tria sulistia
kaiser dewantara yang di delapan target bukan sih?
2022-06-26
1
tria sulistia
cemburu sebelum memiliki 😁
2022-06-26
1
Senajudifa
kayak nama anakku Syifa...hadir y thor
2022-05-19
1