Ayu mengambil kotak obat-obatan di atas meja, lalu duduk di sebelah Rey.
"Bapak perlu cuti? biar Ayu sampaikan ke Mas Dimas. pasti dia bisa mengerti keadaan Bapak."
Rey mengangguk, memang sepertinya ia harus menenangkan pikiran dulu untuk beberapa hari. "Tapi jangan sampai orang lain tau tentang hari ini." pinta Rey.
"mm.." Ayu mengangguk, ia mengoleskan obat merah perlahan ke luka di wajah Rey masih dengan isak tangis yang mulai memudar.
Rey mengamati wajah gadis di hadapannya itu dengan seksama, wajah yang sangat tulus, wajah yang ikut merasakan sakit saat dirinya terluka.
"Berhentilah menangis.. Saya baik-baik saja." lirih Rey mengusap air mata di pipi Ayu hingga membuatnya termangu.
Pandangan mata Ayu menatap jemari Rey yang tengah mengusap jejak air mata, kemudian perlahan ia menaikkan lagi pandangannya hingga kedua bola mata mereka bertemu.
Sejenak mereka saling menatap, entah apa yang ada di benak Rey saat itu. mendapatkan perhatian, dan selalu di prioritaskan oleh seorang gadis. jika yang mendapatkan itu seorang 'Pria' pasti mereka sudah saling jatuh cinta bukan?
"khm.." Rey berdeham saat menyadari mereka telah tenggelam oleh tatapan satu sama lain.
Sontak Ayu mengalihkan pandangannya, tangannya meremas kuat lembaran kain kasa karena salah tingkah. begitu pula dengan Rey, ia mengerjapkan mata sembari memegangi dadanya seolah ada yang tidak beres disana.
"Kenapa Pak? apa dia memukul Bapak di sana? perlukah kita Rontgen?" tanya Ayu memperhatikan raut wajah Rey.
Rey menggeleng pelan. "Tidak, bagian ini baik-baik saja.. iya.." ujarnya gugup sembari menepuk dadanya.
...~~~~...
Keesokan harinya...
Ctarr..!
Bagas memecah celengan Ayam di kamarnya, uang lembaran dari mulai dua ribu hingga lima puluh ribu berserak di atas lantai.
"Maafin Aku ya yam. Aku butuh uang untuk memperbaiki saudaramu." ucapnya sambil memunguti uang lembaran yang sudah lama ia simpan itu.
Bagas sangat membutuhkan uang itu untuk memperbaiki motornya yang rusak karena menerobos pembatas jalan saat bersama Ayu kemarin. motor lawas yang jarang di gunakan itu mengalami masalah di bagian shock nya karena di bawa terjun bebas oleh Bagas.
"Loh.. mau kemana kamu Bagas?" tanya Ibunya saat melihat Bagas berlari menuruni tangga.
"Mau ke bengkel Bu.."
Ibunya Bagas menggeleng pasrah "perasaan demamnya belum turun, udah ngelayap lagi tuh anak."
...-...
...-...
Setelah mengganti shock motornya, Bagas nekat mendatangi rumah Ayu dengan alasan ingin mengambil Jas almamaternya. padahal ia hanya ingin melihat wajah Ayu karena beberapa hari mereka tidak saling mengabari.
"Permisi Pak.." ucap Bagas memberi salam kepada petugas keamanan.
"Iya Mas.. mau anter paket ya?" tanya Pak petugas.
Bagas menyeringai masam, ganteng begini masa di kira kurir sih?
"Saya mau cari Ayu." sahut Bagas dengan gelagat songong nya karena sudah terlanjur kesal.
"Mas ini siapa?" tanya Pak petugas bertubuh kekar itu tak kalah nyolot. ia takut kalau ternyata Bagas orang yang hendak berniat aneh kepada Ayu.
Eh buset.. mau ketemu idaman hati aja susahnya ngalahin ketemu presiden.
"Saya teman kampusnya Ayu." sahut Bagas mendongakkan dagunya agar terlihat berwibawa.
"ooohhhh....." Pak petugas memindai tubuh Bagas dari atas kebawah dengan tatapan tajamnya. penampilan berandalan gitu siapa yang akan langsung percaya.
Setelah melalui proses ketat seperti hendak masuk bandara, Bagas pun di persilahkan masuk ke dalam gerbang rumah Ayu.
Kepalanya terus mendongak sambil berputar saat melihat betapa megahnya tempat itu. pilar pilar besar serta ukiran pintu yang amat elegan membuat Bagas tak berhenti terbelalak kagum.
"Bagas..." panggil Ayu sambil berlari kearahnya.
"Ada apa sampai jauh jauh kesini? mau ngambil almet?"
"Aku merindukanmu." ucap Bagas gamblang.
"hahahaha... Kamu ini. sebentar ya aku ambilkan almet mu." Ayu kembali berlari masuk kedalam rumahnya.
"Kenapa dia tidak pernah menganggap ku serius?" gumam Bagas memandangi punggung Ayu dari kejauhan.
Setelah beberapa menit, Ayu kembali dengan almamater di lengan kirinya "nah.. terimakasih ya.."
"Kamu sibuk?" tanya Bagas tak memperdulikan para petugas keamanan memperhatikannya.
"mm..nggak."
"Mau naik motor?"
"Boleh..." Ayu mengangguk dengan wajah berbinar, rasanya memang menyenangkan membelah angin dari atas motor. apalagi jika hujan seperti kemarin, sungguh momen itu momen paling seru yang pernah di alami Ayu selama hidup di dalam kastil nya.
Sementara di balik tanaman hias ternyata Dika menguping obrolan singkat mereka guna mencari tahu seberapa dekat mereka.
"wahh.. dia sangat berani dan terbuka." ucap Dika terkagum dengan sikap gentle yang dimiliki Bagas.
...~~~~...
Bagas membawa Ayu ke salah satu pasar barang antik di dekat rumah nya. pasar yang hanya di gelar sebulan sekali itu di minati para pecinta barang antik baik orang lokal maupun turis.
"wahhh.. Aku baru tau ada pasar seperti ini di sini. Lita memang keterlaluan, bisa-bisa nya dia nggak kasih tau aku ada pasar seperti ini." gerutu Ayu memicingkan matanya.
"Pasti dia juga berpikir kamu lebih menyukai Mall ketimbang tempat begini."
"Setidaknya dia menceritakan dulu, soal Aku suka atau tidak ya belakangan."
"Sudahlah, Kamu mau apa?Aku akan mentraktir mu karena ku pastikan barang di sini sesuai dengan kantongku hahaha.." ucap Bagas sangat percaya diri.
"Serius?!" Ayu langsung berlarian menuju barang yang menurutnya cantik untuk di pajang.
"Yang ini ya.. lucu pasti, Aku mau pajang di depan pintu kamar." ia mengangkat sebuah ukiran berbahan kayu jati asli. harga nya? tertulis bandrol 350 ribu rupiah.
Bagas melipat bibirnya, ia pikir barang antik selalu dibandrol murah.
"Nggak cocok ah.. pintu kamar kamu pasti bagus banget, mana cocok ditempel benda begitu."
"Iya ya.." Ayu meletakkan kembali ukiran kayu itu, kemudian mulai berjalan lagi ke pedagang di sebelahnya.
Ada satu barang lagi yang menarik pandangannya, lampu petromak berwarna coklat terang lengkap dengan sumbu antiknya tampak sangat memikat.
"Yang ini.. Pasti cantik banget kalau ku pajang di meja sisi ranjang. gimana menurut kamu?" tak tanggung-tanggung Ayu mengangkat dua lampu sekaligus untuk di letakkan di sisi kanan dan kiri tempat tidur.
Kali ini Ayu berhasil membuat Bagas menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat melihat bandrol harga lampu jadul itu senilai 1,3 juta perbuah.
"dia pikir aku membawa duit 10 juta apa? mana cukup uang ku."
"No.. di kamar mu pasti sudah ada lampu kristal seperti hotel bintang lima. jadi untuk apa lampu kuno itu kamu beli?"
Senyum sumringah Ayu hilang, ia menaruh kembali lampu petromak itu.
"iya juga ya..."
"Bagaimana kalau gelang itu?" tunjuk Bagas pada serentetan gelang berwarna putih yang tak kalah antik dari lampu pertomak.
Ayu menggeleng "Aku kurang suka pakai gelang."
"Kalau tas itu? bagus loh apalagi kalau di pakai ke pantai.."
"Aku sudah punya banyak tas." sahut Ayu lesu, ia melihat sekeliling namun tak ada lagi yang memikat mata nya.
Bagas mencium aroma mood Ayu yang mulai menurun, dan kebetulan ia melihat penjual es krim tak jauh dari sana. katanya makanan manis bisa meningkatkan mood kan?
Ia berlari menuju gerobak penjual eskrim dan memesan dua wadah dengan rasa yang berbeda. Vanila coklat untuk Ayu, dan Blueberry susu untuk dirinya.
"tada...! cobain deh, ini eskrim paling legendaris di sini."
"wahh.. topingnya banyak banget." mata Ayu langsung bersinar melihat tumpukan toping yang menggugah lidahnya. ia menyendok dan melahap eskrim tersebut, dan benar saja. baru suapan pertama mood Ayu langsung naik lagi karena rasa creamy dan manis eskrim itu menyelimuti lidahnya.
"mmmm enak banget... serius ini enak banget!!"
"Enakkan?" Bagas menghela nafas lega, untunglah Ayu suka dengan eskrim itu.
Masuk suapan ketiga, mata Ayu melirik ke arah eskrim milik Bagas. kok warna nya beda, dan aroma nya juga lebih segar.
"Punya kamu rasa apa? enak nggak? boleh cicip dikit?"
"Jangan deh.. dari aku lulus SD, ini rasa paling favorit bagiku. tapi Ibu dan saudaraku bilang rasanya nggak enak. mereka sampai mengejek seleraku aneh, jadi mendingan kamu jangan coba." saking sukanya Bagas dengan rasa itu, Ibu Bagas sampai melabeli itu 'Eskrim Bagas'. jadi jika Bagas pesan, tidak perlu menyebut detail nya kepada si penjual.
"Minta dikit ih.. nyoba doang." pinta Ayu masih penasaran dengan aroma blueberry yang menari di hidung nya.
Bagas akhrinya mengiyakan "awas di muntahin!"
"mmm!!" suapan pertama membuat Ayu speechless. lalu ia menyendok lagi dengan porsi lebih besar.
"Enak, tukeran ya hehe.." tanpa menunggu respon Bagas Ayu langsung menukar wadah eskrim mereka. di kampus atau pun di luar, biasanya Ayu selalu memesan rasa Vanilla coklat. ia tidak tau ternyata ada yang lebih enak dari rasa favorit nya.
...*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Dewi senjabutirbutirpasirdlaut
aku lebih pro Ayu vs Rey
2022-09-06
1
Eni Istiarsi
ini bukan saja bakalan bikin Ayu oleng,readers juga mulai bimbang antara Rey apa Bagas,dua2nya mengundang simpati
2022-08-09
1
Nabilah
bhas juga baik dn perhatian sm ayu tp dia playboy 🤦♀️
2022-08-06
1