Satu tahun setelah nya.... (flashback sudah selesai ya gaess.☺️)
Bagaimana kelanjutan hubungan Ayu dan Rey? mereka tetap teguh pada jalannya masing-masing. Ayu yang masih tetap jual mahal, dan Rey yang tetap nyerong di jalannya. meski begitu, mereka tetap sering bertemu dan berbincang, hanya saja keakraban mereka seperti bertepuk sebelah tangan sekarang.
Perubahan jarak mereka ternyata tak membuat Rey bergeming dari zona nyamannya. hingga lambat laun membuat Ayu terbiasa mengabaikan rasa suka yang sampai saat ini masih kuat mengakat di hatinya.
...~~~~...
"Selamat pagi dunia hambar." sapa Ayu pada sebuah foto yang ia letakkan di depan meja riasnya. foto laki-laki yang menyukai kakak iparnya yakni Rey si Pria setengah Pria.
Si bungsu itu tengah mengoleskan blush-on tipis-tipis ke pipi nya. lipstik dan eyeshadow senada tak lupa ia poles kan, penampilannya tampak sangat feminim sesuai dengan setelan pink yang ia kenakan.
"oh Tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku.. aku pun ingin bahagia walau tak bersama dia~~" (suara lagu di radio)
"ch! berani-beraninya dia memutar lagu begitu pagi-pagi begini." rutuk Ayu jengkel sambil menatap sinis benda berwarna hitam itu.
Setelah selesai dengan riasannya, Ayu berlari kecil menuruni anak tangga. sungguh pagi yang damai karena ia tak melihat wajah Rey di sana.
"wihhhh... Biyu cantik banget." puji El sambil menopang dagu, tatapan berbinar El tampak genit seperti Ayahnya kala melihat barang bening.
"hai ganteng.. udah sarapan?" balas Nurul mengelus kepala El.
Tanpa menunggu jawaban El, tanpa menyentuh sarapan. Ayu melenggang keluar karena hari ini ia ada kelas pagi.
Tak lupa satu penampilan ia upload hari ini, ya si cantik berprestasi ini kini menjadi panutan jutaan remaja yang menjadikannya inspirasi lifestyle kekinian mereka.
"kenapa kamu tidak mengangkat telepon Saya?" tulis Rey dalam kolom komentar.
Ayu menyibakkan senyum tipis di ujung bibirnya saat membaca komentar tersebut "hh.."
...~~~~...
Baru separuh perjalanan, ban mobil Ayu tampak meliuk-liuk karena kehabisan angin.
"Ya Tuhan, kenapa ban ini juga ngeledek aku sih!"
Ayu keluar dari mobil, ia berkacak pinggang dan menatap lurus ke bagasi. ban serep ada, kunci lengkap tapi apa ya kuat dia ganti sendiri? tentu tidak. ia menelpon montir lalu melanjutkan perjalanannya menggunakan Bus.
Dan lebih apesnya lagi, ia mendapat Bus ekonomi tanpa AC, sedikit kumuh dan padat pula. ia berdiri di antara kumpulan orang dengan pakaian lusuh serta bau keringat yang semerbak menjajah hidungnya. beruntung dulu ia di besarkan di lingkungan orang sederhana, jadi itu tak terlalu mengganggu walau ia sedikit tak nyaman.
Seorang Pria yang tampak sebaya berdiri dari kursinya "silahkan duduk." ia tersenyum dan tampak terpaku oleh kecantikan Ayu.
"ah.. terimakasih." Ayu tersenyum masam, bukan karena tak berterimakasih. melainkan karena takut akan penampilan Pria yang tampak berantakan itu.
"cantik sekali.. baru kali ini aku melihat wanita secantik dia. biasa nya hanya ibu-ibu bawa keranjang yang menaiki Bus ini." batin si Pria menatapi Ayu dari ujung kaki hingga kepala.
"Permisi, asap rokok nya tolong." pinta Ayu agar si Pria mematikan rokoknya.
"Oh,Maaf." Pria itu langsung membuang puntung rokok nya tepat di sebelah kaki Ayu, lalu ia menginjaknya.
"Bagas, nama mu siapa?" Pria itu mengulurkan tangan tanpa rasa canggung.
"Ayu.." ia membalas jabat tangan Pria itu dengan pucuk jari tangannya.
Nama yang sederhana, namun tak seperti penampilannya yang tampak nakal. bahkan tatapan nya seperti Pria playboy yang dengan mudah menggaet gadis gadis sesuka hatinya.
"*B*iasanya yang kaya gini sih tukang ghosting." sinis Ayu dalam hati nya.
"jarang-jarang ada bidadari di sekitar sini, nggak sombong pula." batin si Pria dengan senyuman penuh makna.
Suasana sejauh ini aman aman saja, Ayu melirik tipis-tipis kearah Bagas yang menatapnya terus sedari tadi. namun ia juga tak mau bersikap berlebihan selagi semua masih dalam kendali.
Namun suasana damai itu seketika buyar saat salah satu penumpang yang duduk di belakang Ayu muntah.
Hhooekkk!
Cairan kuning kehijauan bercampur menyebar di lantai Bus itu, beberapa cipratannya juga mengenai sepatu Ayu.
"Hhh!!" hampir saja Ayu ikutan muntah, namun ia berusaha menahannya dengan menutup mulut menggunakan telapak tangan.
Tanpa ragu, ia berdiri dan meminta supir menghentikan Bus nya sekarang juga.
"Pak berhenti di sini aja Pak!" pinta nya tak tahan dengan bau muntah di sana. Pak supir segera menghentikan Bus nya, dan begitu pintu terbuka Ayu langsung berlari keluar.
"h..hei.." panggil Bagas seolah tak mau perkenalan mereka putus begitu saja.
"ck! padahal aku belum meminta nomor nya." rutuknya sambil memandangi Ayu yang perlahan jauh dari pandangannya.
Sebenarnya bisa saja Bagas mengejar Ayu, namun ia tak mau terlambat karena hari ini merupakan hari yang sangat penting baginya.
...~~~~...
Beruntung Ayu menemukan taksi tadi, jika tidak sudah pasti ia akan terlambat memasuki kelas. sambil memainkan ponselnya, Ayu tersenyum penuh kemenangan kala melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Rey.
"Berlututlah.. dan nyatakan perasaanmu. sampai dimana saat itu tiba, kau akan merasakan sedihnya di abaikan." suara hati Ayu yang amat ngenes itu jelas menggambarkan betapa besar tekadnya untuk membuat Rey bertekuk lutut.
Sudah dua puluh menit para mahasiswa berkumpul, namun Dosen mereka tak kunjung tiba. suasana pun menjadi riuh karena beberapa siswa mulai bosan.
"Kebiasaan nih Pak Dosen, kemarin nyuruh tepat waktu. eh sekarang dia yang molor." rutuk seorang siswa di sahuti pula dengan keluhan siswa lainnya.
"Morning..." sapa Pak Dosen sesaat setelah ia di gunjing oleh murid-murid nya.
Mereka semua pun langsung kembali ke kursi masing masing, terkecuali Ayu yang tetap anteng sambil terus menatap layar ponsel nya.
Bukan karena Ayu tak dengar Pak Dosen sudah masuk. melainkan karena Ayu sudah tau pasti Pak Dosen akan menceramahi mereka dulu, bukan langsung memulai pelajaran.
"Hari ini Saya ingin memperkenalkan Siswa baru pada kalian. Gas.. masuk." Pak Dosen memberi isyarat agar Bagas memasuki kelas.
Namun Bagas terlihat sedikit ragu karena sebelumnya ia belajar di sebuah Kampus yang jauh dari kata 'Wah'.
"Saya Bagas." sapa nya singkat tanpa embel-embel sambil menebar pesona keseluruh kaum hawa yang memandanginya. namun ia melihat satu kepala yang tertunduk dan tak bergeming.
"WAH! dia pelajar di sini? kami satu kelas?" memang kalau sudah rejeki tidak akan kemana. Bagas langsung merapikan rambutnya serta membersihkan giginya dengan lidah.
"Kamu bisa duduk di kursi itu." tunjuk Pak Dosen ke arah kursi kosong tepat di depan meja Ayu.
Bagas dengan semangat mengiyakan perintah Dosennya. dan saat berjalan dengan wajah penuh semangat, sempat sempatnya ia memberikan permen coklat pada dua Siswi yang duduk di meja paling depan.
"Ayu.." suara berat penuh semangat itu membuyarkan konsentrasi Ayu yang tengah serius membalas komentar para pengikut sosmed nya.
"Iya Pak?" sahut Ayu langsung menutup ponselnya, ia pikir Dosen yang memanggilnya.
"Kamu?" Ayu terperangah, kok bisa mereka bertemu lagi di sini.
Bagas menyandarkan tangannya ke meja Ayu sembari sedikit membungkuk.
"Wah, aku tidak menyangka di transfer ke Kampus yang sama dengan mu." ia mengedipkan sebelah mata nya.
"ohh.." sahut Ayu masih tampak bingung.
"Pindah ke depan, Aku yang duduk di sini." Titah Bagas memindahkan tas Ayu ke meja depan.
"Nggak. ini kan meja ku." tentu saja Ayu menolak, bahkan sekelebat ia berpikir kalau si Bagas itu songong. seenaknya saja menyuruh orang pindah tempat.
Bagas tersenyum gemas "iya tau.. kalau Aku duduk di depan mu ntar kamu susah melihat ke papan tulisnya."
Di lihat dari tinggi badannya yang menjulang sih niat Bagas cukup baik. kalau dia yang duduk di depan, Ayu pasti hanya bisa melihat tengkuknya saja nanti.
"oh.. gitu." Ayu mengangguk lalu beranjak dari kursi depan.
Dan dalam sekejap pikiran buruk tentang Bagas berubah jadi kagum hanya karena hal kecil itu.
"pengertian banget dia, selama ini orang yang duduk di depan ku nggak pernah mempertimbangkan tinggi badanku. tunggu! apa barusan dia meledekku?" Ayu menoleh kebelakang sambil menyipitkan matanya.
Sekali lagi Bagas melemparkan senyuman sok kalem dengan alis di naikkan membuat wajah Playboy nya tertutupi sejenak.
...*********...
Nama: Bagaskara
Umur: 21 tahun.
Atlet Basket antar Sekolah kebanggaan ciwi-ciwi manjah.
Walaupun bakatnya di bilang olahraga sangat mumpuni,tapi nilai pelajarannya selalu minus. suka bikin onar sewaktu SMA bahkan pernah tinggal kelas dua kali. keahliannya cuma dua yaitu Basket dan Pacaran.
...*************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Rabiahthul Adawiyyah
yu Meri me mas?
2023-02-13
1
ganteng juga
2022-10-03
2
sedikit jijik
2022-10-03
1