Ketika Hujan!
Dari tadi sore cuaca memamng tidak mendukung bagi pangeran beranjak pergi dari rumahku surgaku, niatan ingin jumpa dengan cinta seakan memaknai hasrat ingin bermesra, hari itu adaalah dimana perasaan yang luhur meliputi kalbu sanubariku memilih berjalan dengan irama lantang bagai terompet peperangan diwaktu silam. Sendirian pangeran setiap malamnya hanya di isi beraktipitas layaknya pendekar pendekar lain yang asik bermain geme, sedangkan bagi pangeran ini, adalah masa perjuangan untuk menyakinkan cinta. Namun sikap cuek, gensi masih meliputi dirinya , dia takan memikirkan pangeran. Cinta tidur pada pukul 22:30 layaknya putri-putri kayangan menungu saimbara para jagoan jagoan terhebat dimuka bumi ini tampil silih berganti menyapanya. Pangeran sadar akan keterbatasan dirinya dari segi hal materi, pangeran mulai merasa jenuh dengan para pesaing yang sudah unjuk kehebatan dari para pendekar pendekar mereka memamirkan kekayaan yang dimiliki dari orangtua mereka. Pangeran tidak ambil pusing dengan hal itu, dia sadar bahwa apa alsanya harus berjuang mendapatkan cinta kembali kepelukan.
"Percuma aku berjuang jika apa yang ku perjuangakan tidak sedikitpun memberi motivasi " Sempat terlintas dibenak pangeran rasa putus asa dan menyerah kepada ketidak mampuan dirinya dari segi materi. Malam itu lebih tepatnya pada pukul 02:00 wit. Pangeran mulai menulis lembar demi lembar kertas isinya, permasalahan hubunganya dengan cinta.
Pangeran dengan rasa amarah yang tidak terbendung bagi sekalian orang awam, namun pangeran, cerdas dalam mengatur siasat selanjutnya, pangeran nekad membagi kertas yang tadinya ditulis diruangan sekretariatan Himabsi, berjalan dengan perlahan, sambil meliat liat situasi takutnya ada yang meliat.
Pertama, pangeran menempelkan luapan kata demi kata yang iya buat demi menyakinkan kepada cinta sekaligus memberitahukan kepada para pendekar dipadepokan bahwa pangeran tetap pada pendirianya, "semoga dia sadar setelah membaca puisi ini"
Lembaran pertama pangeran tempel didepan pintu kelas, tepat ketika para pendekar lain ingin masuk kelas menaiki anak tanga yang terbuat kayu ulin,
Bergegas pangeran membaginya ketempat lain yaitu kelas bertanga kokoh dengan semen dan pasir serta batu bata, itu kelas diatas dari para pendekar yang mangkaji ilmu ilmiah nya berjurusan Teknik kumputer imformasi dan telimatika.
" Misi selasai" Ujarnya dengan diam diam di tengah malam.
Pagi telah datang , mengusir heningnya malam, padepokan mulai ramai dengan datangnya pendekar pendekar dari beberapa jurusan, ini yang ditunggu pangeran, suasana mulai gaduh, semua mata pastinya meliat akan sebaran puisi sajak yang mereka tidak sadar itu adalah olah dari kekesalan terhadap cinta.
Pangeran dengan santai membaur bersama para pendekar lainya dan menghilangkan jejak pelaku yang menempelkan kertas kertas tersebut.
Dengan raut wajah ceria pangeran memainkan peran sebagai pejuang cinta. "Kalau aku yang dimaksudkan akan puisi itu, pastinya akan aku cari orang yang menempelkanya" Kata seorang pendekar wanita. Dari kejauhan terliat cinta berjalan dengan terburu buru, seperti di ikuti rasa bersalah. Pangeran mengamati setiap kali cinta ingin memasuki ruang kelas.
Pukul menunjukan waktunya sholat jhur berjamaah, dibalai padepokan STKIP PGRI Banjarmasin. Pangeran bergeges
Mengambil air udu, untuk menunaikan ibadahya.
Ketika kedua tanganku ankat keatas, meminta kepadamu ya rab, "tabahkanlah hati ini, berikanistiqomah dalam hati ini, jujur tutur kata, beradab saya punya wibawa".
Terliat cinta sedang mengintipnya dari balik jendela yang ada di moshola padepokan, pingiran sungai kecil dibelakangnya, anakan dari sungai besar di muara hilir perampatan kota banjarmasin, tepatnya sungai andai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Uc.lyan42 lyan
pertama mampir
banyak typo Tp tak apalah ttp semangat yaaa
Banjarmasin banyak kenangan
2023-02-08
0