...BAB 19...
...Jangan Menodai Cinta...
"Apa harus ya berpacaran dengan melakukan ciuman segala!"
"Kenapa? Bukankah itu hal yang wajar di lakukan oleh setiap pasangan seperti kita?!" Vicky mendelik dengan pertanyaan bodohnya.
"Iya, tapi ini kan di tempat umum Vicky! Bagaimana kalau ada orang yang lihat kita?! Apa kau tidak merasa malu?!" terangnya, bertambah kesal.
Wajah Vira semakin bersemu merah yang lalu dia melangkah pergi mendahului Vicky sambil memegang baskom penuh berisi cabai merah di sisi pinggangnya, dan satu tangannya lagi menutupi sebagian wajahnya, malu. Hal tak biasa dilakukan olehnya seumur hidup, dan tentunya itu ciuman pertama kalinya bersama Vicky.
"Ya sudah kalau begitu, ayo kita cari tempat sepi saja, biar tak ada yang melihat kita berdua!" sahutnya berani, Vicky berjalan menyeimbangi Vira dan menarik tangannya, hendak membawanya pergi.
"Apa?!" Vira tercengang kaget dengan ajakan Vicky yang tiba-tiba. "Tidak Vicky! Tidak jangan! Aku nggak mau!!" berontaknya menarik lagi tangannya yang di genggam erat oleh Vicky.
"Sebenarnya apa sih maumu, Ra? Katanya tadi kamu malu kalau di tempat umum. Aku ajak di tempat sepi kamu juga nggak mau!" Vicky balik bertanya tak sabaran. Dahinya berkerut bingung.
Vira menghembus kasar nafasnya lalu menyipitkan tajam matanya ke arah Vicky.
"Mau di tempat umum kek, atau sepi kek! Itu sama-sama hal yang memalukan dilakukan, Vicky!" jelas Vira seraya menyentaknya. "Aku tak mau melakukannya kecuali setelah kita menikah! Titik!" ucapnya tegas. Vira kembali melengos pergi.
"Ta-tapi itu kan hanya ciuman kecil Ra, sama sekali tak berlebihan. Vira... Percayalah... Aku tidak akan melakukannya di luar batas." serunya. Vira kembali berbalik menatap tajam ke arah Vicky.
"Tidak berlebihan katamu? Kalau caramu berpikir seperti itu, lebih baik hubungan kita berakhir saja sampai di sini!" gertaknya semakin geregetan dengan tingkah Vicky yang memaksanya terus. Sangking gemasnya Vira pada Vicky, dia pun harus sampai mengeluarkan jurus ancamannya sendiri. Kata putus adalah satu-satunya cara agar Vicky bisa mengerti.
Vira melengos pergi lagi, dan berjalan cepat meninggalkan Vicky.
"Vira, heei tunggu!! Viraa...!! Baiklah aku meminta maaf padamu! Tak akan kulakukan lagi. Aku berjanji padamu. Asalkan kau mau memaafkanku!!" teriaknya.
Setelah kejadian itulah hampir satu minggu lebih Vicky tak di sapanya. Rasa hampa dan jenuh kian bersarang di hatinya.
"Ra, ku mohon kamu jangan diamkan aku seperti ini lagi. Aku berjanji, sungguh aku berjanji padamu. Tak akan menciummu sampai kita sudah halal menikah." ucapnya merengek, memohon dan bertekuk lutut memeluk kaki Vira yang sedang duduk di kursi sambil membaca buku pelajaran di taman belakang sekolah mereka.
"Eh, kamu ngapain sih?! Ini di sekolah Vicky, malu di lihati orang!" gemas Vira yang sedikit berbisik.
"Aku tak akan melepaskanmu kecuali kamu mau memaafkan aku, Ra!" sahutnya memelas dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. Vicky ketakutan kalau sampai hubungan mereka benar-benar berakhir. Karena rasa cintanya pada Vira sudah melekat di hati. Baginya Vira adalah sosok orang ternyaman setelah kepergian Mamanya.
"Iya sudah, aku sudah maafkan kamu kok." Vira menghela nafasnya lalu menggeleng-geleng tersenyum, Vicky pun berbinar senang mendengarnya, yang lalu dia beranjak dan duduk di samping Vira.
"Terimakasih ya, Ra..." ucapnya tersenyum sambil menatap dalam wajah Vira.
"Apa kamu benar-benar tulus mencintaiku?!" tanya Vira tiba-tiba, menoleh membalas tatapan matanya Vicky. Vicky pun mengangguk yakin.
"Tentu saja! Kenapa memberiku pertanyaan seperti itu?" tegasnya bertanya heran.
"Jika memang kamu menganggap cintamu tulus padaku. Tak seharusnya kamu menodainya hanya dengan n*fsu sesaat. Aku hanya khawatir saja kita akan melampaui batas norma, dan aku ingin menjaga nama baik keluargaku hingga aku benar-benar lulus dari sekolah ini nantinya..." lirihnya. Ucapan Vira, sukses membuat mata hati Vicky terpana mendengarnya. Hal yang baru dia dengar dari mulut Vira sendiri. Gadis yang berbeda dari yang dia kenal selama ini. Rasa malu serasa kian menguliti dirinya. Merasa diri kerdil karena sikap dewasa dan bijak pada diri Vira yang seharusnya dia lah sebagai contoh panutan karena usianya yang lebih tua. Namun sekali lagi usia tak menjamin kedewasaan seseorang.
Vicky menunduk menyesali.
"Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku janji tak akan berbuat begitu lagi." sesalnya, lalu dia menoleh lagi." Tapi, sungguh cintaku tulus kepadamu. Akan ku buktikan nanti setelah aku sukses, aku akan datang melamarmu dan membawamu ke penghulu!" ucapnya meyakinkan Vira. Bibirnya menyungging senyum merekah. "Kamu tunggu saja aku ya..." pesannya.
Vira mengangguk percaya. "Oke aku pegang janjimu!" sahutnya yang lalu mengangkat jari kelingkingnya ke atas, Vicky pun dengan sigap membalas dan melingkarkan jari kelingkingnya di jari Vira. Keduanya kini saling menautkan jari dan tersenyum, saling percaya pada pasangan dan akan selalu menjaga cinta mereka sebaik-baiknya.
Hingga suatu hari datang, setelah Vicky meraih Sarjana bekal ilmu yang selama ini dia kejar. Vicky sudah siap lahir bathin memperkenalkan Vira pada keluarganya. Namun waktu berlalu sikap Vira jadi berubah, setelah pertemuannya dengan Bagas dan Sophia, yang keesokan harinya Vira jadi sering menghindarinya lalu bersikap acuh kepadanya.
Sampai sebuah pertengkaran di antara mereka terjadi. Vicky mendapat kabar yang tak menyenangkan dari Sophia. Bahwa Sophia menemukan Video yang mirip dengan Vira di sosmed. Sophia memanasinya bahwa Vira, bukanlah gadis baik-baik.
Hal itu tentu membuat Vicky geram dan merasa di bohongi selama ini. Gadis yang selalu dia percaya bisa menjaga dirinya. Tapi, dengan maunya dia bermain dengan seorang Pria yang jauh lebih tua darinya. Menuangkan minumannya dan berpakaian tidur berbahan tipis di depan Pria itu.
Vicky tak bisa mengendalikan emosinya, dengan tanpa bertanya dulu, dia menghakimi Vira serta menuduhnya sebagai wanita murahan.
Vira meneteskan air matanya karena ucapan kasarnya Vicky, dan mengakhiri hubungan itu sepihak lalu pergi dan tak kembali.
Vicky hampa setelah kepergian Vira. Bertambah lagi rumahnya kosong. Dia bertanya-tanya pada tetangga di kampung tempat tinggal Vira. Tetapi tak ada satupun yang mengetahuinya. Sebab karena rumah Vira yang agak berjauhan dari rumah lainnya. Sehingga warga di kampung itu pun tak terlalu memperhatikan keluarga Vira.
Vicky hampir putus asa, hingga kebenaran datang saat dia berkunjung ke rumah makan, dimana tempat Vira bekerja. Seorang teman satu kerjanya mengatakan Vira berhenti bekerja karena alasan ibunya sakit keras dan tak bisa meninggalkannya terus-terusan, dan sekitar dua minggu sebelum Vira berhenti bekerja, temannya juga mengatakan bahwa ada seorang renternir dan dua algojonya yang datang dan menagih hutang pada Vira. Sehingga membuat Vira ketakutan sekaligus sangat malu. Vira menangis dan memohon agar diberi keluangan waktu untuk bisa melunasinya. Tapi renternir itu tak peduli dan terus mengancamnya dengan kasar, hingga tiba-tiba saja ada seorang Pria yang datang dan memberinya bantuan. Pria itu memiliki ciri yang sama dengan video rekaman yang di perlihatkan Sophia waktu itu padanya.
Setelah kejadian itulah Vicky semakin yakin, pasti ada sesuatu yang salah di balik ini semua. Tuduhannya pada Vira dulu belumlah bisa di katakan benar. Mungkin saja saat itu Vira di jebak oleh Pria yang menolongnya.
...~Flashback of~...
Kedua mata hitam Vicky mengembun. Hingga tak terasa buliran-buliran hangat itu terjatuh mengenai pipinya yang tegas.
"Maafkan aku Vira Adelia... Maaf sudah membuatmu menderita dan tersakiti dengan ucapanku dulu..." lirihnya. Tapi semuanya sudah terlambat dia sesali.
****
Pukul sembilan malam, Dika baru saja pulang dari rumah Vicky. Setelah memarkirkan mobilnya, dia berjalan cepat memasuki lift dan masuk ke apartemennya dengan langkah terburu-buru. Bukan, bukan dia khawatir akan Vira bertanya soal keterlambatannya pulang hari itu. Tetapi sesuatu yang tak bisa dia tahan-tahan lagi dengan akal sehatnya. Nafasnya memburu naik turun. Menahan itu di sepanjang jalannya pulang, sungguh sangat menyakitkan baginya.
Ya, setelah lama ia melakukan cumbuan panasnya bersama Sindy. Namun tak bisa terlampiaskan karena mereka memang belum resmi menikah.
Dika menghampiri Vira yang sudah meringkuk tidur di sofa dengan keadaan televisi masih menyala.
"Sayaang..." desahnya. Dika lekas membawa tubuh Vira dalam dekapannya lalu menciumi bibirnya dan setiap tubuh intim milik istrinya. cengkuk leher dan juga dua gunung kembar yang tak terlewatkan seraya me-remasnya perlahan. Hendak melanjutkan hasratnya yang belum selesai bersama Sindy tadi.
Vira terbangun seketika mendapat serangan bertubi dari Dika.
"M-mas, ka-kamu sudah pulang?" rintihnya terkejut. "Sudah jam berapa ini?" Vira menggeliat mencoba melepaskan diri dari pelukan erat suaminya yang menyesakkan. Namun saat ingin melirik jam di dinding Dika malah menahan wajahnya dan membisikkan sesuatu.
"Layani aku dulu. Sekarang juga... Aku sudah tidak tahan lagi..." pintanya berhasil membuat Vira membuka matanya tak lagi mengantuk.
"A-apa?!" sontaknya.
"Ayolah sayang..." Dika membopong tubuh Vira dan membawanya pergi ke tempat tidur. Melampiaskan hasratnya yang sudah tak terbendung lagi.
Bersambung...
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments