Is My Dream
...Pada akhirnya wanita lemah lah yang kalah. Wanita yang selalu memilih diam dan bersabar. Bahkan ketika mimpinya direnggut dengan paksa....
...-...
Aku Revanda Relista, seorang anak perempuan muda yang harus siap berumah tangga. Kehidupan remaja ku harus kupertaruhkan, demi pernikahan yang begitu diinginkan keluarga ku, juga keluarga suamiku.
Kupikir tidak akan sulit. Setelah menikah aku akan menjalani kehidupan rumah tangga seperti biasanya, seperti yang seringkali aku lihat di antara ayah dan ibu. Namun ternyata berbeda untuk seorang gadis tanpa pengalaman sepertiku. Pasti sulit sekali, aku akan terlihat seperti orang bodoh yang benar-benar sangat bodoh.
Jujur, sangat sulit berada di situasi yang seperti ini. Usiaku bahkan baru 18 tahun, namun sekarang aku sudah melihat rumah asing yang penuh dengan dekorasi cantik berbunga. Yah, ini adalah hari pesta pernikahanku. Aku gugup, aku juga sedikit khawatir.
"Reva, kamu cuma berdiri di sini? Kamu gak mau masuk buat istirahat sebentar?"
Dia ibuku, menyentuh pundakku sambil tersenyum lembut. Aku tidak mengerti lagi, senyuman yang biasanya menghangatkan hatiku kini seperti sebuah ejekan yang menyayat. Demi dirinya aku rela kehilangan masa remaja dan mimpi untuk berkuliah setelah lulus. Demi dirinya aku harus memenuhi kesepakatan tidak masuk akal yang ia buat bersama sahabatnya, yaitu menjodohkan kedua anak mereka.
"Mama panggilin Revan ke sini yah? Buat nganterin kamu ke kamar."
Ibuku langsung pergi. Aku bahkan tidak sempat mengatakan sepatah katapun. Menyebalkan sekali berada di situasi seperti ini.
"Aku pengen pergi aja rasanya," Kataku pelan dengan nada yang begitu pasrah.
Setelah beberapa menit berlalu, aku melihat Revan dari kejauhan berjalan kearahku. Aku tidak melihat ibu bersamanya, padahal ibu yang mencarinya untukku.
Sedikit perkenalan untuk Revan. Dialah suamiku saat ini, pria yang dijodohkan sejak kecil denganku. Sama sepertiku, dia juga adalah korban. Aku dengar ia memiliki seorang kekasih, sedikit sakit sebenarnya saat mengetahui fakta itu dari mulut Revan sendiri.
"Nih kunci, kamu masuk duluan aja. Kalau tamunya udah pada pulang, aku nyusul tidur di sofa," Ucap Revan sambil menyodorkan kunci kamar kearahku. Saat ia hendak berbalik, aku langsung menahannya.
"Tunggu...."
Revan langsung kembali membalikkan badannya. Menatapku seolah bertanya ada apa.
"Kenapa di sofa?"
Revan memejamkan mata sejenak. "Kamu sadar gak? lihat kamu aja aku udah begitu tersiksanya, apalagi kalau harus tidur bareng. Lagian aku juga tahu kamu lebih suka kayak gini aja kan? Dan-"
Ucapan Revan terpotong begitu satu panggilan masuk dan nama 'Sayang' muncul di layar handphonenya. Aku tersenyum miris, ternyata mereka masih saling berhubungan bahkan saat salah satu di antaranya sudah menikah.
Ayolah Reva, kamu ini hanya istri yang terikat tanpa diinginkan. Revan memiliki cintanya sendiri dan kamu jangan sampai merasa sesakit ini. Tugasmu sekarang hanyalah berusaha untuk tidak jatuh cinta bahkan sampai kalian berambut putih.
Tapi apakah itu mungkin?
...----------------...
Masa bodoh. Reva menatap kunci di telapak tangannya, kunci yang di berikan Revan. Tanpa menunggu lebih lama lagi Reva langsung masuk ke dalam kamar. Tidak peduli dengan keadaan seisi rumah yang masih sedikit ramai. Baginya beristirahat adalah hal yang paling penting. betisnya seperti akan patah akibat terlalu lama berdiri melayani tamu undangan.
Sementara itu, di bawah sana Revan menatap layar handphonenya. Panggilan dari kekasihnya terus saja masuk padahal Revan sudah mengabaikan dan mengirim pesan agar bisa lebih sabar menunggu.
"Revan?" Panggil seseorang.
Revan yang kaget mendengar namanya dipanggil refleks menjatuhkan handphonenya. Ternyata itu mertuanya, ibu dari Reva. Untung saja saat terjatuh layarnya menghadap kebawah jadi ibu Reva tidak akan melihat dari siapa panggilan itu.
"Loh, Van kamu harusnya hati-hati." Ibu Reva hendak mengambil HP milik Revan tapi dengan cepat Revan mengambilnya lebih dulu.
"Ada apa, Ma? Revan tadi lagi chattan sama teman. Katanya mau datang tapi sampai sekarang belum datang." Revan alasan melirik kanan dan kiri seolah sedang mencari keberadaan temannya.
"Yaudah Mama mau pamit pulang dulu. Papa kamu masih disini, katanya karena masih ada sekitar tiga keluarga yang betah ngobrol. Kalau kamu capek, kamu bisa istirahat."
"Makasih, Ma. Hati-hati dan kabarin Revan aja kalau Mama mau berkunjung ke sini."
Mama Reva mengangguk sambil tersenyum tulus lalu berjalan keluar. Dalam hati Revan terus berucap syukur, hampir saja ia ketahuan.
Berhubung suasana rumah mulai sepi, Revan langsung pamit untuk keluar ke Papa Reva yang kebetulan sedang berada di dekatnya. Setelah mendapatkan izin, Revan pun segera pergi untuk menjawab panggilan dari kekasihnya.
"Ratu.... Kamu apa-apaan sih? Kan aku udah ngechat bilang kalau aku lagi sibuk."
"..... "
"Iya aku tahu kamu kangen, aku juga gitu. Tapi kamu harus paham posisi aku. Gimana kalau mertua aku sampai tahu?"
"..... "
"Kok malah nangis? Sayang, udah. Besok kita ketemu yah dikampus. Kamu sabar aja dulu."
"..... "
"Yaudah aku mau istirahat dulu, capek banget soalnya. Kamu juga istirahat yah, sayang?"
"..... "
"Nite."
Revan menatap sekeliling. Merasa situasi aman, ia langsung bergegas masuk ke kamar.
Begitu berada di dalam kamar ia melihat Reva sudah berbaring di ranjang. Matanya terpejam nyenyak, napasnya pun begitu tenang. Mungkin karena faktor melelahkan.
"Enak banget tidurnya."
Revan langsung menghempaskan tubuhnya disofa. Seperti katanya tadi, ia akan tidur disofa dan Reva diranjang. Bukan apanya, Revan seperti tersiksa setiap kali melihat wajah Reva.
"Badan kamu gak sakit tidur di situ?"
Revan kaget mendengar suara Reva yang begitu tiba-tiba. Ia pikir gadis itu sudah tidur dengan nyenyak, tapi ternyata belum.
"Kenapa bangun?"
"Aku gak pernah tidur."
"Terus?"
"Cuma nutup mata karena capek dan aku juga masih bisa dengar kamu ngomong."
"Oh."
Reva menghela napas, ia tahu Revan tidak akan pernah menyukainya, begitupun dengannya yang tidak menyukai Revan. Tapi kenapa mereka terlihat seperti musuh begini, lebih tepatnya Revan yang memperlakukan Reva seperti musuh. Padahal diawal Reva berniat menganggap Revan seperti kakaknya sendiri, meskipun mereka adalah sepasang suami istri.
"Kak...."
"Apa?"
"Kakak gak suka sama aku yah?"
Mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Reva, Revan rasanya semakin kesal saja. Kenapa harus bertanya untuk pertanyaan yang sudah jelas jawabannya?
"Gak usah nanya, udah jelas nggak. Aku tahu kamu juga sama gak sukanya dengan pernikahan ini. Kamu bahkan gak bisa kuliah dan aku harus ngejauhin pacar aku. Kamu pikir kita masih bisa berbaikan setelahnya?
"Seenggaknya aku gak sejutek kakak."
Revan yang tadinya berbaring langsung mengubah posisinya untuk duduk. Ia menatap Reva yang entah sejak kapan juga sudah duduk diranjang.
"Dengar, Reva. Aku gak bakal suka sama orang yang ngerebut kebahagiaan aku. Sekalipun itu Mama sama Papa."
Revan langsung keluar dari kamar. Suasana mendadak begitu panas. Reva yang melihatnya hanya bisa terdiam dan tidak berani berkata lagi. Sepertinya rumah ini akan terus berada dikegelapan selama Revan dan Reva tinggal bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
prinn02
ka aku dah mampir ceritanya seru
2023-01-25
0
Boru Silalahi
knapa nama sama .hanya beda n
2023-01-23
0
mama Al
keren ceritanya
2023-01-05
1