Putri menyeruput minumannya sambil menatap Reva. Saat ini mereka memang duduk berhadapan, namun Putri tahu jika pikiran Reva sedang berjalan-jalan. Putri ingin bertanya tapi Reva lebih dulu menggebrak meja. Membuat seisi cafe sontak menatap mereka bersamaan.
"Ngeselin banget!!!!!" Teriak Reva cukup keras. Seperti cafe itu adalah miliknya dan tidak ada siapapun selain dirinya.
Putri tersenyum canggung menatap para pengunjung lalu menarik tangan Reva keluar dan mendudukkan nya di kursi yang lebih sepi.
"Apa sih, Rev. Kamu gak lihat tatapan pengunjung tadi? Main gebrak aja."
"Yah aku gak peduli. Kamu tahu gak? Sebelum aku ke sini, Revan sama pacarnya ke rumah. Bayangin mereka dirumah berdua aja ngapain? Aku malu, Put."
"Malu atau cemburu?"
"Enak aja cemburu. Kita kenal juga baru dua bulan, di mana letak cemburunya."
Melihat suasana hati Reva yang kacau, Putri lagi-lagi menarik tangan gadis itu, membawanya menuju mobil. Reva berkali-kali bertanya mereka akan kemana, namun bukannya menjawab, Putri justru semakin mengemudi dengan cepat.
Reva melihat jalan, ini adalah jalan menuju rumahnya. Apakah mereka akan pulang secepat ini?
Dan benar saja, setelah beberapa menit mereka akhirnya tiba di rumah. Dari depan rumah mereka bisa melihat dua pasangan sedang asik bercengkrama di depan laptop. Mereka tertawa terbahak-bahak. Bahkan Reva sendiri tercengang melihat bagaimana bebasnya Revan tertawa bersama gadis itu, tawa yang bahkan ia sendiri belum pernah melihatnya.
"Permisiiiii," Sapa Putri dengan sopan. Ia sedikit menunduk, disambut dengan heran oleh Revan dan Ratu.
"Ini teman kamu, Rev?"
Reva kaget mendengar pertanyaan Putri. Kenapa bertanya padahal ia sendiri sudah tahu jawabannya? Apakah Putri sengaja?
"B-bukan...."
"Terus?"
"Suami aku."
Putri mengangguk-anggukan kepalanya lalu menatap orang yang sejak tadi berdiri disamping Revan. Dia gadis yang sangat cantik menurut Putri, tapi percuma kecantikan itu.
"Kalau ini sepupu suami kamu, yah? Akrab banget tadi."
Mendengar ucapan Putri, Ratu jadi sedikit tersinggung. Apakah seperti ini rasanya disembunyikan oleh kekasih sendiri? Ratu seperti semakin membenci Reva. Karena gadis itu ia harus menjaga batasan dengan pacarnya.
Dengan wajah dingin Ratu mengulurkan tangannya ke Putri lalu mulai memperkenalkan diri "Ratu, sepupunya Revan."
Revan kaget, matanya menatap Ratu dengan tatapan keheranan. Begitupun dengan Reva, padahal tadi Ratu begitu bangganya memperkenalkan diri dan menyebut Revan sebagai pacarnya. Ada apa sekarang?
"Yaudah, Rev. Aku mau masuk dulu, kangen kamar tamu soalnya."
"Put.... Kamu apa-apaan sih," Ucap Reva yang merasa sedikit tidak suka dengan kelakuan Putri. Menurutnya sangat tidak sopan.
"Kenapa sih, Rev. Emang aku biasanya gini kan."
Tanpa peduli lagi Putri langsung masuk kedalam rumah. Meninggalkan Revan, Ratu, dan Reva diteras rumah. Mereka bertiga terdiam sebelum akhirnya Reva mulai bersuara untuk mewakili Putri meminta maaf.
"Gakpapa." Dengan lembut namun wajah datar, Ratu membalas ucapan Reva. Revan yang melihatnya jadi tenang dan senang. Ratu memang sebaik itu.
"Kak, aku masuk dulu," Pamit Reva.
Wajah Revan kembali dingin, ia hanya berdeham untuk merespon ucapan Reva. Padahal tadi suasana begitu membahagiakan untuknya. Tapi setelah Reva datang, semua menjadi gelap kembali. Bagi Revan, Reva tidak lain hanyalah orang yang akan membuat kebahagiaannya menghilang.
Bagaimana bisa seorang bocah seperti itu menjadi istrinya.
"Van, aku juga mau pulang."
"Loh, aku masih kangen kamu padahal."
"Aku gak enak sama teman Reva. Nanti dia malah curiga."
Ratu menyentuh kedua pipi Revan kemudian memberi kecupan singkat di pipinya. Membuat Revan tersenyum cerah dan mengacak-acak rambut Ratu dengan gemas. Mereka lalu berjalan bersama keluar rumah.
Padahal saat itu ada Reva yang mengintip mereka dari balik jendela. Entahlah, Reva hanya merasa sedikit sesak melihat perlakuan Revan ke Ratu, seperti sangat saling menyayangi.
Ini bukan tentang apakah Reva sudah mulai mencintai Revan. Ia merasa sesak bukan karena cinta, melainkan statusnya sebagai istri. Kenapa Revan tidak bisa melihatnya dengan baik seperti caranya melihat Ratu? Padahal tidak ada salahnya, mengingat mereka adalah sepasang suami istri. Setidaknya Revan bisa lebih bersikap baik.
Tapi siapa yang akan baik pada orang yang sudah membuatnya menderita?
"Rev...," Panggil Putri yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Reva. Putri menatap sahabatnya dengan iba. Mimpinya sudah direnggut dan sekarang Reva harus melihat orang yang merenggut mimpinya bahagia diluar sana bersama gadis lain.
"Kenapa, Put?"
"Aku pamit pulang yah? Teman tiba-tiba ngedm, katanya ada tugas mendadak."
"Yaudah hati-hati."
Putri tersenyum lalu berjalan keluar meninggalkan kediaman Reva. Saat Reva hendak berbalik menuju kamar, Revan tiba-tiba berteriak memanggilnya. Reva berbalik dan ia dapat melihat wajah marah Revan yang sekarang sedang berjalan menuju kearahnya.
"Apaan-apaan tadi?"
"Apanya?"
"Kamu sengaja kan bawa teman kamu buat nyindir Ratu?"
Reva mengernyit namun sedetik kemudian tertawa. Revan ini sedang bertanya atau menuduhnya? lucu sekali.
"Kak, dengar yah? Aku gak ada niatan bawa Putri buat nyindir pacar kakak."
"Gak usah manggil kakak, sok sopan banget," Ucap Revan dan langsung pergi meninggalkan Reva.
Lihat, bagaimana bedanya cara Revan memperlakukan Ratu dan Reva. Seperti angel or devil dan Reva adalah devilnya.
Memang diakui, Ratu adalah orang yang sudah bersama Revan dua tahun ini. Mereka kenal lebih dulu dan saling mencintai lebih dulu. Lalu entah dari mana Reva muncul dan mengacaukan semuanya. Tapi bukankah Reva juga kacau? Reva bukan orang yang menginginkan cerita seperti ini. Ia juga memiliki mimpi dan mimpinya bukan menjadi seorang istri. Ia ingin belajar, ingin bekerja di tempat yang juga menjadi mimpinya. Namun siapa sangka jika semua itu hanya benar-benar menjadi mimpi dan tidak akan kenyataan.
Miris sekali. Mereka 50:50 tapi seolah-olah Revan yang paling tersakiti.
"Lama-lama aku juga benci sama kamu, Van."
Reva berjalan menuju kamar tamu lalu meluapkan sakit hatinya di dalam sana. Bisa-bisanya Revan membentak seperti itu setelah memperlihatkan kemesraan dan kelembutannya pada Ratu. Tentu saja Reva merasa iri, padahal yang lebih pantas diperlakukan seperti itu adalah dirinya, bukan Ratu. Sekarang, rasa ingin meremuk wajah Revan tiba-tiba memuncak begitu saja. Kalau bukan karena kedua orang tuanya, tentu Reva akan segera mengemasi barang dan pergi meninggalkan rumah yang seperti neraka ini.
"Gak lupa, aku racunin sekalian biar tau rasa," Batin Reva.
Dari dalam kamar mandi, Revan menatap wajahnya dari pantulan cermin. Jujur, ada sedikit rasa bersalah saat berkata kasar pada Reva.
"Udahlah, Van. Dia memang pantas digituin," Ucap Revan pada dirinya sendiri. Berusaha meyakinkan diri bahwa perlakuannya tadi tidak perlu terlalu dipikirkan.
Tapi ada benarnya juga, dirumah ini sebenarnya bukan hanya Revan yang merasa paling tersakiti. Reva pasti merasakan hal yang sama. Hanya saja Revan terlalu menutup mata tentang fakta itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments