Bagian 5

"Kamu kenapa?"

Ratu mengelus pundak Revan dengan lembut. Saat ini mereka berdua sedang berada di taman, atas ajakan Revan sendiri dan tentu saja hal itu membuat Ratu sangat senang.

"Kesal aja terus-terusan ada dirumah."

"Karena Reva?"

Revan mengangguk. Tidak lama kemudian menggenggam tangan Ratu dengan wajah lesuh. Ratu melihat itu menjadi sedikit iba dan membawa Revan kedalam pelukannya.

"Benar-benar yah!!!!" Geram seseorang yang berdiri tidak jauh dari mereka. Dia adalah Putri, orang yang sejak tadi diam-diam mengikuti Revan dan Ratu dari belakang. Enak saja, Putri tidak akan tinggal diam membiarkan dua pasangan itu bersenang-senang sementara sahabatnya harus dirumah sendirian. Mereka pikir mereka siapa bisa seenaknya bermain belakang.

"Dek... Dek..." Panggil Putri pada salah satu anak kecil yang kebetulan lewat di depannya. Anak kecil itu menjawab dengan polos lalu Putri segera memberikannya Eskrim.

"Nanti adek ke sana yah? Gangguin kakak itu... Tapi jangan bilang kalau adek disuruh. Nanti kakak janji ngasih coklat yang gedeeeeeee banget."

Putri mengeluarkan bungkusan coklat yang lumayan besar dari dalam tasnya. Anak kecil itu langsung mengangguk antusias dan mulai berlari kearah Revan dan Ratu. Dari kejauhan Putri mengamati, melihat bagaimana anak kecil bisa bertingkah nakal karena perintahnya.

"Aduhhhh..." Ratu meringis saat tanpa sengaja seorang anak kecil menjatuhkan eskrim diatas rok mininya. Revan melihat itu langsung membantu Ratu untuk membersihkan roknya.

"Astaga, Dek... Hati-hati kalau main."

"Gita gak sengaja, tadi kesandung kaki orang lain." Gadis kecil yang menyebut namanya sebagai 'Gita' menunduk seolah merasa sangat bersalah. Dari kejauhan Putri benar-benar sangat puas. Ternyata Gita adalah gadis pintar diluar dugaannya.

"Yaudah main lagi di sana. Tapi hati-hati yah?" Revan mengacak-acak pucuk kepala Gita dengan gemas. Melihat hal itu Ratu menjadi cemberut. Ia tidak suka melihat Revan memperlakukan orang lain dengan manis.

"Aku mau pulang," Ucap Ratu dengan kesal.

"Loh, kok pulang? Bukannya mau jajan dulu?" Revan merasa heran dengan perubahan yang tiba-tiba dari Ratu. Padahal mereka tadi baik-baik saja. Apa mungkin karena Gita? Tapi bukankah Gita adalah anak kecil yang harus dimaklumi?

"Aku gak suka kamu manis gitu ke Gita."

"Dia cuma anak kecil sayang... Ngapain cemburu? Lagian bisa aja ini pertama dan terakhir aku ketemu dia. Kita kenal aja nggak."

Revan berusaha membujuk Ratu namun tetap saja gagal karena sekarang Ratu sudah melangkah pergi lebih dulu.

"Halah, gitu aja ngambek. Dasar cewek gak jelas!!! Anak kecil aja dicemburuin," Ucap Putri dengan geram lalu pergi meninggalkan taman tanpa berniat mengikuti Revan dan Ratu lagi. Masa bodoh mereka berdua akan kemana, yang penting Putri sudah puas mengerjai Ratu hari ini.

***

Reva menatap tumpukan buku di depannya. Buku itu adalah buku tentang Sastra Indonesia, buku yang sangat ingin ia pelajari isinya dibangku perkuliahan. Tapi apa daya, tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain menatapnya.

Apakah memang seorang perempuan ketika menikah hanya bisa melayani suaminya saja? Hanya bisa memperhatikan seisi rumah? Tapi itulah yang Mamanya katakan.

Tok... Tok... Tok...

"Eh?" Reva segera turun begitu mendegar suara ketukan yang samar-samar dari pintu depan.

Begitu membuka pintu, Reva pikir Revan yang sudah pulang tapi ternyata Mamanya.

"Kamu yah, Mama dari tadi mencet bel gak nyaut, sekalinya ketuk pintu baru dengar. Kamu ngapain di dalam?"

Reva menggaruk tengkuknya karena salah tingkah.

"Ngelamun nih pasti."

Tanpa dipersilahkan lebih dulu, Mama Reva langsung masuk kedalam rumah membawa dua kantung besar yang entah isinya apa.

"Suami kamu mana?"

Mampus!!!! Reva tidak tahu harus menjawab apa karena Revan memang tidak ada dirumah sejak tadi.

"I-itu, Ma..."

"Loh, Mama? Kapan datangnya?"

Entah muncul dari lubang mana, Revan tiba-tiba berada dibelakang Reva. Reva sendiri bahkan tidak tahu kapan Revan pulang dan pakaiannya pun sudah berganti jadi lebih santai.

"Baru aja, Van. Oh iya Rev, ini Mama bawa bahan makanan buat kamu. Kebetulan habis dari belanja tiba-tiba Mama keingat kamu..."

Reva hanya bisa menangguk dengan mulut yang sedikit menganga. Rasa herannya tentang kemunculan Revan yang tiba-tiba masih terus mengambang dikepala.

"Mama pulang dulu. Kalian akur-akur dirumah. Kamu juga Rev, jangan bandel..."

"Emang Reva anak kecil."

"Memang anak kecil 18 tahun," Ejek Revan.

"Si paling om-om," Balas Reva.

Mendengar Reva mengatainya om-om tentu saja Revan tidak terima dan langsung melemparkan tatapan tajamnya pada Reva. Melihat hal itu Mama Reva hanya bisa menggeleng, semoga diantara mereka hanya benar-benar sebuah candaan. Tidak boleh ada pertengkaran dirumah ini.

"Mama mau Revan antar?"

"Gak usah, kamu di sini aja."

Setelah kepulangan Mama Reva, suasana rumah kembali hening. Reva tengah sibuk mengeluarkan bahan masakan dari dalam kantung dan menyusunnya dikulkas. Padahal sebelum Mamanya datang, Reva memang sempat berpikir untuk belanja diluar. Karena keperluan makanan dikulkas sudah berkurang. Syukurlah rejeki hari ini sangat lancar meskipun suasana hati Reva sedang tidak baik-baik saja. Apalagi saat Revan sudah pulang dirumah.

"Kamu bilang apa aja sama Mama?" Tanya Revan yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton tv.

"Gak bilang apa-apa."

"Syukurlah, aku kira kamu ngadu."

Reva menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.

"Oh iya, aku punya kunci cadangan rumah. Jadi gak usah heran kenapa aku bisa ada dirumah sebelum Mama datang."

"Aku gak nanya, Van..."

"Tapi kamu pasti heran..."

"Gak juga."

Revan merotasikan bola matanya. Kesal karena sekarang Reva sudah lebih bisa melawan dan menyela perkatannya. Padahal sebelum itu, Reva terlihat sedikit sopan. Ternyata benar, orang hanya akan terlihat baik diawal.

Setelah selesai menyusun semua bahan ke dalam kulkas, Reva langsung mencuci tangan dan berniat kembali masuk ke kamar. Namun baru saja Reva hendak melangkahkan kakinya ketangga, suara bell rumah tiba-tiba berbunyi. Reva langsung memutar arah dan segera ke depan untuk membuka pintu.

"Sia-pa..." Reva kaget bukan main saat membuka pintu orang itu justru masuk tanpa dipersilahkan. Berlari kearah Revan dan memeluknya dengan erat.

"Ratu?" Revan kaget, tidak percaya jika Reva akan datang ke rumahnya di saat seperti ini. Untung saja Mama Reva sudah pergi sejak tadi. Kalau tidak, hancur semuanya.

"Aku minta maaf tadi kesal gak jelas sama kamu." Ratu terus terisak di dalam pelukan Revan. Revan yang melihatnya menjadi sangat tidak tega, ia pun mengusap punggung Ratu untuk menenangkannya.

"Udah sayang. Gakpapa, aku gak marah."

"Benar gak marah?" Ratu mengangkat wajahnya untuk menatap kedua mata Revan.

Revan mengangguk pasti "Iya sayang, nggak."

"Iyi siying nggik...," Ejek Reva dengan suara kecil. Tidak berharap Revan mendengarnya. Cukup dia saja yang kesal dengan pemandangan tidak berfaedah di depannya sekarang.

Terpopuler

Comments

Boru Silalahi

Boru Silalahi

teganya Revan mengijinkan ular cobra masuk rumah

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!