Waktu terus berjalan hari ini adalah hari minggu, dimana hari minggu biasanya yang dilakukan anak muda adalah jalan-jalan atau sekedar pergi bersama teman-temannya.
Hari ini Ivan sudah membuat janji dengan Adelia pergi nonton film dan jalan-jalan di pinggir danau.
Jauh-jauh hari mereka sudah merancang tentang kegiatan akhir pekan. "Hallo" Adelia mengangkat telpon
"Apa kamu sudah siap mi" tanya Ivan pada Adelia di dalam percakapan mereka kali ini.
"Ya aku sudah siap" jawab Adelia padahal dirinya juga baru akan mandi, tetapi karena Ivan tipe orang yang sabar sehingga menunggu lebih lama juga tak masalah bagi dirinya.
"Baiklah aku akan pergi sekarang" panggilan di akhiri dan dengan ciuman mesra di dalam telpon.
'Huaaaaa masih mengantuk begini juga" ucap Adelia sambil mengucek matanya dan turun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
Sedangkan Ivan sudah siap dan saat ini dalam perjalanan menuju rumah Adelia, ibu dan ayahnya Adelia juga tak masalah Adelia sudah memiliki pacar asal nilai di sekolahnya tak anjlok dalam artian ia tak melupakan kewajibannya dalam belajar.
Iya Ivan Adalah kakak kelasnya dua tingkat lebih tua. Dulu mereka bertemu saat Adelia baru masuk di sekolah Tunas Bangsa waktu masa pengenalan siswa saat ada acara kegiatan disekolah yang mengharuskan mereka menginap.
Disitulah Ivan selalu mengamati gerak gerik Adelia, perempuan yang menurutnya sangat cantik dengan dagu lancip, alis tebal, kulit putih pucat dan tubuh yang ramping tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek.
Ivan menyuruh temannya untuk seluruh siswa termasuk Adelia supaya meminta tanda tangannya, akhirnya dengan segala upayanya Adelia masuk dalam perangkapnya. Mereka bertukar nomor ponsel dan saling menghubungi.
***
Adelia berdandan secantik mungkin agar terlihat menarik di hadapan pujaan hatinya, sedangkan Ivan sudah sampai dan sedang menunggunya di depan mengobrol bareng papanya Adelia.
Tak banyak yang ia kenakan untuk berkencan kali ini hanya membubuhkan bedak tipis diwajahnya, sedikit lip ice dan menyemprotkan parfum di seluruh tubuhnya.
Ia segera berjalan keluar dan menyambar tasnya di meja itu.
"Papa aku mintak ijin mau jalan sama Ivan dulu iya" pamit Adelia pada papanya
"Baiklah, anak perempuan jangan pulang terlalu malam, Ivan"
Ivan yang dipanggil papanya Adelia menoleh ke arah papanya dan menyimak dengan seksama apa yang akan di ucapkan papanya Adelia itu.
"Iya om" Ivan
"Om titip putri om ya nak, jangan pulang terlalu malam" pesan papanya pada Ivan itu
"Baik om" Ivan menjawab dengan nada sopan
"Baiklah kami pamit dulu iya om" Ivan berdiri dan mengambil tangan papanya Adelia itu untuk berpamitan lalu berjabat tangan di ikuti Adelia dari belakang.
Sedangkan mamanya Adelia sedang pergi ke pasar diantar sopir tadi.
Mereka berjalan keluar naik motor, emang dasarnya Ivan anak yang suka motoran sehingga ia tergabung dalam club moge dan di sana ia menjabat sebagai ketua moge.
"Ini helmnya" Ivan memakaikan helm ke Adelia dan membenahinya setelahnya baru dirinya yang memakai helm.
"Jalanya pelan-pelan saja kita nikmati hari ini" pinta Adelia
"Hemm baiklah, apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi tetapi kamu belum sempat kesana" tanya Ivan sambil memelankan membawa motornya
"Ada" jawab Adelia
"Kemana" Ivan bertanya lagi
"Aku ingin sekali jalan-jalan di menara Eiffel Paris"
"Beberapa tempat sudah pernah aku kunjungi hanya di sana yang belum akau rasa" Ungkap Adelia
"Baiklah jika aku sudah bisa bekerja aku akan mewujudkan keinginanmu" Ivan berbicara sungguh-sungguh.
"Hemmm" gumam Adelia
Adelia tak ingin menuntut banyak terhadap pacarnya, sehingga jika ia menginginkan sesuatu ia berusaha keras sendiri , walaupun toh saat ini dirinya masih pelajar tetapi ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan berjualan online baju-baju yang diminati anak muda kekinian.
Sehingga walaupun dirinya anak konglomerat tetapi tak serta merta semuanya ia dapatkan dengan mudah, papanya mengajarkan hidup sederhana dan suka berbagi pada yang susah, itulah yang di tanamkan karakter dalam diri Adelia.
Sampai lah mereka di basemen plaza dan mereka berjalan saling bergandengan tangan. Jika orang lain melihat pasangan ini bisa dibilang sangat cocok tampan dan cantik itulah kata yang cocok disematkan untuk pasangan ini.
Maka tak heran jika banyak kaum hawa yang iri pada Adelia begitu pun kaum adam banyak yang sangat iri pada Ivan.
"Aku akan membeli tiket dulu, kamu tunggu disini tak apakan" Ivan
"Baiklah aku akan menunggumu di sini" Adelia duduk di kursi pinggir kaca sambil menunggu Ivan yang membeli tiket.
Sedangkan Ivan mengantri membeli dua tiket serta pop corn dan dua minuman. "Eh ada kak Ivan" Nita yang tiba-tiba muncul dari arah belakang tanpa di duga.
"Kak Ivan bersama siapa" tanya Nita kecentilan
"Aku sama Adelia" jawabnya singkat setelah mendapatkan tiket dan minuman itu Ivan berjalan menuju dimana tempat Adelia menunggu.
"Sudah ayo masuk" ajak Ivan
"Baiklah bawa sini minumannya aku bantu" Ivan menyodorkan barang bawaannya untuk dibawa Adelia.
Mereka memasuki ruangan itu bersama, memilih tempat duduk ditengah. Tanpa di duga Nita duduk di sebelah Ivan. Awalnya tak ada masalah apapun dengan Adelia namun lama kelamaan Nita terus menerus mengajak ngobrol Ivan hingga terkesan membuat Ivan mengabaikan dirinya.
Bagaiman tidak dongkol setengah mati orang ada pengganggu datang tiba-tiba seperti kuntilanak gentayangan. Mungkin begitulah batin Adelia. "Sayang aku takut" Adelia menutup wajahnya sejenak Ivan menenangkan Adelia dan mendekapnya sebentar kalau adegan serem itu muncul
Nita tadi menonton film datang bersama dengan temannya yang bernama Anik yang selalu menurut padanya, yang lainnya mungkin pada sibuk sehingga tak ikut.
Acara non film selesai dan Adelia berjalan keluar bersama Ivan, mereka akan mengunjungi tempat terbaru di danau yang tempatnya sejuk serta banyak cafe-cafe yang romantis.
"Kamu kenapa" ketika menyadari raut wajah Adelia tidak enak di pandang
"Kamu tanya aku kenapa, seharusnya aku yang nanya kenapa"
"Ivan bingung, kenapa keluar dari ruangan bioskop malah jadi marah-marah" batin Ivan tak mengerti atau tak peka
Sedangkan Adelia emosinya saat ini sedang diubun-ubun namun masih mampu ia tahan untuk tidak meledak di tempat umum.
"Kamu kenapa tadi mengabaikan aku"
"Aku tak mengabaikan kamu sayang" Ivan
"Lalu kalau tak mengabaikan aku kenapa terus ngobrol sama dia" tanya Adelia lagi
"Aku hanya tak enak saja jika dia mengajakku mengobrol lalu aku tak menghiraukannya"
"Percayalah aku tak mengabaikan kamu" Ivan menjelaskan dengan memandang wajah Adelia penuh sayang
Adelia akhirnya luluh juga diperlakukan lembut seperti itu. "Baiklah ayo jalan, aku akan menunjukkan tempat yang indah"
Mereka berjalan beriringan dimana tempat memarkirkan motor mereka berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments