"Iya aku mau" Ivan yang membawa cincin itu seketika memasukkan kedalam jari manis Adelia dipenuhi rasa bahagia.
Raka tentu saja ikut bahagia dengan Ivan yang sebentar lagi akan menikahi pacarnya. Sedangkan Nita sangat iri hati dengan kebahagiaan yang di capai oleh Adelia.
Acara hari ini semuanya berjalan lancar, jarak tak memisahkan mereka. Jika rindu kapan saja bisa saling mendatangi duluan.
Acara lamaran Ivan pada Adelia secara khusus ini ditutup dengan menyalakan kembang api berwarna-warni. Saat kembang api itu di nyalakan akan muncul sebuah tulisan I love you Adelia.
Yang namanya penyakit hati pasti susah di sembuhkan. Nita sudah merencanakan hal buruk pada mereka berdua.
Hari berganti hari menjadi minggu, Adelia sudah kembali ke Inggris tempatnya ia kuliah, Ivan juga sudah pulang ke kampung halamannya memasuki perusahaan ayahnya dengan menjabat sebagai karyawan biasa.
Berbeda dengan Raka, Raka membangun usahanya sendiri, saat ini dirinya sedang merintis karirnya, walaupun toh bisa saja dirinya menggantikan posisi ayahnya. Tetapi dirinya lebih suka mengeksplore apa yang dia mau secara bebas.
Saat waktunya libur semester, pernikahan Ivan dan juga Adelia telah ditentukan tanggal dan bulannya oleh orang tua mereka. Namun naas telah terjadi pada mereka.
Tiba-tiba saja Ivan sangat membenci Adelia dan memutuskan tali pertunangan antara dirinya dan juga Adelia. Tentu saja hal ini membuat hubungan kedua orang tua mereka memburuk dan Adelia sangat membenci Ivan.
Belum selesai sampai di sini penderitaan Adelia. Adelia akan di nikahkan pada anak rekan bisnisnya papanya yang ternyata sahabat baik Ivan yang bernama Anggara Raka Moon.
"Pa aku belum mau menikah secepat ini pa" teriak Adelia pada tuan Alison ayahnya itu.
Padahal tujuan tuan Alison itu baik, yaitu agar segera move on dari Ivan yang sudah mengecewakan putrinya. Sedangkan nyonya Alison tak bisa berbuat banyak, semua keputusan ada di tangan suaminya.
Adelia berlari masuk ke kamarnya setelah percakapan dengan papanya itu. "Kenapa semua orang sejahat ini padaku."
"Apa salahku pada mereka." Adelia menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya. Hingga sarung bantalnya itu basah tak berbentuk.
"Pa,kenapa papa setega itu pada Adelia pa" tanya nyonya Alison.
"Papa hanya tidak ingin Adelia larut terus menerus dalam kesedihannya ma."
"Tapi kan bisa dengan cara lain pa, tidak harus dengan cara seperti ini." bantah nyonya Alison sedikit jengkel.
Ternyata usut punya usut. Papanya Adelia telah di datangi Nita teman sekelas Adelia sewaktu sekolah itu. Datang dengan penuh maksud tentu saja tak membawa tangan kosong. Dirinya telah membawa mantra yang di ajarkan mbah dukun yang kemaren dia datangi.
Sehingga apa yang keluar dari mulutnya akan di ikuti oleh tuan Alison. Begitu pun sama apa yang terjadi dengan Raka saudaranya.
Papanya Raka juga di hasut oleh Nita agar mau menuruti keinginan Nita. Mudah saja bagi Nita melakukan ini semua, karena dirinya sudah dianggap anak oleh papanya Raka.
Karena pada suatu hari dirinya pernah mendapati papanya Adelia main kerumahnya Raka. Tentu saja mereka saling kenal, tidak hanya teman tetapi juga sahabat baik ayahnya Raka dan juga Adelia.
Karena kelicikan Nita mengantarkan mereka Ivan dan juga Adelia pada sebuah kehancuran dalam hubungan asmara, serta menjadikan Raka dan Adelia menjadi pasangan suami istri.
***
.
.
.
Hari yang ditentukan telah tiba, pasangan pengantin baru itu sedikit pun tak menampakkan senyumnya pada tamu, tetapi berbeda pada Raka. Raka seperti tersenyum bahagia. mungkinkah ini efek mantra pelet kiriman padanya sehingga tak ada rasa kesedihan dihatinya pada semua ini.
"Senyumlah sedikit pada tamu-tamu kita" bisik Raka pada Adelia.
Adelia hanya melirik sekilas suaminya itu, marah, kesal bercampur menjadi satu. Semua impiannya telah sirna, tak ada yang tersisa kebahagiaan dalam hidupnya.
Dengan terpaksa Adelia menarik sudut bibirnya.
"Selamat ya mbk, semoga cepat mendapatkan momongan."
"Selamat ya Del, semoga memiliki anak kembar langsung."
Begitulah doa para tamu-tamu itu. dan masih banyak lagi doa yang mereka panjatkan untuk pasangan pengantin baru saat ini. Tetapi satupun tak ada yang Adelia aminkan. Mereka hanya membalas dengan senyuman tipis di bibirnya.
Resepsi itu telah berlangsung sehari semalam. jika pagi sampai siang acara tamu undangan Raka dan Adelia berbeda jika dimalam hari lebih dominan undangan kolega bisnis orang tua mereka.
Bagaimana acara ini tidak digelar secara besar-besaran. Acara ini telah di serahkan oleh pihak wedding organizer ternama di kotanya, dan diatur oleh ibunya Adelia dan juga Raka sedemikian rupa. Mereka hanya tinggal mengikuti aturan orang tua saja.
Padahal bukan seperti ini pernikahan impian Adelia. Dirinya ingin menikah dengan orang dicintainya dan pernikahan impiannya seperti di negeri dongeng.
Tetapi semua itu kandas tak tersisa. Jangankan pernikahan impian, semangat hidupnya kini tak seperti dulu lagi.
Malam semakin larut, sedangkan tamu undangan semakin ramai dan meriah, tetapi Adelia sudah sangat kelelahan. Sehingga mengharuskan Raka menyudahi dan pamit ke kamar dulu untuk mengantarkan istrinya itu beristirahat.
Raka memasuki kamar mandi dan membersihkan diri di sana, lalu berganti pakaian santai. Kemudian tanpa banyak kata dirinya mengambil baskom yang berisi air hangat serta handuk.
"Kemarikan kakimu" perintahnya pada Adelia sambil menarik salah satu kaki Adelia yang saat ini duduk di sofa panjang di dalam kamar hotel itu.
"Kau mau apa" tanya Adelia curiga.
Raka tak membalas pertanyaan Adelia. Dirinya mengambil kedua kaki Adelia yang tadi masih mengenakan high hells dan mencelupkan kakinya ke dalam air hangat. Selang beberapa saat di angkatnya kaki itu dan di basuh dengan handuk. Tentu saja Raka tau soal ini. Karena dirinya juga sering melakukan hal ini kala kakinya terasa capek dan kaku.
"Bersihkan dulu dirimu sebelum tidur" perintahnya.
Adelia tak menjawab, berlalu begitu saja dari hadapan Raka dan memasuki kamar mandi. Dirinya bukannya mengabaikan keberadaan Raka, tetapi masih enggan berbicara pada semua orang atas kejadian ini.
Ingin rasanya berteriak saja. begitulah batin Adelia kala berendam di dalam air hangat. Sial sekali tadi ketika memasuki kamar mandi malah dirinya lupa membawa handuk ataupun baju ganti.
"Bagaimana ini" berpikir dengan kesana kemari.
"Aku masih malas berbicara padanya, tetapi tak mungkin juga aku berdiam diri di sini" gumamnya pelan.
Adelia terlalu lama di dalam kamar mandi dan akhirnya Raka mengetuk pintu itu.
"Del kamu kenapa lama sekali"
"Apa kamu baik-baik saja di dalam sana" tanya Raka khawatir.
"Ehmm iya" jawabnya dari dalam.
"Bukaklah ini handuk untukmu, tadi sepertinya kamu belum membawa handuk saat memasuki kamar mandi." Raka.
Tentu saja Adelia membuka pintunya dan tak mungkin juga dirinya berlama-lama di sana. Kemudian pintu kamar mandi dibuka, dan Adelia hanya menampakkan kepalanya saja sambil menerima bathrobe ditangan Raka. Menyahut secepat kilat dan menutup pintu kembali.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments