VANYA'S LOVE CHOICE
"Vano,, ayo bangun.." seorang gadis menarik tubuh seorang pria dari atas tempat tidur.
"Eum,, gue masih ngantuk" balas pria itu.
"Ih,, bangun gak lo. Katanya mau nikah. Lo tau kan, kalo lo udah nikah, lo gak boleh bangun kesiangan" gadis itu menarik selimut yang menutupi tubuh pria itu.
"Eum.."
"Gue aduin Helen ya,, gue bilangin ke dia kalo lo udah mati"
"Ih,, apaan sih Van. Lo doain gue mati" sargah pria itu.
"Ya soalnya lo kaya orang mati. Lo gak bisa dibangunin" ketus gadis itu.
Ya, Gadis dan pria yang sedang beradu mulut adalah Vanya dan Vano. Di mana Vano tidak mau bangun dan Vanya yang terus memaksanya untuk segera bangun.
"Cepetan bangun. Mama lo udah masak banget tuh. Dia suruh gue bangunin lo"
Vano masih duduk di atas tempat tidurnya. Dia berusaha mengumpulkan nyawanya.
Vanya melihat ke sekeliling kamar Vano. Berantakan. Itulah yang dilihat Vanya dari kamar Vano. Vanya heran kenapa Vano suka sekali memberantakan kamarnya.
"Lo itu suka banget berantakin kamar. Lo gak risih apa liat kamar berantakan?" omel Vanya.
"Ah,, lo beresin aja" balas Vano dengan malas.
Sudah menjadi kebiasan Vanya dan Vano seperti ini. Setiap kali Vanya ke rumah Vano, dia pasti akan ke kamarnya untuk membangunkan Vano. Setelah itu dia mengomeli Vano karna kamarnya berantakan. Dan Vano hanya menerima omelan Vanya dengan pasrah.
Vanya membereskan barang-barang yang berserakan di kamar Vano, mulai dari baju, bantal, buku, pensil, penggaris, koran, botol air, kaos kaki, dasi, jas, dan masih banyak lagi.
Vano bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah kamar mandi. Vanya tertegun melihat Vano. Vanya melempar bantal ke arah Vano.
"Aw,, apaan sih!" protes Vano.
"Lo itu punya rasa malu gak sih? Lo dengan santainya jalan di depan cewek kek gitu"
"Emang kenapa? Apa yang salah coba?"
"Eh,, lo liat diri lo. Lo cuma pake CD doang bambang. Lo gak punya rasa malu ya"
Vano melihat dirinya.
"Biarin aja. Tubuh, tubuh gue. Kamar, kamar gue. Ya terserah gue lah"
"Heh, ada cewek di sini"
"Mana? Gue gak liat cewek" Vano melihat ke sana ke mari.
"Lo bener-bener ya" geram Vanya.
Vanya mengambil bantal dan melemparkannya lagi ke arah Vano. Sementara Vano berlari kecil menghindari Vanya.
Vanya membereskan barang-barang itu sambil menggerutu. Dia sangat kesal dengan sikap Vano yang kekanak-kanakan. Ditambah dia juga mengejeknya.
Sebelum Vano keluar dari kamar mandi, Vanya terlebih dahulu keluar dari kamar Vano. Dia sudah selesai membereskan kamar Vano. Bukan hal yang sulit bagi Vanya membereskan ruangan yang berantakan. Karna setiap hari dia melakukan kegiatan itu dengan rutin. Dan sekarang kegiatan itu sudah mendarah dangin dengannya.
"Van,, Vano nya mana?" tanya Julia, ibu dari Vano.
"Masih mandi tante" jawan Vanya.
Vanya duduk di kursi meja makan. Keluarga Vano sudah menganggap Vanya sebagai putri mereka. Mereka sangat ingin Vanya bisa tinggal bersama mereka. Tapi Vanya menolak karna dia tidak mau jauh dari peninggalan kedua orang tuanya.
"Eh, Dion belum turun tante?" tanya Vanya.
"Belum. Kayaknya dia masih tidur" jawab Julia.
Dion adalah adik dari Vano.
Perlu diketahui, Vanya berusia 22 tahun. Vano berusia 24 tahun. Dan Dion berusia 23 tahun. Usia mereka tidak jauh berbeda.
"Kalo om Bram?"
"Om di sini" jawab Bram, ayah Vano dan Dion datang dari arah dapur.
"Aku kira om juga belum bangun" ujar Vanya.
"Masa iya om belum bangun" kekeh Bram.
"Van, tolong kamu juga bangunin Dion. Masakan tante belum diangkat, takut gosong" pinta Julia.
"Oke tan, siap" setuju Vanya.
Vanya kembali menaiki tangga. Kini tujuannya adalah kamar Dion.
Tok,, tok,, tok,,
Vanya mengetuk pintu kamar Dion. Namun tak ada balasan dari dalam kamar.
"Dion.." panggil Vanya.
"..." masih tak ada balasan.
Akhirnya Vanya masuk ke dalam kamar Dion. Dan kebetulan kamar Dion tidak dikunci. Biasanya kamar Dion selalu dikunci. Itu sebabnya Vanya mengetuk pintu terlebih dahulu. Berbeda dengan Dion, Vano jarang mengunci pintu kamarnya saat tidur. Bahkan terkadang dia lupa menutup pintu kamarnya sendiri.
Vanya tak melihat sosok Dion di dalam kamar.
"Vanya" panggil Dion dari arah belakang.
"Ah.." teriak Vanya terlonjak kaget. "Ih,, lo ngagetin gue" ujar vanya memegang dadanya.
"Ada apa lo ke sini?" tanya Dion.
"Gue mau manggil lo turun. Gue kirain lo masih tidur" jawab Vanya.
"Sebentar lagi gue turun"
"Ya udah, gue turun duluan"
"Hm,, iya"
Vanya keluar dari kamar Dion, dia kembali ke ruang makan.
"Van, Dion masih tidur?" tanya Bram.
"Udah bangun om. Lagi siap-siap" jawab Vanya.
"Oh,, ya udah, ayo kita makan" ajak Bram.
"Siap om" setuju Vanya dengan senang hati.
Vanya duduk di kursi berhadapan dengan kursi yang biasa julia duduki.
"Van,, kamu itu ke mana aja? Tante rindu kamu" tanya Julia
"Iya, udah 1 minggu kamu gak ke sini. Om cari ke rumah kamu, kamunya gak ada. Om hubungin gak bisa" timpal Bram.
"Maaf om, tante, Vanya udah bikin kalian khawatir" balas Vanya.
"Emang kamu ke mana aja?" tanya Bram.
"Tante nanyain ke Vano katanya kamu udah dia kirim ke luar negri, supaya gak ngeganggu" ucap Julia.
"Hahah,, Vanya emang keluar negri tante" cengir Vanya.
"Apa! Kok bisa? Kenapa gak bilang? Kamu sama siapa ke sana?" tanya Julia yang tampak khawatir.
"Jadawalnya mendadak. Tapi Vanya udah titip salam ke Vano tan. Cuma kayaknya Vano gak sampein salam dari Vanya"
"Ih,, dasar Vano.." geram Julia.
"Buat apa kamu keluar negri?" tanya Bram.
"Biasalah om. Arsen ada konser di luar negri"
"Tapi kamu bisakan hubungin tante. Sekedar nyapa doang masa gak bisa sih" rajuk Julia.
"Hem,, maaf tan. Vanya bener-bener sibuk di sana. Sekali Vanya liat hp, buat liat jadwal Arsen doang" sesal Vanya.
Vanya mendekat pada Julia.
"Hem,, tanteku yang cantik gak boleh marah. Nanti kalo sering marah, tante cepet tua. Kalo tante tua, om Bram gak mau sama tante. Kalo om Bram gak mau, nanti Vanya rebut om Bram dari tante" gurau Vanya.
"Om mau kok direbut sama kamu" timpal Bram.
"Tuh,, om Bram nya juga mau. Tante mau Bram Vanya rebut?"
"Ah,, kamu bisa aja" kekeh Julia.
"Ya, udah. Cepet makan. Kamu harus makan yang banyak. Seminggu kebelakang kamu pasti gak makan teratur"
"Siap tante. Vanya akan makan sampai kenyang" cengir Vanya.
Vanya mengambil makanan untuknya. Dia pun mulai makan.
Julia mematap lekat Vanya. Sungguh, Julia sangat menyayangi Vanya. Vanya sudah seperti putrinya sendiri. Julia berharap, Vanya akan bisa menjadi putrinya. Julia menginginkan Vanya menikahi salah satu putranya, yaitu Vano dan Dion. Tidak masalah Mau itu dengan Vano, atapun dengan Dion.
"Van, tante ingin kamu jadi putri tante" pinta Julia tiba-tiba.
"Dari dulu aku sudah menjadi putri tante" balas Vanya.
"Maksud tante, tante mau kamu menikah dengan Vano atau Dion" Julia mengutarakan keinginannya.
"Uhuk,, uhuk.." Vanya terbatuk. "Maksud tante apa?" tanya Vanya bingung.
"Menikahlah dengan Vano"
"Hah!"
"Tante ingin kamu ada yang jagain, ada yang nafkahin. Jadi kamu gak usah kerja dan banting tulang sampai ke luar negri segala"
"Tante, tante kan tau aku sama Vano itu sahabat. Masa iya kami harus menikah"
"Iya ma, lagi pula aku masih waras" timpal Vano dari arah belakang.
Vano mendengar permintaan ibunya itu.
Vanya, Julia dan Bram menatap Vano yang berjalan ke arah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
♡Ñùř♡
aku mampir thor
2022-05-15
2
Vita Zhao
mampir kak😊
2022-05-04
1