NovelToon NovelToon

VANYA'S LOVE CHOICE

Pengenalan

"Vano,, ayo bangun.." seorang gadis menarik tubuh seorang pria dari atas tempat tidur.

"Eum,, gue masih ngantuk" balas pria itu.

"Ih,, bangun gak lo. Katanya mau nikah. Lo tau kan, kalo lo udah nikah, lo gak boleh bangun kesiangan" gadis itu menarik selimut yang menutupi tubuh pria itu.

"Eum.."

"Gue aduin Helen ya,, gue bilangin ke dia kalo lo udah mati"

"Ih,, apaan sih Van. Lo doain gue mati" sargah pria itu.

"Ya soalnya lo kaya orang mati. Lo gak bisa dibangunin" ketus gadis itu.

Ya, Gadis dan pria yang sedang beradu mulut adalah Vanya dan Vano. Di mana Vano tidak mau bangun dan Vanya yang terus memaksanya untuk segera bangun.

"Cepetan bangun. Mama lo udah masak banget tuh. Dia suruh gue bangunin lo"

Vano masih duduk di atas tempat tidurnya. Dia berusaha mengumpulkan nyawanya.

Vanya melihat ke sekeliling kamar Vano. Berantakan. Itulah yang dilihat Vanya dari kamar Vano. Vanya heran kenapa Vano suka sekali memberantakan kamarnya.

"Lo itu suka banget berantakin kamar. Lo gak risih apa liat kamar berantakan?" omel Vanya.

"Ah,, lo beresin aja" balas Vano dengan malas.

Sudah menjadi kebiasan Vanya dan Vano seperti ini. Setiap kali Vanya ke rumah Vano, dia pasti akan ke kamarnya untuk membangunkan Vano. Setelah itu dia mengomeli Vano karna kamarnya berantakan. Dan Vano hanya menerima omelan Vanya dengan pasrah.

Vanya membereskan barang-barang yang berserakan di kamar Vano, mulai dari baju, bantal, buku, pensil, penggaris, koran, botol air, kaos kaki, dasi, jas, dan masih banyak lagi.

Vano bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah kamar mandi. Vanya tertegun melihat Vano. Vanya melempar bantal ke arah Vano.

"Aw,, apaan sih!" protes Vano.

"Lo itu punya rasa malu gak sih? Lo dengan santainya jalan di depan cewek kek gitu"

"Emang kenapa? Apa yang salah coba?"

"Eh,, lo liat diri lo. Lo cuma pake CD doang bambang. Lo gak punya rasa malu ya"

Vano melihat dirinya.

"Biarin aja. Tubuh, tubuh gue. Kamar, kamar gue. Ya terserah gue lah"

"Heh, ada cewek di sini"

"Mana? Gue gak liat cewek" Vano melihat ke sana ke mari.

"Lo bener-bener ya" geram Vanya.

Vanya mengambil bantal dan melemparkannya lagi ke arah Vano. Sementara Vano berlari kecil menghindari Vanya.

Vanya membereskan barang-barang itu sambil menggerutu. Dia sangat kesal dengan sikap Vano yang kekanak-kanakan. Ditambah dia juga mengejeknya.

Sebelum Vano keluar dari kamar mandi, Vanya terlebih dahulu keluar dari kamar Vano. Dia sudah selesai membereskan kamar Vano. Bukan hal yang sulit bagi Vanya membereskan ruangan yang berantakan. Karna setiap hari dia melakukan kegiatan itu dengan rutin. Dan sekarang kegiatan itu sudah mendarah dangin dengannya.

"Van,, Vano nya mana?" tanya Julia, ibu dari Vano.

"Masih mandi tante" jawan Vanya.

Vanya duduk di kursi meja makan. Keluarga Vano sudah menganggap Vanya sebagai putri mereka. Mereka sangat ingin Vanya bisa tinggal bersama mereka. Tapi Vanya menolak karna dia tidak mau jauh dari peninggalan kedua orang tuanya.

"Eh, Dion belum turun tante?" tanya Vanya.

"Belum. Kayaknya dia masih tidur" jawab Julia.

Dion adalah adik dari Vano.

Perlu diketahui, Vanya berusia 22 tahun. Vano berusia 24 tahun. Dan Dion berusia 23 tahun. Usia mereka tidak jauh berbeda.

"Kalo om Bram?"

"Om di sini" jawab Bram, ayah Vano dan Dion datang dari arah dapur.

"Aku kira om juga belum bangun" ujar Vanya.

"Masa iya om belum bangun" kekeh Bram.

"Van, tolong kamu juga bangunin Dion. Masakan tante belum diangkat, takut gosong" pinta Julia.

"Oke tan, siap" setuju Vanya.

Vanya kembali menaiki tangga. Kini tujuannya adalah kamar Dion.

Tok,, tok,, tok,,

Vanya mengetuk pintu kamar Dion. Namun tak ada balasan dari dalam kamar.

"Dion.." panggil Vanya.

"..." masih tak ada balasan.

Akhirnya Vanya masuk ke dalam kamar Dion. Dan kebetulan kamar Dion tidak dikunci. Biasanya kamar Dion selalu dikunci. Itu sebabnya Vanya mengetuk pintu terlebih dahulu. Berbeda dengan Dion, Vano jarang mengunci pintu kamarnya saat tidur. Bahkan terkadang dia lupa menutup pintu kamarnya sendiri.

Vanya tak melihat sosok Dion di dalam kamar.

"Vanya" panggil Dion dari arah belakang.

"Ah.." teriak Vanya terlonjak kaget. "Ih,, lo ngagetin gue" ujar vanya memegang dadanya.

"Ada apa lo ke sini?" tanya Dion.

"Gue mau manggil lo turun. Gue kirain lo masih tidur" jawab Vanya.

"Sebentar lagi gue turun"

"Ya udah, gue turun duluan"

"Hm,, iya"

Vanya keluar dari kamar Dion, dia kembali ke ruang makan.

"Van, Dion masih tidur?" tanya Bram.

"Udah bangun om. Lagi siap-siap" jawab Vanya.

"Oh,, ya udah, ayo kita makan" ajak Bram.

"Siap om" setuju Vanya dengan senang hati.

Vanya duduk di kursi berhadapan dengan kursi yang biasa julia duduki.

"Van,, kamu itu ke mana aja? Tante rindu kamu" tanya Julia

"Iya, udah 1 minggu kamu gak ke sini. Om cari ke rumah kamu, kamunya gak ada. Om hubungin gak bisa" timpal Bram.

"Maaf om, tante, Vanya udah bikin kalian khawatir" balas Vanya.

"Emang kamu ke mana aja?" tanya Bram.

"Tante nanyain ke Vano katanya kamu udah dia kirim ke luar negri, supaya gak ngeganggu" ucap Julia.

"Hahah,, Vanya emang keluar negri tante" cengir Vanya.

"Apa! Kok bisa? Kenapa gak bilang? Kamu sama siapa ke sana?" tanya Julia yang tampak khawatir.

"Jadawalnya mendadak. Tapi Vanya udah titip salam ke Vano tan. Cuma kayaknya Vano gak sampein salam dari Vanya"

"Ih,, dasar Vano.." geram Julia.

"Buat apa kamu keluar negri?" tanya Bram.

"Biasalah om. Arsen ada konser di luar negri"

"Tapi kamu bisakan hubungin tante. Sekedar nyapa doang masa gak bisa sih" rajuk Julia.

"Hem,, maaf tan. Vanya bener-bener sibuk di sana. Sekali Vanya liat hp, buat liat jadwal Arsen doang" sesal Vanya.

Vanya mendekat pada Julia.

"Hem,, tanteku yang cantik gak boleh marah. Nanti kalo sering marah, tante cepet tua. Kalo tante tua, om Bram gak mau sama tante. Kalo om Bram gak mau, nanti Vanya rebut om Bram dari tante" gurau Vanya.

"Om mau kok direbut sama kamu" timpal Bram.

"Tuh,, om Bram nya juga mau. Tante mau Bram Vanya rebut?"

"Ah,, kamu bisa aja" kekeh Julia.

"Ya, udah. Cepet makan. Kamu harus makan yang banyak. Seminggu kebelakang kamu pasti gak makan teratur"

"Siap tante. Vanya akan makan sampai kenyang" cengir Vanya.

Vanya mengambil makanan untuknya. Dia pun mulai makan.

Julia mematap lekat Vanya. Sungguh, Julia sangat menyayangi Vanya. Vanya sudah seperti putrinya sendiri. Julia berharap, Vanya akan bisa menjadi putrinya. Julia menginginkan Vanya menikahi salah satu putranya, yaitu Vano dan Dion. Tidak masalah Mau itu dengan Vano, atapun dengan Dion.

"Van, tante ingin kamu jadi putri tante" pinta Julia tiba-tiba.

"Dari dulu aku sudah menjadi putri tante" balas Vanya.

"Maksud tante, tante mau kamu menikah dengan Vano atau Dion" Julia mengutarakan keinginannya.

"Uhuk,, uhuk.." Vanya terbatuk. "Maksud tante apa?" tanya Vanya bingung.

"Menikahlah dengan Vano"

"Hah!"

"Tante ingin kamu ada yang jagain, ada yang nafkahin. Jadi kamu gak usah kerja dan banting tulang sampai ke luar negri segala"

"Tante, tante kan tau aku sama Vano itu sahabat. Masa iya kami harus menikah"

"Iya ma, lagi pula aku masih waras" timpal Vano dari arah belakang.

Vano mendengar permintaan ibunya itu.

Vanya, Julia dan Bram menatap Vano yang berjalan ke arah mereka.

Mabuk

"Itu sebabnya mama pengen kamu nikah saja Vanya. Mama tau kamu masih waras" ujar Julia.

"Mama yang gak waras" balas Vano.

"Vano, jaga bicara kamu" tegur Bram.

"Maaf pah,, maksud Vano gini. Vano gak bisa nikanin manusia sejenis ma,, pah,, Vano masih waras" jelas Vano.

"Heh, lo pikir gue cowok!" sargah Vanya tak terima.

"Eh,, bukan gue ya yang ngomong" balas Vano.

"Diem lo. Lagian siapa juga yang mau sama lo. Lo itu masih bau kencing. Banyak cowok yang bisa gue gaet. Gue juga gak mau sama lo. Dari pada gue nikah sama lo, mending gue nikah sama tukang parkir di lokasi syuting. Dia lebih ganteng dari lo" ucap Vano.

"Eh,, lo nyamain gue sama tukang parkir?" Vano tak terima.

"Kalo iya kenapa? Lah,, emang sama" jawab Vanya.

"Eh,, sudah kalian ini bertengkar terus. Jangan bertengkar lagi. Cepat duduk dan makan" lerai Julia.

Vanya dan Vano duduk. Vano duduk disebelah Vanya.

"Benar tuh,, papa denger, kalo orang yang sering berantem nanti ujung-ujungnya pasti nikah" celetuk Bram.

"Gak" jawab Vanya dan Vano bersamaan.

Hening seketika.

"Ada apa ni? Kok pada diem?" tanya Dion yang baru turun.

"Gak ada apa-apa. Biasa, kucing sama tikus lagi berantem" jawab Bram.

"Ouh.." Dion duduk di sebelah Julia.

Mereka mulai menyantap makanan mereka masing-masing.

Kring..

Hp Vanya berdering menandakan panggilan masuk. Vanya menggeser tombol hijau dan mengangkat telpon itu. Julia, Bram, Vano dan Dion memperhatikan Amanda.

"Hallo" sapa si penelpon.

"Ada apa?" tanya Vanya to the point.

"Gue dalam masalah. Lo bisa tolongin gue?" jawab orang itu.

"Tolong apa? Lo urus aja sendiri" balas Vanya.

"Eh,, gue itu bos lo. Lo masa songong sama bos sendiri. Harusnya, lo sebagai manager gue, lo bisa bantu gue"

"Ya udah, emang lo kenapa?"

"Gue nyungseb"

"Apa! Lo nyungseb? Di mana?"

"Di jalan X"

"Kenapa? Kok bisa?"

"Gue baru pulang dari bar"

"Lo itu bener-bener ya. Gimana kalo ada wartawan yang liat coba? Lo bisa masuk berita. Lo akan dicap sebagai artis yang tidak bermoral. Lo nyetir dengan keadaan mabuk dan lo kecelakaan. Masih mending kalo gak ada korban, lah ini kalo ada gimana? Mau lo ada berita gitu?"

"Ya maaf. Gue ngaku salah. Tapi tolongin gue"

"Iya, gue ke sana nih sekarang"

"Cepet ke sini ya, jangan lama-lama"

"Diem lo. Gara-gara lo, hari libur gue terbuang sia-sia" omel Vanya.

Telpon pun terputus.

Yang menelpon Vanya adalah Arsen. Bos Vanya. Arsen adalah seorang artis internasional. Ketenaran Arsen sudah mendunia. Arsen menjadi artis muda favorit dikalangan remaja. Dan Vanya, dia adalah manager Arsen. Vanya juga seorang penulis lagu. Sudah banyak lagu yang Vanya ciptakan. Semua lagu Vanya dinyanyikan olen Arsen.

Vanya mengambil tasnya.

"Lo mau ke mana?" tanya Vano.

"Nyusul Arsen. Dia nyungseb" jawab Vanya.

"Nyungseb? Gimana ceritanya Van?" tanya Julia heran.

"Vanya juga gak tau tan. Ini Vanya mau ke sana sekarang" jawab Vanya.

"Lo gak usah ke sana. Palingan dia cuma akting" cegah Daniel.

"Kalo gue gak ke sana, bisa-bisa kerjaan gue hilang" balas Vanya.

"Gimana kalo dia bohong?" tanya Vano.

"Gue tampol dia" balas Vanya.

"Eh,, Vanya, gak boleh gitu" tegur Julia.

"Hahah,, enggak ko tan. Cuma bercanda" kekeh Vanya.

Vanya berpamitan pada Julia dan Bram.

"Hati-hati ya sayang" ucap Julia.

"Iya tante" balas Vanya.

Vanya pergi menuju pintu.

"Van, nanti lo bakalan datengkan?" tanya Vano saat Vanya diambang pintu.

"Iya, gue dateng ko" jawab Vanya.

Vanya pun pergi dari kediaman Vano.

Seharian Vanya mengurus Arsen. Ban mobil Arsen hanya masuk sebelah ke dalam parit. Dan Arsen sangat panik karna hal itu.

Setelah membereskan urusan Arsen, Vanya pulang ke rumahnya. Pukul 20.00 nanti, dia akan ke club untuk bertemu dengan Arsen dan yang lainnya.

Vanya pergi ke club dengan motor metik miliknya. Vanya melihat Vano sudah ada di sana dengan yang lainnya.

"Hey.." sapa Vanya.

"Hai,, lo telat banget Van"

"Sory lah..."

Vanya, Vano, Aril dan Max berkumpul. Mereka adalah teman dekat Vano. Tapi karna Vanya bersahabat dengan Vano, dia juga bersahabat dengan teman Vano.

"Ada apa nih kok tiba-tiba mau ngumpul aja?" tanya Vanya.

"Lo ini gimana sih? Sebentar lagi kan Vano nikah. Kalo dia nikah, kita gak bisa ngumpul gini lagi" jawab Max.

"Abis nikah, Vano bakalan jadi tahanan Van. Dia gak akan bebas kayak gini lagi" timpal Aril.

"Bener juga kalian" balas Vanya.

"Pokoknya kita hari ini bakalan ngadain pesta bujang" sorak Max.

"Eh, gue cewek, bukan cowok. Kalo ini pesta bujang, harusnya gue gak usah ke sini"

"Gak papa lah,, pesta bujang cuma nama doang" balas Max.

Vanya melihat Vano yang sedari tadi diam.

"Eh, lo kenapa Van?" tanya Aril pada Vano.

"Gak, gue gak papa kok" jawab Vano.

"Hari ini gue mau minum sepuasnya. Dan lo yang akan bayar" ucap Max.

"Minum aja. Gue gak masalah berapa harga yang harus gue bayar" balas Vano.

"Ih,, lo pada udah gila ya" ujar Vanya.

Vano, Max dan Aril mulai minum. Sementara Vanya hanya minum dengan kadar alkohol yang rendah. Ketiga lelaki itu sudah mulai mabuk. Semantara Vanya masih sadar. Mereka mulai berbicara melantur ke mana-mana.

Vanya pergi ke toilet sebentar.

"Eh,, kalian liat gue punya apa" ujar Max.

Max menunjukkan sebuah botol yang berisi obat.

"Apa yang lo bawa?" tanya Aril.

"Ini obat perangsang" jawab Max .

"Eh, lo gila. Buat apa lo bawa obat itu ke sini?" tanya Aril.

"Tadinya gue mau bales dendam sama matan gue. Dia udah berani selingkuh di belakang gue. Tapi gue lupa. Eh,, obat ini malah kebawa ke sini" jawab Max.

"Lo buang aja" saran Aril.

"Bales dendam gue belum berhasil. Gue gak mau buang ini dulu" tolak Max.

"Hati-hati lo. Bisa-bisa lo yang minum obat itu. Ya, kan Van?" Aril bertanya pada Vano.

"Eh,, ni anak udah tidur aja" ujar Aril.

Ya, saat Max dan Aril berbicara, Vano sudah memejamkan matanya.

"Eh,, bagun" ucap Max.

"Eum,, kepala gue pusing nih" balas Vano membuka matanya.

"Lo sih kebanyakan minum"

"Gue pusing masalah kantor bege"

Vano melihat obat yang ada di tangan Max. Vano merebut obat itu.

"Kebetulan lo bawa obat" ujar Vano.

Vano membuka botol berisi obat itu lalu meminumnya. Daniel kira itu obat sakit kepala. Jadi dia meminunnya.

"Eh,, itu bukan obat sakit kepala" cegah Max namun Daniel sudah terlanjur meminum obat itu.

"Terus obat apa?" tanya Vano.

"Obat perangsang" jawab Max.

"Ah,, gila lo. Masa iya, ini obat perangsang"

"Ih,, lo gak percaya" ujar Aril.

"Eh,, lo gak papakan?" tanya Max.

"Gak, gue gak papa kok"

"Kalo terjadi apa-apa sama lo, jangan salahin kita ya"

"Iya. Sans aja. Gak terjadi apa-apa kok" balas Vano.

Tak lama Vanya pun kembali dari toilet.

"Duh,, kok gerah ya" gumam Vano.

Max dan Aril saling tatap. Mereka yakin kalo obat itu sudah mulai bereaksi.

"Lo kenapa?" tanya Vanya.

"Gak tau. Gue gerah, kepala gue pusing" jawab Vano.

"Ya udah, kita pulang aja" usul Max.

"Iya bener tuh" timpal Aril.

"Ya udah, ayo kita pulang" setuju Vanya.

"Kita pulang duluan ya. Lo tolong urus si Vano ya" ucap Max.

"Eh,, gimana sih, main tinggalin aja" gerutu Vanya.

Vanya menatap wajah Vano yang tanpak gelisah.

"Van, lo bisa gak nyetir sendiri?" tanya Vanya.

"Eum.." balas Vano.

Jawaban 'eum..' itu entah apa artinya. Vanya tidak mengerti.

"Lo itu selalu nyusahin gue kalo udah mabuk. Sekarang gue gak bisa bawa lo pulang ke rumah lo. Kalo tante Julia sama om Bram liat lo gini, mereka bisa marah besar"

Vanya membawa Vano pulang menuju apartemen milik Vano. Hanya Vanya lah yang tau tentang apartemen itu. Tidak ada yang tau kecuali Vanya.

Merenggut

Vanya membawa Vano menggunakan mobil milik Vano. Vanya terp*ksa harus meninggalkan motornya di club itu. Vano semakin mengg*la saat di dalam mobil. Dia semakin tidak bisa diam. Dia terus bicara melantur ke mana-mana.

"Eh,, Vano, lo bisa diem gak. Gue lagi nyetir nih" tegur Vanya.

"Van, lo kok makin cantik sih" puji Vano.

"Apaan sih Van. Udah diem lo. Gue jijik denger pujian dari lo"

"Van, lo cantik banget. Gue jujur ya, lo lebih cantik dari Helen. Cuma sayang, lo galak sama gue"

"Eh, galak apanya! Gue tuh sahabat lo yang paling baik. Enak aja lo bilang gue galak"

"Eum,, gerah.." keluh Vano membuka dasi yang melekat di lehernya.

"Sabar, sebentar lagi kita sampe di apartemen lo" balas Vanya.

10 menit kemudian, Vanya dan Vano sudah sampai di apartemen milik Vano. Vanya membopong tubuh Vano untuk masuk ke dalam apartemennya. Setelah sampai, Vanya membaringkan tubuh Vano di atas tempat tidurnya. Vanya membuka sepatu dan kaos kaki Vano.

"Lo istirahat, gue mau pulang dulu" ucap Vanya.

"Eum,, mau ke mana?" Vano memegang tangan Vanya.

"Gue mau pulang Vano. Lo istirahat aja. Besok gue ke sini lagi" jawab Vanya.

"Jangan pergi. Lo harus temenin gue"

"Gue harus pulang sekarang"

"Gue gak mau lo pulang"

"Van,, maaf. Tapi gue bener-bener harus pulang"

Vanya hendak melangkahkan kakinya menuju pintu, namun Vano menarik tangannya dan membuat Vanya jatuh di atas tubuh Vano.

"Akh.." pekik Vanya. "Lo apa-apaan sih Van? Lepasin gue" protes Vanya.

Vano memeluk Vanya dengan posisi Vanya berada di atas tubuhnya. Dia menatap dengan seksama wajah cantik Vanya.

"Sejak kapan?" tanya Vano.

"Apa?" Vanya balik bertanya karna pertanyaan Vano tidak dimengerti olehnya.

"Sejak kapan lo punya wajah cantik?"

Vanya terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. Sebab, Vanya tidak pernah merasa dirinya cantik.

"Gue gak cantik" jawab Vanya.

"Lo itu cantik banget Van. Apalagi hati lo. Bersinar. Gue gak nyangka, gue punya sahabat secantik elo" puji Vano.

Vanya tertegun dengan perkataan Vano. Dia pernah mendengar pepatah mengatakan, perkataan orang m*buk adalah kenyataan. Atau bisa juga yang isi hati sebenarnya.

"Sekarang lo lepasin gue" pinta Vanya.

"Enggak. Kenapa sih, lo selalu mau dilepasin? Gue lagi mau sama lo"

"Tapi gue mau pulang"

"Ini juga rumah lo. Sekarang lo udah pulang. Jadi jangan ke mana-mana lagi"

"Van,, gue mau pulang"

"Ck.." Vano mendecak sebal.

Vanya ngotot ingin pulang. Bukan tanpa alasan. Kini Vano sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Vanya hanya tau kalo Vano sedang m*buk. Dia tidak tau kalo Vano meminum obat perangsang milik Max. Vanya takut Vano akan hilang kendali dan sesuatu yang tidak diinginkan pun akan terjadi. Sebisa mungkin, Vanya harus menghindari hal tersebut.

"Van,, lepasin gue.." rengek Vanya.

Vanya mencoba bangun dari tubuh Vano. Namun Vano segera membalikkan tubuhnya. Dan kini Vano berada di atas tubuh Vanya.

Vano tidak memperdulikan rengekan Vanya. Dia hanya menatap pada wajah Vanya. Lebih tepatnya, pada bibir Vanya. Bibir mungil merah merona milik Vanya terlihat sangat menggoda. Ingin rasanya Vano bisa merasakan bibir itu.

"Van,, lepasin gue.." rengek Vanya lagi.

Vano memegang wajah Vanya dengan lembut. Dia mengelus wajah Vanya. Kemudian jarinya mengusap lembut bibir Vanya.

"Van-"

Sebelun Vanya melanjutkan ucapannya, Vano sudah lebih dulu membungkam mulut Vanya dengan bibirnya. Vano menempelkan bibirnya pada bibir Vanya.

Vanya membelalakan matanyanya. Dia kaget atas apa yang dilakukan oleh Vano. Vanya mencoba mendorong tubuh Vano. Namun Vano terlalu berat. Dia tidak bisa mendorong tubuh Vano.

Vano mulai mel*mat bibir Vanya. L*matan itu sangat lembut. L*matan pada bibir Vanya, membuat candu bagi Vano. Dia ingin lebih memperdalam l*matan itu.

Vanya terus berusaha mendorong Vano, tapi dia selalu gagal. Akibat dari l*matan Vano, Vanya kehabisan nafas. Vanya mem*kul dada Vano. Akhirnya Vano melepaskan tautan bibirnya pada Vanya.

"Lo udah g*la Van" ucap Vanya.

Vanya mendorong tubuh Vano dengan k*ras. Dan dia pun bisa terbebas dari Vano.

Vano tidak mendengar ucapan dari Vanya. Dia masih menikmati sensasi dari bibir Vanya. Dia merasa menginginkan bibir itu lagi.

Vanya berbalik dan melangkahkan kakinya menuju pintu. Dia hendak pergi dari apartemen Vano. Vano sadar kalo Vanya pergi. Dia segera mengejar Vanya.

Saat Vanya hendak memegang handel pintu, tiba-tiba tangannya dicekal oleh tangan Vano.

"Van, lepasin tangan gue" titah Vanya.

"Gak. Gue gak akan lepasin tangan lo" tolak Vano.

"Lo, harus jadi milik gue"

"Apa maksud lo?"

"Ayo.." Vano menarik tangan Vanya.

Vanya tau apa maksud Vano. Dan inilah yang dia takutkan. Vano akan kehilangan akal dan dia akan bertindak sesuka hatinya.

"Lepasin Van,, lo gak bisa lakuin ini ke gue" Vanya berusaha memberontak.

Vano tidak mendengarkan Vanya. Dia hanya menginginkan pelepasan dan kepuasan saja.

"Van.."

Vano masih tidak mendengarkan Vanya.

"Van.."

"DIEM!" bentak Vano.

Vanya tertegun karna bentakan dari Vano.

"Lo bisa diem gak sih? Lo harus turutin semua kemauan gue" ucap Vano dengan berteriak pada Vanya.

Vanya tersentak kaget. Setelah bertahun-tahun, ini pertama kalinya dia mendapat bentakan dari orang lain. Apalagi orang itu sahabatnya sendiri. Setelah kepergian kedua orang tuanya, Vanya tidak punya siapa-siapa. Hanya keluarga Vano yang menemaninya sampai sekarang. Dan Vano, adalah orang yang paling dekat dengan Vanya. Selama mereka bersahat, tidak sekali pun Vano pernah membentak Vanya. Dan baru kali ini Vanya mendapat benatakan dari Vano.

Meskipun Vanya terlihat kuat dari luar, tapi nyatanya dia sangat rapuh. Vanya selalu butuh dukungan dan kasih sayang dari orang lain. Itu sebabnya Vanya rapuh. Namun Vanya tidak pernah menunjukkan sisi lemahnya pada orang lain.

Vanya meneteskan air mata. Dia hanya bisa diam mendengar kemarahan dari Vano. Vano menyadari kalo Vanya menangis. Vano memegang wajah Vanya.

"Sut,, lo gak boleh nangis. Kalo lo nangis, cantik lo bisa ilang.." tiba-tiba saja Vano merubah sikapnya menjadi lembut.

Vano menghapus air mata yang membasahi wajah cantik Vanya. Vanya menggelengkan kepalanya menolak sentuhan dari Vano.

"Lo jangan nangis lagi ya.."

"Lepasin gue,, gue mau pulang"

"Huh.." Vano menghembuskan nafas kasar.

"Pulang,, pulang,, pulang,, kenapa sih, terus ngomong mau pulang?" Vano mulai marah kembali.

"Gue mau pulang"

"Gak. Sekali Enggak, ya enggak. Lo gak boleh pulang. Lo harus di sini dan temenin gue. Ayo.." Vano menarik Vanya dan menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Van,, gue mohon, jangan lakuin ini ke gue.." pinta Vanya dengan menangis.

"Gue mau lo. Gue mau lo, jadi milik gue"

"Gak Van, gue gak mau.." tolak Vanya.

Vano memaksakan kehendaknya pada Vanya. Dan terjadilah hal yang tidak diinginkan oleh Vanya. Malam itu menjadi malam yang kelam bagi Vanya. Namun tidak untuk Vano. Bagi Vano, malam itu menjadi malam terindahnya. Dia bisa memiliki Vanya seutuhnya.

Jika kalian pikir Vanya tidak berusaha melepaskan diri, maka kalian salah. Vanya terus menolak Vano. Namun karna kekuatan mereka berbeda jauh, Vanya tidak bisa melakukan apa pun. Dia sudah mencoba kabur dan memohon agar Vano melepaskannya. Namun semua usahanya sia-sia.

Vano dikuasai oleh n*fsunya. Sebenarnya saat itu Vano tidak terlalu kehilangan kesadaran. Namun dia tidak bisa menghindari h*sratnya pada Vanya.

Maaf baru bisa up

Bab ke-3 ini terus ditolak karna terlalu p*lg*r ya

Jadi author rombak lagi.

Sebenernya waktu itu author udah rombak, tapi kehapus karna kesalahan author. Author lupa kalo ini babnya di edit, bukan bab baru. Jadi kehapus

Silahkan tinggalkan jejak

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!