Vanya bangun dari tidurnya. Dia merasa dia sudah bermimpi buruk semalam. Aneh sekali, mimpinya terasa sangat nyata. Di mana dia dipaksa berhubungan oleh Vano.
Vanya mengucek matanya. Dia menatap kamar yang dia tiduri. Kamar itu tampak asing. Ini bukan kamarnya. Tubuh Vanya terasa remuk. Dia melihat ke arah samping. Dia terkejut karna Vano ada di sebelahnya.
Deg.
Vanya menjadi khawatir. Dia takut mimpi yang dia alami semalam kenyataan. Vanya melihat tubuhnya yang dibalut selimut. Dan bernar saja. Tubuh Vanya yang dibalut selimut itu telah telanjang tanpa sehelai benang pun yang terpakai.
Sedetik kemudian Vanya meneteskan air mata. Rupanya hal yang dia alami bukanlah mimpi buruk, tetapi hal buruk yang nyata terjadi. Vanya meneteskan air mata. Dia menyesali kejadian semalam. Seharusnya dia tidak mengantar Vano pulang. Seharusnya dia meminta Max dan Aril mengantar Vano.
"Hiks,, hiks,, hiks.." Vanya menangis mengingat kejadian semalam.
Vanya merasakan ada pergerakan dari Vano.
"Eum.." legung Vano bangun dari tidurnya.
Vano heran melihat Vanya ada di kamarnya.
"Van, lo kok di sini? Sejak kapan lo di sini?" tanya Vano tidak mengingat apa yang terjadi.
Vanya menatap Vano dengan kecewa. Kemudian Vanya bangun sambil membawa selimut yang menutup tubuhnya. Dia memungut pakaian yang berserakan di lantai, kemudian dia masuk ke kamar mandi dan memakai pakaiannya kembali.
Vano kaget saat Vanya menarik selimut dan dia mendapati dirinya bertelanjang. Vano melihat ke arah Vanya yang berjalan ke kamar mandi. Sekelibat ingatan muncul dikepalanya. Ingatan bagaimana ganasnya percintaan yang dia lalui semalam.
Vano segera bangkit dan memakai CD serta celana boxernya namun masih bertelanjang dada. Vano berdiri dan memegang kepalanya. Dia berusaha mengingat kejadian semalam.
Dia ingat, bagaimana dia memaksa Vanya berhubungan dengannya. Dia juga ingat dan tau saar itu dia tidak benar-benar tidak sadar. Saat itu perasaan dan hasrat yang membuat dia nekat melakukan itu pada Vanya. Ini sepenuhnya salah Vabo. Tapi dia masih menyangkal ini salahnya.
Tak lama Vanya pun keluar dari kamar mandi.
"Van, semalam gak terjadi apa pun kan, diantara kita?" tanya Vano mencekal tangan Vanya.
"Diem lo. Setelah apa yang lo lakuin ke gue, lo masih nanya!" Vanya menghempaskan tangan Vano.
"Van, gue bisa jelasin"
"Lo mau jelasin apa? Lo gak sengaja ngelakuin itu?" sargah Vanya.
"Van,, gue minta maaf. Gue nyesel Van"
"Minta maaf? Lo pikir minta maaf bisa balikin keadaan? Lo bisa balikin kesucian gue? Gak Van, gak bisa. Semua udah terlambat"
"Ya udah, sekarang lo mau apa?"
"Lo harus tanggung jawab" jawab Vanya.
"Tanggung jawab apa?"
"lo nikahin gue"
"Apa! G*la lo. Gue gak mungkin nikah sama lo" tolak Vano.
"Gue gak mau tau, pokoknya lo harus tanggung jawab. Lo harus nikahin gue" tegas Vanya.
"Gak! Gue gak mau tanggung jawab. Lagian belum tentu lo hamil. Buat apa gue tanggung jawab!" tolak Vano.
"Heh, lo udah ngerampas mahkota yang gue jaga selama ini. Dan lo gak mau tanggu jawab?" Vanya tak habis pikir pada Vano.
"Anggap aja itu hadiah buat lo. Gue tau sebenernya selama ini lo itu suka sama gue. Anggap itu sebagai tanda terima kasih gue karna lo udah cinta sama gue. Ya,, meskipun gue gak cinta sama lo" balas Vano dengan entengnya.
Plak,,
Vanya menampar Vano dengan keras.
"Tega lo Van. Setelah lo ngerusak gue, lo buang gue gitu aja. Van, gue mau lo nikahin gue, bukan untuk kepentingan gue sindiri. Gue gak mau kalo sampe gue hamil, anak gue gak punya nama ayahnya. Gue gak mau itu terjadi sama anak gue"
"Ya,, terus gimana? Gue gak mau nikahin lo. Lo juga tau kan, 3 bulan lagi gue bakalan jikahin Helen. Masa iya gue harus nikahin Helen. Itu artinya gue udah ngehianatin dia"
"Harusnya lo mikir gitu sebelum lo lakuin itu sama gue. Lo cuma mikirin Helen, lo gak mikirin perasaan gue. Di sini gue yang jadi korban. Bukan Helen"
"Terserah mau lo apa. Yang jelas, gue gak bisa nikahin elo. Titik"
"Lo udah ngelanggar janji lo sama orang tua gue. Lo janji bakalan ngelindungin gue. Lo bakalan buat gue bahagia. Lo gak bakalan biarin gue nangi. Lo gak bakalan bikin gue sedih. Tapi sekarang apa Van! Lo sendiri yang udah rusak hidup gue. Lo udah ngehancurin hidup gue" Vanya mengeluarkan kekecewaannya pada Vano.
Vano terdiam mendengar ucapan Vanya. Memang benar Vano menjanjikan semua itu pada mendiang orang tua Vanya.
"Ya, gue emang cinta sama lo. Tapi gue gak pernah berharap buat lo bales rasa cinta gue. Gak masalah lo gak cinta sama gue. Gue gak pernah masalah lo mau nikah sama siapa pun. Karna gue tau. Ada cewek yang lebih baik buat lo daripada gue. Gue gak pantes buat lo. Tapi dengan lo ngomong kayak gitu, tertanya gue salah. Bukan gue yang gak pantes buat lo. Tapi lo yang gak pantes buat gue"
Setelah mengatakan semua itu, Vanya pergi dari apartemen Vano tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Vanya sudah sangat kecewa mendengar ucapan Vano. Rasanya dia ingin menghilang dari dunia ini untuk selamanya.
Sesampainya di rumah, Vanya langsung masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah gemercik air yang keluar dari shower. Vanya mengis sejadi-jadi. Tak ada yang bisa mendengar tangisan Vanya, karna Vanya hidup seorang diri.
Setelah kepergian Vanya, Vano merenungkan dirinya dengan masih diposisi sebelumnya. Dia merasa menyesal karna sudsh berbicara seperti itu pada Vanya. Seharusnya dia tidak mengatakan hal yang membuat menangis.
Vano melihat ke arah tempat tidur. Dia melihat bercak darah di atas sperei yang Vanya tiduri. Bercak darah itu cukup banyak. Vano bisa membayangkan bagaimana Vanya menahan rasa sakit yang dia timbulkan.
Vano terduduk lesu. Dia bingung harus bersikap apa saat ini. Satu sisi dia harus bertanggung jawab atas Vanya. Tapi dia tidak bisa melakukan itu. Karna dia juga akan menikahi pacarnya, yaitu Helen. Tidak mungkin dia harus menikahi keduanya.
Vani sadar, apa yang dia perbuat dan apa yang dia katakan pada Vanya itu salah besar. Vano sudah membuat hati Vanya terluka. Tidak mungkin luka di hati Vanya bisa sembuh begitu saja.
Jika Vano menceritakan ini pada orang tuanya, pasti mereka akan memarahinya dan langsung menyuruhnya menikahi Vanya. Jika dia menikahi Vanya, bagaimana dengan Helen? Bagaimana perasaannya? Dia pasti akan sangat sakit hati. Vano tidak mau membuat Helen sakit hati. Tapi jika dia tidak menikahi Vanya, maka hubungannya akan putus. Mereka tidak akan bersahabat lagi untuk selamanya.
Vano sangat bingung memikirkan itu.
Duh,, Vano ini gimana ya, udah salah, masih aja gak mau tanggung jawab. Jadi sebelkan liatnya.
Reader semua, kalian juga sebel gak? Kalo autho sebel nih sama Vano
Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak
Terus dukung Vanya ya
Salam hangat dari author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
martina melati
gara2 asal minum obat, obat perangsan dminum...
2024-11-03
0
wagi giyoux
lanjut
2022-05-06
1
Vita Zhao
lanjut y thor
lebih banyak lagi up nya
2022-05-06
1