Mabuk

"Itu sebabnya mama pengen kamu nikah saja Vanya. Mama tau kamu masih waras" ujar Julia.

"Mama yang gak waras" balas Vano.

"Vano, jaga bicara kamu" tegur Bram.

"Maaf pah,, maksud Vano gini. Vano gak bisa nikanin manusia sejenis ma,, pah,, Vano masih waras" jelas Vano.

"Heh, lo pikir gue cowok!" sargah Vanya tak terima.

"Eh,, bukan gue ya yang ngomong" balas Vano.

"Diem lo. Lagian siapa juga yang mau sama lo. Lo itu masih bau kencing. Banyak cowok yang bisa gue gaet. Gue juga gak mau sama lo. Dari pada gue nikah sama lo, mending gue nikah sama tukang parkir di lokasi syuting. Dia lebih ganteng dari lo" ucap Vano.

"Eh,, lo nyamain gue sama tukang parkir?" Vano tak terima.

"Kalo iya kenapa? Lah,, emang sama" jawab Vanya.

"Eh,, sudah kalian ini bertengkar terus. Jangan bertengkar lagi. Cepat duduk dan makan" lerai Julia.

Vanya dan Vano duduk. Vano duduk disebelah Vanya.

"Benar tuh,, papa denger, kalo orang yang sering berantem nanti ujung-ujungnya pasti nikah" celetuk Bram.

"Gak" jawab Vanya dan Vano bersamaan.

Hening seketika.

"Ada apa ni? Kok pada diem?" tanya Dion yang baru turun.

"Gak ada apa-apa. Biasa, kucing sama tikus lagi berantem" jawab Bram.

"Ouh.." Dion duduk di sebelah Julia.

Mereka mulai menyantap makanan mereka masing-masing.

Kring..

Hp Vanya berdering menandakan panggilan masuk. Vanya menggeser tombol hijau dan mengangkat telpon itu. Julia, Bram, Vano dan Dion memperhatikan Amanda.

"Hallo" sapa si penelpon.

"Ada apa?" tanya Vanya to the point.

"Gue dalam masalah. Lo bisa tolongin gue?" jawab orang itu.

"Tolong apa? Lo urus aja sendiri" balas Vanya.

"Eh,, gue itu bos lo. Lo masa songong sama bos sendiri. Harusnya, lo sebagai manager gue, lo bisa bantu gue"

"Ya udah, emang lo kenapa?"

"Gue nyungseb"

"Apa! Lo nyungseb? Di mana?"

"Di jalan X"

"Kenapa? Kok bisa?"

"Gue baru pulang dari bar"

"Lo itu bener-bener ya. Gimana kalo ada wartawan yang liat coba? Lo bisa masuk berita. Lo akan dicap sebagai artis yang tidak bermoral. Lo nyetir dengan keadaan mabuk dan lo kecelakaan. Masih mending kalo gak ada korban, lah ini kalo ada gimana? Mau lo ada berita gitu?"

"Ya maaf. Gue ngaku salah. Tapi tolongin gue"

"Iya, gue ke sana nih sekarang"

"Cepet ke sini ya, jangan lama-lama"

"Diem lo. Gara-gara lo, hari libur gue terbuang sia-sia" omel Vanya.

Telpon pun terputus.

Yang menelpon Vanya adalah Arsen. Bos Vanya. Arsen adalah seorang artis internasional. Ketenaran Arsen sudah mendunia. Arsen menjadi artis muda favorit dikalangan remaja. Dan Vanya, dia adalah manager Arsen. Vanya juga seorang penulis lagu. Sudah banyak lagu yang Vanya ciptakan. Semua lagu Vanya dinyanyikan olen Arsen.

Vanya mengambil tasnya.

"Lo mau ke mana?" tanya Vano.

"Nyusul Arsen. Dia nyungseb" jawab Vanya.

"Nyungseb? Gimana ceritanya Van?" tanya Julia heran.

"Vanya juga gak tau tan. Ini Vanya mau ke sana sekarang" jawab Vanya.

"Lo gak usah ke sana. Palingan dia cuma akting" cegah Daniel.

"Kalo gue gak ke sana, bisa-bisa kerjaan gue hilang" balas Vanya.

"Gimana kalo dia bohong?" tanya Vano.

"Gue tampol dia" balas Vanya.

"Eh,, Vanya, gak boleh gitu" tegur Julia.

"Hahah,, enggak ko tan. Cuma bercanda" kekeh Vanya.

Vanya berpamitan pada Julia dan Bram.

"Hati-hati ya sayang" ucap Julia.

"Iya tante" balas Vanya.

Vanya pergi menuju pintu.

"Van, nanti lo bakalan datengkan?" tanya Vano saat Vanya diambang pintu.

"Iya, gue dateng ko" jawab Vanya.

Vanya pun pergi dari kediaman Vano.

Seharian Vanya mengurus Arsen. Ban mobil Arsen hanya masuk sebelah ke dalam parit. Dan Arsen sangat panik karna hal itu.

Setelah membereskan urusan Arsen, Vanya pulang ke rumahnya. Pukul 20.00 nanti, dia akan ke club untuk bertemu dengan Arsen dan yang lainnya.

Vanya pergi ke club dengan motor metik miliknya. Vanya melihat Vano sudah ada di sana dengan yang lainnya.

"Hey.." sapa Vanya.

"Hai,, lo telat banget Van"

"Sory lah..."

Vanya, Vano, Aril dan Max berkumpul. Mereka adalah teman dekat Vano. Tapi karna Vanya bersahabat dengan Vano, dia juga bersahabat dengan teman Vano.

"Ada apa nih kok tiba-tiba mau ngumpul aja?" tanya Vanya.

"Lo ini gimana sih? Sebentar lagi kan Vano nikah. Kalo dia nikah, kita gak bisa ngumpul gini lagi" jawab Max.

"Abis nikah, Vano bakalan jadi tahanan Van. Dia gak akan bebas kayak gini lagi" timpal Aril.

"Bener juga kalian" balas Vanya.

"Pokoknya kita hari ini bakalan ngadain pesta bujang" sorak Max.

"Eh, gue cewek, bukan cowok. Kalo ini pesta bujang, harusnya gue gak usah ke sini"

"Gak papa lah,, pesta bujang cuma nama doang" balas Max.

Vanya melihat Vano yang sedari tadi diam.

"Eh, lo kenapa Van?" tanya Aril pada Vano.

"Gak, gue gak papa kok" jawab Vano.

"Hari ini gue mau minum sepuasnya. Dan lo yang akan bayar" ucap Max.

"Minum aja. Gue gak masalah berapa harga yang harus gue bayar" balas Vano.

"Ih,, lo pada udah gila ya" ujar Vanya.

Vano, Max dan Aril mulai minum. Sementara Vanya hanya minum dengan kadar alkohol yang rendah. Ketiga lelaki itu sudah mulai mabuk. Semantara Vanya masih sadar. Mereka mulai berbicara melantur ke mana-mana.

Vanya pergi ke toilet sebentar.

"Eh,, kalian liat gue punya apa" ujar Max.

Max menunjukkan sebuah botol yang berisi obat.

"Apa yang lo bawa?" tanya Aril.

"Ini obat perangsang" jawab Max .

"Eh, lo gila. Buat apa lo bawa obat itu ke sini?" tanya Aril.

"Tadinya gue mau bales dendam sama matan gue. Dia udah berani selingkuh di belakang gue. Tapi gue lupa. Eh,, obat ini malah kebawa ke sini" jawab Max.

"Lo buang aja" saran Aril.

"Bales dendam gue belum berhasil. Gue gak mau buang ini dulu" tolak Max.

"Hati-hati lo. Bisa-bisa lo yang minum obat itu. Ya, kan Van?" Aril bertanya pada Vano.

"Eh,, ni anak udah tidur aja" ujar Aril.

Ya, saat Max dan Aril berbicara, Vano sudah memejamkan matanya.

"Eh,, bagun" ucap Max.

"Eum,, kepala gue pusing nih" balas Vano membuka matanya.

"Lo sih kebanyakan minum"

"Gue pusing masalah kantor bege"

Vano melihat obat yang ada di tangan Max. Vano merebut obat itu.

"Kebetulan lo bawa obat" ujar Vano.

Vano membuka botol berisi obat itu lalu meminumnya. Daniel kira itu obat sakit kepala. Jadi dia meminunnya.

"Eh,, itu bukan obat sakit kepala" cegah Max namun Daniel sudah terlanjur meminum obat itu.

"Terus obat apa?" tanya Vano.

"Obat perangsang" jawab Max.

"Ah,, gila lo. Masa iya, ini obat perangsang"

"Ih,, lo gak percaya" ujar Aril.

"Eh,, lo gak papakan?" tanya Max.

"Gak, gue gak papa kok"

"Kalo terjadi apa-apa sama lo, jangan salahin kita ya"

"Iya. Sans aja. Gak terjadi apa-apa kok" balas Vano.

Tak lama Vanya pun kembali dari toilet.

"Duh,, kok gerah ya" gumam Vano.

Max dan Aril saling tatap. Mereka yakin kalo obat itu sudah mulai bereaksi.

"Lo kenapa?" tanya Vanya.

"Gak tau. Gue gerah, kepala gue pusing" jawab Vano.

"Ya udah, kita pulang aja" usul Max.

"Iya bener tuh" timpal Aril.

"Ya udah, ayo kita pulang" setuju Vanya.

"Kita pulang duluan ya. Lo tolong urus si Vano ya" ucap Max.

"Eh,, gimana sih, main tinggalin aja" gerutu Vanya.

Vanya menatap wajah Vano yang tanpak gelisah.

"Van, lo bisa gak nyetir sendiri?" tanya Vanya.

"Eum.." balas Vano.

Jawaban 'eum..' itu entah apa artinya. Vanya tidak mengerti.

"Lo itu selalu nyusahin gue kalo udah mabuk. Sekarang gue gak bisa bawa lo pulang ke rumah lo. Kalo tante Julia sama om Bram liat lo gini, mereka bisa marah besar"

Vanya membawa Vano pulang menuju apartemen milik Vano. Hanya Vanya lah yang tau tentang apartemen itu. Tidak ada yang tau kecuali Vanya.

Terpopuler

Comments

Vita Zhao

Vita Zhao

aduh bikin dag dig dug thor

2022-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!